Chereads / SEMUA TENTANG CINTA / Chapter 25 - DIA

Chapter 25 - DIA

25. Dia

"Sebenar nya gue nggak nyaman sama orang aneh yang lu sebut sebagai sahabat itu." Jelas Kanaya, menegakan posisi duduk dan melepaskan pelukan Raka, tatapan menyatakan serius.

Dengan penuh semangat Kanaya ingin mengungkapkan rasa kesal nya juga, yang terpendam sejak tadi.

"Oohh, kayanya gue tau nih gara-gara apa!" Sahut Raka seolah tahu segala nya, dengan percaya diri.

"Gue kasih tau ya sayang, dia itu laki-laki paling dingin sejagat raya." Jelas Raka, dengan canda.

"Eh, jangan-jangan lu suka sama dia ya?" Wajah Raka langsung berubah menjadi penasaran, usil.

"Idih! Amit-amit, lu jangan sembarangan ya ngomong nya. Jahat banget sih lu!" Kanaya tidak suka dengan ucapan Raka, ia mengambek, wajah nya manyun dengan bibir yang dirapatkan serta melipat tangan di dada, lalu membalikan tubuh agar memunggungi Raka.

"Nay, gue bercanda aja tau... Masa iya sih gue bisa ikhlas pacar gue sama laki-laki lain, kan nggak mungkin banget." Raka menghadapkan wajah nya di depan Kanaya, dengan posisi jongkok yang seolah sedang memohon.

Kanaya masih manyun, dan tidak menjawab ucapan Raka, matanya menyipit tajam dan menyeramkan

"Nay, maaf!" Lirih ucap Raka dengan sepenuh hati.

"Padahal lu udah janji, nggak akan bikin gue marah, sedih, dan kecewa kan. Tapi barusan lu udah nyakitin gue, Ka." Dengan kesal Kanaya menjawab ketus, membuang wajah nya dari hadapan Raka.

"Iya maafin gue, mulut gue nggak beraturan dan kurang ajar. Padahal biasa nya ini mulut nggak banyak omong, tapi sama lu, gue bisa jadi salah tingkah begini. Maafin gue ya, Nay." Raka masih terus memohon dengan mata sayu dan masih jongkok di hadapan Kanaya.

"Oke, kalau gitu jangan di ulangin lagi ya." Kanaya mengangkat jari telunjuk, masih dengan wajah yang kesal, ia bersikap begitu agar Raka mau berjanji.

Raka mengaitkan jari telunjuk nya dan berkata, "iya gue janji." Dengan senyum yang melengkung lebar.

Tidak terasa, waktu sudah berlalu hingga beberapa jam.

Dan kini hari sudah hampir larut malam.

Raka pun mengajak Kanaya untuk segera kembali ke kosan nya.

Dan kali ini, Raka memberanikan diri menggenggam jemari Kanaya tanpa harus berpura-pura pacaran dan tanpa ijin lebih dulu.

Baru kali ini Kanaya merasakan debaran di dalam hatinya yang teramat kencang.

Hingga membuat Kanaya diam-diam memandang wajah Raka yang begitu macho serta sempurna.

Ia masih tidak percaya, bahwa dia saat ini sudah berpacaran dengan laki-laki yang baru ia kenal juga.

Meski dengan waktu yang singkat, rasanya Raka sudah menunjukan banyak hal tentang dirinya, bahkan sampai kerumah dan bunda nya pun Kanaya sudah mengenal nya.

***

Setelah sampai di kosan, Kanaya melambaikan tangan pada Raka, dan Raka langsung berlalu.

Tubuh Kanaya yang terasa amat kelelahan membuat dirinya merentangkan tubuh di ranjang mini, berukuran 90 meter itu tanpa beralaskan sprei.

Moment ini tidak akan pernah ia lupakan, Kanaya memiliki mindset bahwa semua yang ia jalani saat ini adalah kesalahan dari sikap tidak bertanggung Papa nya.

Dan sejak mama nya sakit, hidup Kanaya kurang lebih seperti berada di neraka, Kanaya tidak melihat perubahan ke arah yang lebih baik, ia juga berpikir bahwa papa nya tidak akan pernah bisa bertaubat, malah semakin menjadi dengan semakin berani Papa nya untuk mengenal kan selingkuhan itu pada Kanaya.

