Chereads / DINGINNYA SUAMIKU / Chapter 44 - BAB 44

Chapter 44 - BAB 44

Ternyata masih saja ia berhubungan dengan laki-laki itu. Dadaku bergemuruh serta kedua tanganku mengepal kuat. Siap untuk menghantam keduanya.

Dengan memakai masker aku membuntuti keduanya dari kejauhan. Rupanya mereka sudah memesan kamar sebelum datang ke sini. Nampak keduanya memasuki kamar hotel dan tak lupa aku mengabadikan momen ini dari ponselku.

Rasanya sudah tak sabar lagi untuk berdiam lagi melihat penghianatan yang dilakukan oleh Keyla. Oh, ini kah balasan yang aku terima atas perbuatanku pada Reyna dulu. Ah, rasanya kepalaku terasa sakit mengingat kejadian masa laluku. Aku menjambak rambutku sendiri dengan kedua tanganku. Rasa pening kini menghinggapi kepalaku, semakin sakit.

Ingin aku mendobrak pintu kamar hotel tersebut. Namun, rasanya ini bukan waktu yang tepat untuk menangkap basah keduanya. Aku harus bersabar untuk menunggu dihari ulang tahunnya nanti. Sepertinya itu akan menjadi momen terpahit baginya. Akan aku beri hadiah yang tidak pernah ia sangka sebelumnya.

Aku pun menghentikan langkahku dan mengurungkan niatku menangkap basah keduanya.

******

POV KEYLA

Hari ini terasa sangat penat sekali. Sehingga aku mengajak David untuk menemaniku ke sebuah hotel. Untunglah tidak ada seorang pun yang mengenaliku maupun David di hotel tersebut. Dan beruntungnya perselingkuhanku selama ini tidak diketahui oleh Mas Reyhan. Semuanya aman dan terkendali.

"Sayang! Kapan perusahaan milik suamimu itu akan jatuh ke tanganmu?" tanya David sembari memeluk tubuhku dari belakang.

Aku mengulas senyum dan mengelus punggung tangannya lembut. "Sabar, sayang! Sebentar lagi pasti perusahaan dan rumah akan menjadi milikku. Dan pastinya setelah ini kita akan hidup bahagia," jawabku penuh keyakinan.

"Kamu betul-betul hebat, sayang. Kamu tidak hanya hebat di atas ranjang. Tapi kamu juga cerdik sekali," puji David sembari menyentil hidungku.

"Siapa dulu? Keyla," ucapku bangga. Kami pun memadu kasih dan melakukan hubungan suami istri untuk melepas penat.

Waktu sudah menunjukkan pukul 04:00 sore. Kami pun segera meninggalkan hotel ini. Setelah aku mengantar David ke kontrakannya, segera aku pun melajukan mobilku menuju rumah dimana sekarang hanya selalu melihat laki-laki lumpuh itu. Bosan sekali rasanya melihat dia yang selalu duduk di kursi roda dan tak mampu untuk memberi nafkah batin seperti yang aku inginkan. Kalau bukan karena hartanya sudah dari dulu aku meninggalkannya. Untunglah selama ini ada David yang selalu memuaskanmu.

Tidak lebih dari satu jam, aku pun sampai di rumah si lumpuh itu. Nampak Iva berlari untuk membuka pagar rumahku.

Setelah turun dari mobil, aku pun melangkah memasuki pintu utama rumah itu. Kondisi rumah nampak sepi. Iya, karena di rumah ini hanya ada laki-laki lumpuh itu, aku dan pembantuku yang bernama Iva.

Aku membuka pintu kamar perlahan, di sana nampak Mas Reyhan masih tetap sama duduk di kursi rodanya. Namun, nampaknya ia sedang menelpon seseorang. Siapa orang yang sedang dihubungi oleh Mas Reyhan?

Aku berjalan pelan mendekat ke arahnya dengan maksud untuk menguping. Namun, tiba-tiba Mas Reyhan mematikan ponselnya.

"Mas Reyhan!" panggilku sambil memeluk tengkuk lehernya mesra.

Mas Reyhan nampak terperanjat karena kaget. "Kamu? Sejak kapan masuk?" tanyanya masih dengan wajah kemerah-merahan. Entah kenapa dia bisa kaget seperti itu. Ah, mungkin karena kedatanganku yang tiba-tiba masuk.

"Baru saja, Mas," jawabku. "Kenapa melihatku seperti melihat setan saja, Mas?" tanyaku sambil memanyunkan bibir, berpura-pura menjadi wanita manja di depannya.

"Siapa yang tak kaget? Kamu datang kayak jalangkung saja," sergahnya.

