Hari hari berlalu tanpa kedatangan Raka, entah mengapa Raka mengilang begitu saja dari pandangan Kanaya.
Menjadi Kanaya untuk berusaha sendiri.
Kanaya bisa makan dan memenuhi kebutuhan hari-hari sebelum tanggal gajian, dengan cara kasbon dari Ci Ason.
Di malam hari pun, Kanaya masih kerja di sebuah restaurant bergaya eropa sebagai waiter.
Kanaya bisa kerja di resto ini berkat Ci Ason, pemilik resto ternama ini adalah sahabat karib Ci Ason.
Dari resto ini, gaji yang di dapatkan Kanaya sangat lumayan.
Meskipun kerja nya 6 jam, tapi Kanaya tetap bersemangat menjalani pekerjaan kedua nya ini.
Sudah hampir sebulan, Raka belum juga menampakan diri nya pada Kanaya.
***
Di dalam kamar yang cukup sunyi, karena tidak memiliki televisi, tidak ada suara radio, hanya ada suara binatang malam bergema dari luar, hingga menembus ke kamar Kanaya.
Kanaya berbaring, "Raka, lu kenapa sih menghilang begini. Gue belum bisa minta libur untuk nyari lu, karna gue juga belum gajian, nggak ada uang untuk ongkos nyariin lu." Ucap Kanaya, sambil menatap kipas yang berputar di atas plafon.
"Gue kangen banget sama lu." Lagi ucap nya sambil membayangkan wajah tampan Raka yang sedang tersenyum.
"Kalau emang lu udah nggak mau ketemu gue lagi, nggak apa-apa juga kok! Tapi setidak nyau gentle datang ke gue baik-baik." Masih berlanjut pikiran Kanaya.
Hingga akhirnya ia tersadar, sudah membuang waktu istirahat nya sebanyak satu jam, hanya dengan bengong-bengong.
Padahal besok ia harus bangun dan bergegas ke counter untuk kerja lagi.
Kemudian ia memaksa mata nya terpejam, memeluk guling erat, serta berusaha berhenti memikirkan Raka.
Namun, kepala dan mata nya tidak bisa bekerja sama.
Hingga membuat ia sakit kepala, tapi belum juga bisa tertidur, waktu di jam dinding sudah menunjukan pukul 2 pagi.
"Aduh mata, please merem kek! Besok kita harus kerja lagi. Ayo dong bantu gue. Kasian badan gue nih udah bonyok juga seharian, dan harus tidur woi!" Omel Kanaya kesal karna mata nya masih belum bisa terpejam.
Tembus sampai di jam 4 pagi, kanaya masih menulis di buku harian nya untuk Raka, ia juga berusaha mengingat setiap detail wajah Raka dan melukiskan di kertas putih.
Dengan cara itu, akhirnya Kanaya bisa melepas kerinduan nya dan ia pun bisa tertidur nyenyak.
***
Mentari sudah sedari tadi menampakan sinar nya yang sangat hangat menembus jendela dan masuk ke kamar Kanaya dengan samar-samar hangat, namun hal itu tidak juga membuat Kanaya terbangun dari tidur nya.
Ia masih dengan nyenyak memeluk guling sambil memimpikan saat-saat indah bersama Raka, berjalan menelusuri jalan-jalan dengan canda tawa yang menyenangkan hati.
Mana mungkin Kanaya bisa menyudahi keindahan di dalam mimpi nya, dengan segera.
"Woi! Kerja woi!" Teriak seseorang pengemis yang duduk di trotoa, di dalam mimpi nya, wajah nya sangat mengerikan.
Hingga membuat Kanaya pun tersadar dari tidur lelap nya.
Mata nya langsung terkejut saat melihat jarum pendek jam dinding sudah di angka sebelas dan jarum panjangnya sudah di angka lima.
Secepat kilat ia pun bangkit, langsung melangkah lebar, masuk ke kamar mandi.
***
"Ci Ason, maaf banget saya telat, karna ada tragedi yang nggak bisa saya ceritain disini." Ucap Kanaya, seolah memohon ia tidak enak hati.
