Mata Yan Xi terasa pedas.
Dia menutup dokumen yang terbuka itu, "Siapa dokter yang merawatnya?"
"Dokter Ke Lei. Namun, dia hanya membantu presdir Gu memberi beberapa panduan pemulihan."
Ke Lei adalah dokter paling hebat di bidang ini. Dia pernah berkata bahwa tidak mungkin kaki Gu Shen bisa pulih seperti sebelumnya. Dia hanya bisa melakukan pemulihan dasar melalui beberapa pelatihan rehabilitasi.
"Aku paham." Yan Xi menghela nafas kemudian berkata dengan serius, "Aku sudah membaca beberapa buku tentang ini sebelumnya. Aku pasti bisa membantu Gu Shen."
Gu Yan tidak meremehkan kepercayaan diri Yan Xi. Bagaimanapun, membaca buku lebih baik daripada membuat masalah.
***
Siang hari, Gu Shen pergi ke perusahaan untuk mengurus sesuatu.
Yan Xi melihat ke situs web medis dan mencari informasi tentang bedah saraf dan video bedah. Semuanya menekankan bahwa kerusakan saraf tidak dapat disembuhkan. Tetapi Yan Xi merasa bahwa semua itu hanya karena teknologi medis saat ini yang kurang baik, yang mencegah orang menemukan lebih banyak kemungkinan.
Tubuh manusia sangat ajaib. Bahkan di dunia asalnya, belum ada yang mempelajari keseluruhan tentang tubuh manusia.
Yan Xi begitu sibuk, hingga dia melupakan waktu. Sampai saat pelayan memanggilnya untuk makan malam dia baru menyadari sekarang sudah jam tujuh malam.
Dia merenggangkan ototnya, membuka pintu kemudian berjalan ke bawah dengan tenang.
Xiao Lan, yang sudah siap menghadapi badai, terkejut.
Eh? Nyonya tidak memarahinya hari ini.
Dia diam-diam mengangkat kepalanya lalu melihat Yan Xi dengan penuh rasa penasaran.
"Xiao Lan." Yan Xi sengaja menggodanya.
Dia terkejut, segera menegakkan tubuhnya kemudian bertanya dengan gugup, "Nyonya, ada instruksi apa?"
"Masakkan pangsit."
"Ah?" Xiao Lan sedikit bingung, "Anda ingin makan pangsit? Tapi koki sudah menyiapkan makanan untuk Anda."
"Bukan aku yang makan." Yan Xi tersenyum, "Itu untuk pencuri yang menerobos masuk."
Ketika dia turun ke bawah, Yan Xi tahu jika Gu Shen belum kembali.
Karena Gu Yan tidak meyakinkan, akhirnya dia meminta nomor Gu Shen kemudian menelponnya.
Saat ini, Gu Shen sedang menghadiri rapat di ruang konferensi.
Asisten berdiri di depan untuk melaporkan hal-hal yang berkaitan dengan tanah Jin Sen. Orang-orang yang duduk di kedua sisi mendengarkan dengan tidak fokus, memikirkan apa yang akan mereka makan.
Ponsel tiba-tiba berdering di ruang konferensi. Asisten yang sedang melaporkan itu juga berhenti.
Siapa? Orang-orang itu berpikir, siapa b*jingan yang tidak beruntung itu?
Jelas-jelas presdir Gu melarang membawa ponsel saat rapat. Orang ini tidak hanya membawa ponsel, tapi dia juga membuat keributan. Sepertinya bonus selama beberapa bulan akan hangus.
Saat mereka bersenang-senang di atas penderitaan orang malang ini, mereka melihat Gu Shen mengangkat telepon.
Dan menjawab telepon itu dengan santai.
Suara seorang wanita yang jelas dan ceria terdengar dari ujung telepon.
"Suamiku, apa kamu masih sibuk? Jam berapa kamu akan pulang?"
Suamiku?
Seorang wanita?
Beberapa orang di ruang konferensi bertukar pandang secara diam-diam, semua merasa bersemangat.
Apa itu makan? Makan tidak sebanding dengan gosip bos besar mereka ini.
Mendengar tak ada jawaban, Yan Xi mengira Gu Shen tidak mendengar, jadi dia menambahkan beberapa kata lagi, "Suamiku, apa kamu mendengarku? Apa aku mengganggumu?"
Suara itu sangat lembut, membuat orang yang mendengarnya menjadi sedih.
Gu Shen mengernyit dan mematikan hands-free.
"Aku dengar." Setelah jeda, dia menambahkan dengan nada aneh, "Aku sedang rapat, aku akan segera pulang."
"Sudah malam begini masih rapat?" Yan Xi bergumam kemudian menambahkan, "Kalau begitu akan akan menunggumu. Hati-hati di jalan ya!"
Suaranya penuh dengan semangat, suaranya menunjukkan bahwa dia adalah seorang gadis muda.
"Oke." Kilat senyum melintas di matanya, menjadikan auranya semakan melembut.
Setelah menutup telepon, Gu Shen meletakkan ponselnya.
"Hari ini sampai disini. Lanjutkan lagi besok."
Setelah mengatakan ini, dia adalah orang pertama yang meninggalkan ruang rapat.
Sekelompok orang yang tadi menggerutu dan menangis karena kelaparan tidak langsung meninggalkan ruangan. Mereka tetap duduk di tempatnya, sambil menatap punggung Gu Shen yang menjauh dan bergumam dalam hati.