"Kakek tidak sadarkan diri karena serangan jantung. Semakin tua, fungsi kerja jantung jadi semakin menurun, dan pasokan darahnya tidak cukup, membuatnya mendapat serangan mendadak."
Yan Xi membuka mulut untuk menjelaskan. Suaranya memang kecil tapi itu tidak bisa diabaikan.
Gu Ling mendengus dingin, "Mungkin bukan hanya karena ini. Siapa yang tahu jika kamu mengatakan sesuatu yang merangsang serangan jantung ayah."
"Kami tidak membicarakan apa-apa, dan tidak memprovokasinya. Jika kamu tidak percaya padaku, tunggu kakek sadar dan tanyakan sendiri padanya." Yan Xi mencoba sekuat tenaga untuk tetap tenang, tapi tangannya gemetar tak terkontrol.
Ada tangan lain yang tiba-tiba muncul. Jarinya dingin, membuat Yan Xi bergidik, kemudian dia menurunkan pandangannya untuk melihat.
Itu adalah tangan Gu Shen.
Dia juga melihat Yan Xi, selain kemarahan ada juga sakit hati dan penyesalan.
"Aku tidak apa." Sudut mulut Yan Xi perlahan naik.
Dia menggenggam tangannya lebih kuat.
Gu Shen menutup matanya dan berkata dengan suara yang dalam, "Gu Yi, bawa kursinya kesini."
"Baik."
Gu An juga membawakan kantong es. Kantong es itu diletakkan di pipi Yan Xi, membuat rasa panas dan sakitnya menghilang.
"Bibi." Nada suara Gu An penuh dengan ketidakpuasan, "Tanpa menanyakan dulu permasalahannya, kamu menampar orang, itu keterlaluan."
Bukannya merenungkan kesalahannya, Gu Ling malah merasa diserang, "Ini kan hanya kata-katanya. Saat ini ayah belum sadar, jadi dia bisa mengatakan apa saja!" Seakan-akan ingin membantah Gu Ling, kepala pelayan langsung maju setelah dia selesai berbicara.
"Tuan besar baik-baik saja. Kejadiannya terjadi sangat tiba-tiba. Untungnya ada nyonya muda yang memberikan pertolongan darurat. Jika telat beberapa menit saja, mungkin…" Dia tidak melanjutkan kata-katanya, namun semua orang tahu maksudnya.
Kepala pelayan berjalan ke arah Yan Xi dan menundukkan kepala dengan hormat, "Terima kasih."
"Tidak perlu begini." Yan Xi merasa sedikit aneh dan ingin berdiri.
Gu Shen menahannya kemudian bertanya, "Bagaimana keadaan kakek sekarang?"
"Tuan besar tidak dalam kondisi kritis. Dokter lainnya sedang memeriksanya."
"Oke."
Kata-katanya dipenuhi dengan aura yang menakutkan, membuat orang ketakutan tanpa bisa dijelaskan.
"Gu Yi, tutup pintunya."
Pintu tertutup hingga ada suara 'klik', menghalangi tatapan dari luar.
Gu Ling menelan ludahnya, kemudian menatap Gu Shen.
Suara Gu Shen sangat pelan, "Masalahnya kini sudah jelas, kakek mendapat serangan jantung, dan itu tidak ada hubungannya dengan Xixi. Dia sekarang baik-baik saja karena Xixi memberinya pertolongan darurat." Dia berhenti, tatapannya dingin sekaligus tegas, penuh dengan aura membunuh, "Jadi, yang tadi salah paham pada Xixi, minta maaf sekarang juga."
Gu Cheng sejenak merasa ragu-ragu. Dia adalah orang yang arogan. Jangankan mengakui kesalahannya, dia bahkan tak pernah menundukkan kepalanya.
Tapi tadi, dia memang sudah salah paham pada Yan Xi, dia juga sudah menyelamatkan kakeknya, jadi sudah seharusnya dia minta maaf.
Setelah memikirkannya beberapa saat, kemudian dia berkata, "Maaf Kakak ipar keempat. Aku tidak sabaran tadi hingga menyinggungmu." Orang yang berbicara itu tidak merasakan apa-apa, tapi beberapa orang di sekitarnya tertegun.
Sudah lama mereka tinggal bersama keluarga Gu, kapan mereka melihat Gu Cheng meminta maaf pada orang lain? Dia adalah cucu yang paling diakui oleh tuan besar Gu. Dan seluruh keluarga Gu sudah menganggap dia sebagai kepala keluarga selanjutnya.
Sejak kapan Gu Shen berkuasa?
"Tidak apa." Yan Xi berkata, "Karena kamu khawatir, makanya kamu jadi panik. Aku bisa mengerti." Melihat Gu Cheng meminta maaf, Gu Ling mengerutkan bibirnya dengan jijik. Siapa dia, siapa Yan Xi, beraninya memintanya untuk minta maaf pada Yan Xi.
Dia berbalik dan ingin pergi, namun kemudian dia mendengar suara pria yang dingin dari belakang, kata-katanya penuh dengan ancaman.
"Jika kamu keluar dari pintu ini hari ini, jangan berharap untuk masuk lagi di keluarga Gu di kemudian hari!"