Tuan besar Gu sedang sakit. Sebagai cucunya, Gu Shen tak bisa langsung pergi malam itu. Akhirnya dia mengajak Yan Xi untuk menginap semalam.
Keduanya sudah menikah, jadi wajar bagi mereka untuk berada dalam satu kamar.
Melihat ranjang besar di kamar membuat Yan Xi sedikit gugup.
"Ini kamarku dulu." Gu Shen menjelaskan, "Ada banyak orang disini, tidak ada cara lain."
"Tidak apa-apa." Yan Xi menenangkan dirinya sendiri, cepat atau lambat toh mereka akan akan menemui hari seperti ini. Tapi tanpa sadar dia mengatakan itu dengan keras.
Mata Gu Shen langsung berubah, "Kamu berpikir begitu?"
"Tidak! Kamu jangan salah paham!"
Sekarang belum terlalu malam, Yan Xi juga belum ingin tidur. Jadi dia berdiri di samping ranjang dan melihat pemandangan manor.
"Mau melihat-lihat?" Gu Shen bertanya.
"Kamu akan menemaniku?"
"Hm."
Manor keluarga Gu sangat lah luas. Jalanannya dihiasi bunga berbagai warna, menunjukkan bentuk yang berbeda setiap saat.
"Bunga ini ditanam oleh nenek dulu." Gu Shen menjelaskan padanya untuk pertama kalinya, "Setelah dia meninggal, kakek menyuruh orang untuk merawat bunga-bunga ini seperti saat dia masih hidup."
Yan Xi mengetahui tentang cerita ini. Gu Hai adalah orang yang keras, tapi dia memberikan semua kelembutannya pada istrinya. Bukunya menggunakan ribuan kata untuk menggambarkan cinta kakek dan nenek ini. Dan ini juga yang meneguhkan konsep cinta milik Gu An, yang mengarah pada banyak hal selanjutnya.
"Tapi aku tidak suka bunga." Yan Xi berkata, "Aku bahkan tidak tahu apa yang bisa aku tinggalkan untukmu."
"Tidak perlu meninggalkanku apa-apa." Sudah bagus jika bisa berada disisiku setiap saat.
Keduanya membicarakan banyak hal. Yan Xi mengikuti ingatannya dan mendorong Gu Shen ke kolam Koi.
Di sebelahnya juga ada makanan ikan, yang memudahkan orang untuk memberi makan ikan.
Mungkin karena banyaknya hal yang terjadi hari ini, masih ada lebih dari setengah ember makanan ikan.
Yan Xi mengambil segenggam dengan penuh minat dan melemparkannya ke kolam.
Ikan di sekitarnya bergerak dengan cepat. Sisik ikan yang indah melintas di air, seperti pita berbagai warna, yang sangat menarik.
Yan Xi sangat menyukai ikan, enak dan mudah dibedah, tapi dia belum pernah membedah koi.
Sambil memikirkan ini, dia menaburkan makanan ikan lagi.
"Apa kamu pernah makan koi?"
Gu Shen menjawab dengan berputar-putar, "Ini cukup mahal. Yang paling murah 300.000 yuan. Yang di bawah tanganmu yang paling mahal, 10 juta yuan."
Angan-angan Yan Xi segera ia alihkan. Kali ini dia mengambil lebih banyak makanan ikan, kemudian wajahnya melembut.
"Makan yang banyak. Makan yang banyak."
Setelah memberi makan ikan, Yan Xi merasa lelah. Dia duduk di batu dekat kolam,posisinya lebih pendek dari Gu Shen.
Gu Shen menurunkan tatapannya, tidak tahu apa yang dia pikirkan. Setelah diam beberapa saat tiba-tiba dia berkata, "Jika kamu mau, kamu bisa memakannya. Besok aku akan menyuruh Gu Yi membeli beberapa."
"Tidak." Yan Xi tidak bisa menahan tawanya, "Aku hanya bercanda tadi. Kamu tidak perlu menanggapinya dengan serius."
Gu Shen bergumam, tidak tahu apakah dia mendengar kata-katanya atau tidak.
"Oh ya, aku ingat koi bisa mengabulkan keinginan. Dulu aku menggantungkan harapan pada banyak koi saat ujian, dan aku dapat nilai tinggi dalam ujianku."
"Jika kamu punya keinginan, aku bisa membantumu mewujudkannya."
"Tidak bisa seperti itu." Yan Xi menutup matanya, menyilangkan tangannya dengan ekspresi tulus.
Saat angin sepoi-sepoi bertiup, rambut di dahinya beterbangan. Hati Gu Shen menjadi tenang, dan alisnya menjadi lebih lembut.
Yan Xi membuka matanya dan menebarkan makanan ikan.
"Semuanya silahkan dimakan. Tolong buat harapanku jadi kenyataan."
"Harapan apa?"
"Tidak akan berhasil jika dikatakan. Lagipula ini harapan yang menyangkut dirimu."
Gu Shen merasa hatinya senang.
"Aku paham."