Yan Xi bertanya, "Lalu kenapa kamu kembali untuk mencariku?"
"Kamu istriku." Gu Shen berkata dengan nada sinis, "Aku harus bertanggung jawab atasmu."
"Apa hanya karena rasa tanggung jawab?"
Gu Shen tak mengatakan apa-apa lagi. Sesaat kemudian dia merasakan tekanan di bahunya.
Ternyata Yan Xi menjadikan bahunya sebagai bantal.
Dia berkata dengan suara kecil dan lembut.
"Di masa depan, aku hanya punya kamu."
Dokter keluarga sudah menunggu sejak tadi. Begitu Yan Xi pulang, dokter itu menyapanya.
"Nyonya, biar aku periksa lukamu."
Yan Xi mengangkat roknya, lansung terlihat luka lebam.
"Kenapa bisa separah ini?" Dokter itu tidak menyukai Yan Xi, tapi dia merasa iba saat melihat lukanya.
Dia memeriksanya dengan hati-hati, memastikan tidak ada yang patah kemudian menghela nafas lega, "Aku akan membantumu membersihkan luka ini. Hanya perlu diberi obat dan lukanya akan segera sembuh."
"Terima kasih."
***
Yan Xi tidak tahu kapan dia tertidur. Tiba-tiba waktu sudah menunjukkan pukul tiga subuh saat dia membuka matanya.
Yan Xi bangun karena merasa lapar. Perutnya melakukan protes besar-besaran.
Saat di rumah keluarga Yan tadi,pikirannya hanya fokus untuk menghajar orang saja. Dan dia hanya makan sepotong roti saja tadi malam. Yan Xi menyentuh perutnya, dia berencana untuk pergi ke dapur dan mencari sesuatu untuk di makan.
Semuanya masih tertidur, hanya lampu di koridor yang menyala,
Yan Xi turun dari lantai atas, dan tiba-tiba mendengar suara berisik dari dapur.
Dia terkejut lalu menyalakan lampu dengan buru-buru. Dia menemukan Gu Shen di depan kulkas.
"Ada apa? Kamu mau mengambil sesuatu?"
"Tidak." Gu Shen berhenti, menutup kulkas, lalu mendorong kursi rodanya ke samping.
Saat lampunya menyala tadi, Yan Xi melihat Gu Shen mengulurkan tangan ke atas.
Dia menghela nafas, membuka kulkas, dan menemukan di dalam kulkas penuh dengan air. Dia mengambil sebotol kemudian bertanya, "Kamu mau minum air?"
Gu Shen menekan bibirnya, "Hm."
Setelah minum beberapa teguk, rasa lapar di perutnya menjadi semakin terasa. Yan Xi meletakkan air minum kemudian bertanya, "Apa kamu mau makan sesuatu?"
Gu Shen menggeleng. Dia tidak mempercayai kemampuan masak Yan Xi.
"Ada pangsit di bagian bawah kulkas. Kamu bisa masak sendiri."
Yan Xi mengeluarkan pangsitnya dia mengeluarkan dua puluh buah pangsit. Setelah berpikir sesaat, dia lalu menambahkan sepuluh buah lagi, untuk Gu Shen.
"Ini sudah sangat malam. Makanan yang kamu makan tadi malam pasti sudah tercerna. Kamu bisa menemaniku makan."
Gu Shen tidak menjawab, tapi dia tidak menggerakkan kursi rodanya juga. Dia diam di tempat yang sama, menunggu Yan Xi.
Ada layar di kompor di dapur. Yan Xi mencari cara untuk memasak pangsitnya, dan mengikuti setiap langkahnya.
Setelah airnya mendidih, dia memasukkan pangsitnya.
Setelah beberapa saat, pangsitnya belum mengapung juga. Yan Xi merasa sedikit bingung. Dia berbalik lalu bertanya, "Butuh berapa lama untuk memasak pangsitnya?"
Gu Shen ragu-ragu untuk menjawab, "Seharusnya beberapa menit sudah matang."
Yan Xi mendengus, mengambil sumpit dan mangkok dari kabinet. Berencana untuk langsung mengangkatnya setelah sesaat.
Dia membuka tutup panci, untuk melihat pangsitnya yang sudah matang dengan isi yang keluar kemana-mana.
Yan Xi, "..."
"Kamu mau supnya?"
Yan Xi memasak satu panci lagi. Kali ini dia berhati-hati dan mengangkat pangsitnya setelah lima menit.
Keduanya membawa mangkuk mereka tapi tidak pergi ke meja makan. Satunya duduk di kursi roda, sedagkan yang lainnya duduk di lantai. Mereka makan dengan tenang.
Di tengah makan, Yan Xi berkata padanya.
"Bagaimana? Keahlianku tidak buruk kan?"
"Pangsitnya dibuat oleh bibi."