Chereads / Gadis Es / Chapter 3 - Dingin

Chapter 3 - Dingin

Sekarang adalah musim dingin. Tidak ada langit biru, tidak ada cahaya matahari. Semua putih, tertutup salju tebal. Butiran salju terus menimbun tanah dan batuan. Tidak ada tanda-tanda untuk berhenti. Semua sunyi, hanya suara angin kencang yang mendominasi tempat ini.

Sejauh mata memandang, tidak ada tanda-tanda kehidupan sama sekali. Hanya tanah putih dan bebatuan yang mengisi jalan menanjak ini. Semua tanaman meranggas daunnya sendiri. Hingga tak tersisa tanda-tanda kehidupannya.

Bagi manusia normal, pasti mereka tidak bisa bertahan disini. Pertama, suhunya sangat rendah. Bahkan, bisa mencapai -60⁰ Celcius. Kedua, karena tidak ada tanda-tanda kehidupan, berarti tidak ada makanan. Ketiga, rasa dingin ini akan membuat siapa saja meringkuk, lalu mengantuk, hingga berbaring hingga terlelap nan suntuk.

Saat ini aku berada di tempat tersebut tanpa adanya ketidaknyamanan. Tetapi aku malah sangat biasa dengan pengaturan suhu ini.

Setelah berlari terus-menerus, menerobos badai salju, menuju Utara, melewati daratan dan lautan. Aku terdampar atau tiba disini. Sebuah pulau putih di tengah samudra luas. Aku menduga ini adalah Samudra Arktik. Dan pulau ini jelas berada di dekat atau tepat di Kutub Utara. Jelas sekali ketika melihat hamparan es dimana-mana.

Air di pantai pulau itu sudah berubah menjadi hamparan es. Badai salju masih terus berkecamuk tanpa ada tanda untuk berhenti. Tanpa adanya cahaya apapun, seharusnya tempat ini akan sangat gelap. Tetapi aku yang sudah membangkitkan sesuatu bisa melihat dengan jelas.

Pulau itu tidak terlalu luas. Kemungkinan kurang dari 10 km². Bentuknya tidak teratur dengan satu bagian menonjol membentuk bukit tinggi. Tetapi semua hampir merata tanpa ada bagian yang terjal. Aku yakin ini disebabkan oleh penutupan salju secara terus-menerus. Aku melangkah, mendekati pulau diiringi oleh badai salju.

...

Ada alasan mengenai badai salju abadi ini dan mengapa aku tidak merasa terganggu akibat udara dingin.

Salju abadi, bukannya benar-benar abadi, tetapi hanya karena aku menyukainya.

Dan aku memiliki kemampuan kontrol atau manipulasi atas dingin. Jadi bisa dibilang, semua fenomena es ataupun salju disini bisa dibilang perbuatanku sendiri. Termasuk tempat-tempat yang aku lewati sebelumnya.

Ini semua demi penyamaran. Karena aku harus melewati negara-negara. Aku harus membuat tempat itu sepi dengan badai salju ekstrem.

Sehingga bisakah kekuatan ini disebut manipulasi cuaca bersalju?

Itu terserah. Baik manipulasi dingin, es, salju, ataupun cuaca bersalju. Itu baik-baik saja. Karena aku bisa semuanya. Itu bukan kesombongan, tetapi kenyataan.

...

Sebelumnya juga sudah dibahas bahwa aku memiliki suatu kondisi khusus. Kondisi yang membuatku harus tetap berada di dalam kamar selamanya. Terlebih lagi itu bukan kamar biasa. Bisa dibilang, ini lebih seperti ruang pendinginan. Dengan pengaturan, suhu kamar harus selalu mendekati nol Celcius.

Oleh karena itulah, aku yang tidak tahan panas, walaupun sedikit harus tetap berada dalam kamar ini. Tanpa pernah keluar sekalipun.

Kondisi ini sementara disebut sebagai maniak dingin. Karena sama sekali belum kepikiran namanya.

