Chereads / Jodohku Bukan Kamu / Chapter 2 - make Over

Chapter 2 - make Over

Paksaan Nyonya Sisca pada Steffy, untuk menyeru Gernald. Yah.. menyuruh Gernald untuk duduk di sebelah Steffy.

Gernald yang ditarik paksa oleh Steffy terlihat tak berdaya, dia sedikit kaku dengan berjalan mengikuti tarikan Steffy, langkahnya sedikit tertahan, berat meninggalkan sang kekasih yang hanya tertunduk dengan perasaan kecewa.

Wajah Ashilla seketika semakin pucat menatap sekeliling dimana ia sangat asing, dan juga terlepas sendiri tanpa digandeng mesra ataupun di tuntun.

'Haruskah langkah itu ku ikuti atau haruskah aku sadar diri untuk segera pergi dari sini?' batin Ashilla bertanya.

Alas kaki ini terlalu rendah untuk menginjakkan marmer mewah, juga mungkin terlalu ternoda jika kursi itu menopang tubuh lusuh juga beda kasta seperti Ashilla.

"Ah.. seharusnya aku pergi dari tempat ini sedari tadi, sebelum melihat kebahagiaan mereka yang terasa sempurna tanpa ku!" ujar Ashilla yang berbicara pada dirinya sendiri.

Ashilla membalik badannya, lalu ia menaikkan sedikit tas gendong yang tadi terpelorot, sepatu pantofelnya yang sedikit kebesaran itu harus sedikit tereret.

Yah, Ashilla, memilih bangkit dan beralasan ingin ke kamar kecil. Meninggalkan kursi empuknya, juga ruangan besar yang megah itu, dengan sosok orang-orang yang tak menganggapnya.

Sementara Gernald, ia tampak sibuk bercengkrama dengan Steffy. Dengan membelakangi Ashilla.

Dan beberapa orang pelayan berlalu di hadapan Ashilla, dengan memandangnya sangat rendah, seolah ia menunjukkan tegas pintu keluar untuk seorang gadis yang beda kasta seperti Ashilla.

Dari pintu besar yang terbuka, terlihat pelayan itu melambaikan tangannya pada satpam yang bertugas di pos Security.

"Apakah satpam itu akan menarik kupaksa? atau mungkin..?" gumam Ashilla dengan rasa takut, ia tampaknya sudah membayangkannya lebih dulu.

Ashilla menarik langkah kakinya dengan cepat, ia menyadari sebelum tereret dengan kasar, lebih baik sepatu besar itu dilepaskan dan dijinjing di satu tangan, Ashilla tampak yakin dengan segera angkat kaki dari rumah mewah Gernald.

Benar saja dugaan Ashilla, langkah satpam itu terus mengikuti dari belakang, sampai ia berhasil menghentikan langkah Ashilla.

"Tunggu Non!" teriak security itu dengan mengajukan pentungannya.

Membuat Ashilla begitu ketakutan, detak jantung gadis itu berdebar kencang, perlahan-lahan mau tak mau Ashilla harus membalik badannya, karena security itu terus mencegahnya pergi.

"Non tunggu," panggil security itu sekali lagi.

"I.. iya pak," jawab Ashilla dengan gaguk, lalu ia juga segera meletakan sepatu pantofelnya di lantai, memakainya dengan pantas, sekarang ia berhadapan pasih dengan satpam bertubuh kekar berotot, juga tinggi besar.

Mata satpam itu terbelalak besar menatap penampilan sederhana Ashilla, seakan ada yang salah dengan penampilan Ashilla.

"Apa aku berbuat salah?" tanya Ashilla yang benar-benar gemetar, ia tak mampu melanjutkan langkah apalagi langkahnya terhadang oleh tubuh besar security dengan seragam lengkap itu.

Membuat gadis polos seperti Ashilla hanya mampu untuk meneguk ludahnya, mencoba menghela nafas lebih dalam, berharap bisa rileks.

'Apa maksud orang itu menghentikan aku dengan paksa?' desis Ashilla dalam batinnya.

Kembali terkejut, yah, Ashilla makin kaget mendapati seorang pelayan wanita telah bersiap di belakang tubuhnya, seorang pelayan wanita dengan wajah tak ramah dan juga sanggul besar, mengenakan seragam berwarna biru dongker, memberi tatapan tak kalah mencolok ke arah Ashilla.

Seakan keduanya sudah berencana untuk menghadang Ashilla, benar saja tangan itu menyeret paksa Ashilla, menyeret sebelah tangan Ashilla dengan kencang.

"Ayo ikut Nona!" seru pelayan wanita itu dengan memaksa tanpa ramah sedikitpun.

"Mau dibawa kemana aku?" tanya Ashilla yang tampak enggan di eret oleh pelayan berbaju biru dongker itu.

Tak peduli, pelayan itu tampak terus memaksa Ashilla untuk ikut bersamanya, dan tak membiarkan Ashilla lepas dari tarikannya.

Sampai ke sebuah ruangan bawah tanah, yah, Ashilla di lempar kasar, sampai ia tersungkur di lantai.

"Tempat apa ini?" tanya Ashilla dengan mengedarkan pandangannya, pada sekeliling.

Tempat yang luas, juga tampak penuh, baru kali ini kaki kecil hina itu menginjak ruangan semacam ini, mata Ashilla hanya terbelalak memandang tanpa kedip sekitarnya.

Lagi-lagi pelayan wanita itu mendudukan Ashilla dengan paksa, lalu berlalu menghilang entah ke arah mana meninggalkan Ashilla, ruangan ini terlalu besar juga berliku, sehingga ia hanya terdiam mematung dengan kedua tangan mencengkram kursi empuk bernuansa kulit asli.