"Iyaa, udah santai aja. Nggak usah lu pikirin. Sekarang langsung lu bantu si Ainun untuk cek barang yang baru datang."
Jawab Ci Ason santai, tanpa menatap pada Kanaya. Ia terus menghitung uang dengan fokus.
"I-iya Ci, makasih banget ya." Kata Kanaya, langsung meletakan tas nya di box bawah etalase yang tersedia
"Makasih buat apaan sih?!" Mata nya melirik ke atas menatap Kanaya.
"Hehehe, makasih karna udah maafin saya Ci." Lagi ucap Kanaya sambil menggoyang kan sedikit, tubuhnya ke kiri dan ke kanan, sambil menyengir lebar.
"Haduh, pake senyum kaya kuda begitu lagi lu! Udah sana cepetan deh kerja. Jangan ngemeng lagi, si Ainun kasian nggak ada yang bantuin." Ucap Ci Ason, menepuk jidat nya, karna melihat tingkah Kanaya yang polos dan seakan ia tidak bisa marah terhadap Kanaya.
"Siap Ci Ason. Saya berangkat." Kanaya memberikan hormat dengan tangan di rentangkan di depan dahi.
***
Hari adalah hari yang paling di tunggu-tunggu oleh semua karyawan, karna hari ini mereka bisa menerima hasil kerja nya selama satu bulan.
Barisan rapih, Sugeng, Herdiman, Ainun, Regina dan terakhir Kanaya.
Mereka dengan sabar menunggu giliran nya, setelah menerima sebuah amplop putih, mereka harus memberikan tanda bukti terima gaji dengan tanda tangan di buku besar Ci Ason.
Akhirnya, giliran Kanaya yang sudah berada tepat di depan Ci Ason.
"Nay, lu kan kerja belum satu bulan, terus kemarin ada kasbonan! Jadi kasbon lu gua potong dari gaji langsung aja ya." Jelas Ci Ason, sambil menunjukan sebuah catatan angka di buku miliknya.
Suara Ci Ason pun dapat di dengar dan di saksikan oleh karyawan lain nya, dengan sengaja mereka belum pulang, menunggu Kanaya.
"Eh, lu semua udah dapat gaji kan! Bubar sana!" Saat pandangan Ci Ason menangkap mereka yang masih berada dekat disana.
Seperti ketakutan, mereka semua pun bubar dan menghilang dari pandangan Ci Ason.
"Nay, gua kasihan sama lu. Jadi, gaji lu tetap gua kasih full sebulan, meskipun lu kerja baru tiga minggu. Dan hutang yang kemarin, anggap aja bonus buat lu." Kata Ci Ason suara nya pelan, sambil menengok kiri dan kanan, berharap tidak ada yang mendengar ucapan itu.
"Jangan sampe anak-anak tau ya, gua nggak enak kalau mereka sampai tau. Nanti mereka jadi iri hati sama lu." Pinta bos Kanaya yang berwajah oriental ini, meskipun terkesan galak, ternyata bos Kanaya memiliki hati selembut sutra.
"Terima kasih banyak Ci Ason! Terima kasih." Tanpa di sadari, Kanaya menitikan air mata, sangat terharu dengan kebaikan Ci Ason.
Kemudian secara spontan Kanaya memeluk Ci Ason, tanpa ragu.
"Hei! Udah jangan nangis ya. Gua cuma melakukan tugas gua, membantu yang sedang membutuhkan." Jelas Ci Ason mengusap bahu Kanaya secara lembut, juga akhirnya ikut menitikan air mata.
"Terima kasih Ci Ason, Naya percaya bahwa Tuhan akan balas semua kebaikan Ci Ason." Kata Kanaya, kemudian melepaskan pelukan secara perlahan dan menghapus air mata nya.
"Ya sudah, sekarang lu boleh pulang, kan lu harus kerja lagi di restaurant!" Perintah Ci Ason, mata nya basah.
"Naya bantuin Ci Ason tutup toko dulu yaa." Jelas Kanaya yang tak ingin membiarkan bos tercinta nya sendirian menutup toko.
***