Aku mencoba untuk merayu Mas Reyhan. Memberinya kehangatan dan aku kecup tengkuk lehernya lembut. Mas Reyhan pun tak menolak. Aku tahu ia pasti sangat menginginkannya. Toh selama ini dia terlalu bucin padaku.

Namun, aku merasakan ada sesuatu yang janggal dari Mas Reyhan. Biasanya aku perlakukan seperti ini, ia selalu menyambutnya dengan penuh semangat. Ia akan dengan lincahnya memainkan tangan dan mulutnya. Tapi kali ini ia hanya diam tanpa ada reaksi apapun. Aku dibuat seperti mencium sebuah patung bernafas. Tapi tak masalah kalau ia tidak menginginkannya, toh ini juga hanya untuk bermain drama saja.

"Mas, kok diam begini, sih?" protesku.

"Aku hanya merasa sebagai laki-laki yang tidak berguna saja, sayang. Aku tidak bisa membuatmu bahagia. Maafkan aku," ucapnya memelas.

Aku mengulas senyum licik dan mengelus kedua punggungnya. "Shuuuut! Mas, tidak boleh berkata seperti itu! Aku bahagia bersama kamu, Mas," ucapku dengan telunjuk menyentuh bibirnya.

"Terimakasih, sayang," ujarnya.

"Kalau Mas Reyhan merasa sudah tak mampu lagi mengurus perusahaan, sebaiknya jabatan Direktur dilimpahkan saja atas namaku, Mas. Toh aku istri kamu, Mas," ujarku membujuknya, supaya ia melimpahkan perusahaannya padaku secepatnya.

"Iya, sayang! Aku akan lakukan saat ulang tahunmu nanti," jawab Mas Reyhan dengan menyunggingkan senyum manisnya.

Seketika mataku melebar, dengan hati yang berbunga-bunga tentunya. Karena Mas Reyhan akan mengabulkan semua keinginanku. Ia memang sudah diperbudak oleh cinta. Pertama, ia rela meninggalkan istrinya demi untuk menikahimu. Kedua, ia dengan mudahnya akan menyerahkan perusahaannya untukku. Dan, ketiga, aku akan menendangnya setelah aku mendapatkan seluruh hartanya.

Aku tersenyum licik melihat kebodohan laki-laki lumpuh ini. Dengan tetap berpira-pura mencintainya dan tetap berpira-pura bersikap manis padanya.

"Be- betul, Mas? Mas akan melimpahkan perusahaan padaku?" tanyaku dengan girangnya.

Mas Reyhan mengulas senyuman. "Semua akan aku lakukan untukmu, sayang," jawabnya dengan mengelus pipiku. "Jangankan perusahaan, rumah ini juga akan menjadi milikmu, sayang," ujarnya lagi.

Seketika aku memeluknya dengan hati yang sangat girang. "Terimakasih, sayang! Kamu memang suami yang bisa diandalkan," ujarku dengan berpura-pura memujinya.

"Oh, iya sayang! Dua Minggu lagi adalah ulang tahun kamu, kan?" tanya Mas Reyhan.

Aku mengerutkan keningku mencoba untuk mengingatnya. "Oh, iya, sayang! Aku lupa. Tapi, ternyata kamu selalu ingat akan ulang tahunku.

"Tentu dong, sayang! Aku ini suami kamu. Aku sangat mencintaimu. Pasti akan selalu ingat," ujarnya. Lalu tersenyum dengan penuh makna. Entah apa yang ada dibalik senyumannya itu.

"Aku akan membuat pesta untuk kamu, sayang! Dan aku ingin kamu mengundang kedua orang tuamu sebelum hari ulang tahunmu. Kalau perlu panggil Mama, Papamu untuk datang ke sini sekarang,"

"Loh, Mas. Ulang tahunku kan masih dua Minggu lagi? Kenapa orang tuaku diminta datang ke sini sekarang?" tanyaku heran.

Mas Reyhan kembali mengukir senyumannya. "Memang kenapa? Toh di rumah ini juga tidak ada siapa-siapa, kan? Nanti sekalian mereka menyiapkan selametan buat kehamilanmu," ujarnya dengan mengelus perutku. Sontak aku terkesiap dan mencoba memegang tangan Mas Reyhan di pangkuanku. Supaya ia tidak meraba perutku terlalu lama lagi.

"Tapi, kenapa kandunganmu belum juga kelihatan, sayang?" tanyanya penuh selidik.

Sontak wajahku memerah seperti kepiting rebus. Detak jantungku semakin berdetak dengan begitu cepat. Jawaban apa yang akan aku berikan?