Lima belas menit berlalu, pelayan wanita kasar itu datang lagi, dia menyodorkan dua kotak besar berwarna orange, jelas itu brand terkenal, tepat pada dahi Ashilla.

Mata Ashilla itu kini terhalang oleh box, sementara itu ia tampak bingung, bingung harus meraih atau harus menolaknya dan minta untuk dibiarkan pergi.

"Ini! segera ganti pakaian mu, juga alas kaki mu!" Tunjuk pelayan itu pada tirai berwarna hitam, di sudut ruangan paling ujung.

Membuat Ashilla menoleh, mengikuti arah tunjuk sang pelayan, matanya menatap tirai Hitam pekat yang tertutup rapat tanpa celah.

"A.. apa maksudmu?" belum selesai Ashilla bertanya, namun pelayan wanita dengan wajah jutek itu bertindak cepat, menarik lengan Ashilla dengan kasar, lalu mendorong tubuhnya sehingga menabrak tirai Hitam pekat itu.

"Aduh…!" teriak Ashilla dengan memegangi sikunya yang membentur tirai Hitam yang dibaliknya ada pintu.

Belum sempat Ashilla berdiri sempurna, seseorang telah siaga menariknya masuk, kali ini perlakuannya lebih baik, seorang laki-laki gemulai dengan kepala plontos, mengenakan kemeja merah muda, dengan menampakan rambut halus yang menumbuhi area dadanya.

Dia menarik kursi tinggi, mendudukkan tubuh Ashilla di atas kursi, ia juga meninggikan dengan menarik handle kursi yang ada pada bagian bawah kursi.

Untung saja Ashilla sempat berpaut, jika tidak bisa-bisa ia terjatuh ke lantai karena kaget.

"Aduh, Rambutmu begitu lengket, Apa kau tak pernah merawatnya?" tanya sang pria gemulai itu menatap Ashilla.

Ashilla menoleh dan menatap, menatap wajah si pria gemulai itu, melihat ekspresi wajah pria gemulai yang begitu terkejut setelah menyentuh rambutnya.

Membuat Ashilla tersenyum tipis karena malu dan tak enak hati, belum sempat gadis itu menjawab pertanyaan pria gemulai itu, tapi pria itu bertindak lebih cepat, dengan membilas rambut Ashilla juga menyertakan pijatan kecil, sehingga hampir membuat Ashilla terlena.

Belum sempat Ashilla memejamkan kedua bola matanya, lagi-lagi pria gemulai itu berteriak histeris, pria gemulai itu menyentuh kulit wajah Ashilla, dimana menurutnya kulit wajah itu dirasa tak terawat untuk seorang wanita dewasa.

Sehingga pria gemulai itu mempercepat kedua tangannya, memperoleh beberapa macam kosmetik yang memenuhi meja rias, dia terlihat begitu sibuk memilih-milih beberapa paket kosmetik, yang tak sama sekali Ashilla kenal.

Dimana hari-harinya Ashilla hanya menggunakan facial foam, yang mudah dicari di pasaran yang harganya sangat terjangkau, setelah itu, ia cukup menggunakan bedak tipis, juga lipstik tipis, untung saja wajahnya memang sudah cantik sejak lahir.

"Ekye, gak heran, kalau tuan Gernald jatuh hati sama Nona, toh, gak make up aja nona cantik banget, apalagi hidung nona yang mancung dan ramping, ditambah lagi alis nona yang amat menggemaskan," pungkas pria gemulai itu dengan semangat menata wajah cantik Ashilla.

Sementara Ashilla hanya mampu terdiam dan tersipu malu di depan kaca, mendengar pujian dari pria gemulai itu, yang menurutnya sedikit berlebihan.

"Akan ekye tunjukan keahlian ekye ya non, Non akan jadi bak princess di negeri dongeng," ucap Aluna, yah nama laki-laki gemulai itu sebenarnya Rudi tapi ia dengan akrab disapa Aluna.

Baru saja mulut itu terkatup rapat, seketika menjadi tawa kecil di bibir Ashilla, mendengar hiburan receh dari Aluna, membuatnya terhibur.

Lesung pipi di sebelah itu membuat senyumnya menarik, juga gigi putih yang gingsul itu membuat Ashilla semakin terlihat manis dan mempesona.

Wajah Aluna mendekat, menyeka wajah Ashilla, sehingga membuat gadis itu menutup rapat mulutnya, sedikit menjauhkan dahi nya dari kaca.

"Kenapa melihatku seperti itu?" tanya Ashilla dengan suara pelan karena gugup.

Aluna seakan tersenyum beda, dengan sebelah tangannya yang memegang kuat dahi Ashilla, memandangnya dengan lebih jeli, seakan ia memiliki ide cemerlang untuk membuat wajah gadis yang ada di hadapannya itu lebih cantik dan berkelas.

Pria gemulai itu, menepukkan tangannya sebanyak tiga kali, seakan itu adalah kode, benar saja dayang-dayang keluar dari tirai lainnya, memboyong Ashilla melayaninya seperti ratu.

Kini Ashilla hanya mampu memejamkan matanya, berharap jika hari ini baik untuknya, berada dalam ruangan yang penuh aroma harum membuat hatinya rileks, beberapa orang sibuk mendandani kuku kaki dan juga tangannya beberapa lain mendandani wajahnya dan juga rambutnya yang entah diapakan.

Gadis itu hanya pasrah dengan tertegun tanpa kaca di hadapannya. Ashilla hanya tampak berdoa dalam hening, berharap nasib baik untuknya.

Sementara itu, terdengar suara pintu terbuka,

Greek..

Suara seseorang melangkah itu terdengar jelas dan semakin dekat, semakin mendekat ke tempat Ashilla berada.

Membuat jantung gadis itu berdegup kencang, takut jika yang datang itu adalah...