Mengingat pahitnya kondisi seperti itu, membuat Kanaya bertahan melewati kehidupan yang seadanya seperti saat ini, yang mana Kanaya hanya tidur di kamar yang berukuran kurang lebih 4x3 sudah termasuk dengan kamar mandi yang sangat kecil.

Jelas seperti langit dan bumi, kondisi kamar kosan di banding kamar dirumah nya yang sangat mewah.

Ia pun rela meninggalkan kemewahan dirumah itu, hanya karna ia berpegang teguh pada prinsip nya untuk tidak pernah memberi restu dengan selingkuhan papa nya.

Kanaya mencoba mengingat kembali moment indah bersama Raka, hingga membuat Kanaya tersenyum sendiri saat menatap langit-langit kamar dengan posisi telentang.

Tiba-tiba saja, wajah orang aneh yang di perpustakaan itu begitu saja muncul di pikiran Kanaya, mengganggu keindahan.

"Ih dasar orang aneh, kenapa lu pake hadir di pikiran gue sih." Pikir Kanaya sambil menutup mata erat dan mengambil bantal lalu memukulkan ke kepala nya.

Dengan kesal nya, Kanaya meremas bantal itu sekuat tenaga.

"Ihh amit-amit banget sih ada cowo muka nya jutek gitu, boro-boro cewe mau deket sama lu. Baru liat muka lu aja udah galak gitu, langsung kabur semua orang!" Omel Kanaya pada bayang-bayang wajah orang aneh yang masih melekat di dalam kepala Kanaya.

"Huaaa gue pengen tidur. Jauh-jauh yaa dari pikiran gue. Please yaa!" Celoteh Kanaya sendiri, entah suara nya ini dapat di dengar oleh orang dari luar kamar atau tidak. Dan mungkin suara Kanaya bisa di anggap seperti orang gila, karna mengomel seorang diri.

Hingga akhirnya Kanaya tertidur dengan kondisi kamar masih berantakan, serta pakaian masih belum di tata.

***

Pagi hari, semangat baru, Kanaya sangat bersemangat pagi hari ini, karna hal yang baru akan ia lakukan mulai hari ini.

Hal yang sangat menarik dan membuat nya bersemangat adalah kini ia bisa menghasilkan uang sendiri, tanpa bantuan orang tua nya.

Melihat penunjuk waktu yang telah tersedia di kamar kost, masih ada spare waktu untuk membereskan sedikit demi sedikit baju yang ada dalam ransel besar nya, kemudian ia bergegas mandi.

***

Kanaya keluar dari kamar kos, dengan setelan celana jeans dongker panjang dan kaos berwarna kuning, perpaduan warna yang sangat menawan dengan kulit nya yang putih, untuk alas kaki ia lebih nyaman mengenakan dengan sepatu converse putih, membuat Kanaya terlihat begitu cantik, meskipun style yang ia padukan sangat lah simpel.

"Selamat pagi, selamat pagi, selamat pagi." Sapa Kanaya pada beberapa orang penghuni kost yang juga bersiap ingin beraktifitas, saat ia berjalan keluar kos.

Setiap orang itu pun merespon dengan baik sapaan dari Kanaya.

***

Kanaya berjalan kaki dengan tas ransel nya, yang berisikan air minum dan roti yang di belikan oleh Raka semalam.

Bukan hanya Kanaya, begitu banyak pejalan kaki yang berlalu lalang di pagi hari, menjadikan Kanaya tidak kesepian.

Lagi pula, jarak kosan dengan tujuan Kanaya terbilang sangat dekat.

Setelah berjalan dengan langkah lebar nan penuh semangat, sampai lah Kanaya di toko hape yang lumayan besar di banding toko lain nya, adalah milik ci Ason tante dari Athong.

Sayangnya, saat ia sampai, toko masih nampak sepi sekali sepertinya belum ada tanda-tanda mau buka.

Kanaya mengambil duduk di lantai dengan santai tanpa rasa malu sedikit pun, ia juga memilih untuk lebih sabar menunggu seseorang yang bertugas untuk membuka counter tersebut.

***