Walaupun ayah, ibu, dan dokter tidak mengatakan apapun. Aku bisa menebaknya setelah beberapa tahun kemudian. Setelah aku mendapatkan beberapa pengetahuan umum.

Dalam sejarah, kasus ini belum pernah ada. Jadi aku yang pertama kali mengalaminya.

Ketika aku menguping sedikit pembicaraan mereka saat itu. Aku tahu bahwa sebelumnya aku hanya bayi prematur, yang sakit-sakitan. Tetapi pada saat itu aku tidak memahaminya dan tidak mempedulikannya.

Baru setelah aku bisa mengakses internet, mendapatkan pengetahuan dasar. Aku perlahan memahaminya. Aku berbeda dari anak lainnya. Bisa dibilang aku unik atau aneh. Sangat berbeda dengan manusia biasa. Hanya bisa hidup di alam yang sangat dingin saja sudah sangat aneh.

Tetapi aku mencoba menyangkalnya dan tidak mempedulikannya. Pada saat itu aku hanya berpikir bagaimana aku seterusnya. Dan apa yang harus aku lakukan di masa depan. Atau apa yang ingin kulakukan saat ini? Itu renungan singkat. Sampai aku menemukan minatku pada musik. Dan aku berhasil melupakannya.

Beberapa hal misterius yang hanya aku saja yang tahu juga ada.

Misalnya minuman.

Memang demi kenyamanan, air minum dibuat dingin atau dicampur dengan balok es.

Walaupun sudah disediakan air murni tersendiri di kamarku. Aku tetap ingin minum air lainnya, seperti teh, jus, susu, dan lainnya, yang harus dipersiapkan dari luar. Jadi harus dibuat dingin terlebih dahulu.

Air minum yang sudah tersedia dalam kamar sudah ada pengatur suhunya. Jadi tidak masalah. Tetapi air yang dibawa dari luar harus didinginkan terlebih dahulu seperti dibuatkan es.

Pernah suatu hari, pelayan pribadiku membawa susu hangat untuk pertama kalinya. Itu saat aku baru dipulangkan dari rumah sakit. Mereka mungkin berpikir bahwa ini akan bisa menstabilkan kondisiku.

Tetapi ketika aku menyentuh gelasnya yang 'hangat', membuat ketidaknyamanan di jariku.

"Panas."

Itu adalah suara refleks yang aku keluarkan. Padahal pelayan ini bisa memegangnya tanpa kepanasan sedikitpun. Jadi dia membuat wajah kebingungan.

Walaupun masuk kategori antara 35⁰ - 40⁰ Celcius. Jariku terasa tidak nyaman.

Tetapi aku tidak mau menyerah, aku harus meminumnya. Karena pada saat itu aku mempercayai mereka yang telah melakukan yang terbaik demi kesembuhanku.

Aku memegang gelas susu lagi, berharap kali ini sudah mendingin. Dengan harapan itu aku memegangnya kembali dan mengangkatnya.

Harapanku benar, susu sudah mendingin.

Atau lebih tepatnya membeku?

Hanya karena sama-sama putih kental, jadi terlihat tidak ada perubahan. Hanya ketika aku memiringkan gelasnya aku menyadarinya. Permukaan airnya tidak berubah. Tetap datar dan tetap pada posisinya.

Aku tidak mengerti apa yang terjadi. Pada saat itu, karena aku tidak memahami proses pembekuan. Aku tidak memahaminya.

"Apa yang terjadi, putri? Apakah tidak enak?"

Pelayan melihatku yang memiliki wajah kebingungan.

"Ti-tidak apa-apa."

Aku yang belum bisa memikirkan ide apapun, mencoba meminumnya kembali. Dengan harapan kali ini airnya bisa mengalir ke mulutku. Dan sesuai harapan lagi, air susu sudah bisa mengalir ke mulutku. Terasa manis di lidahku.

Setelah meminumnya aku mengembalikan gelasnya ke meja. Dan pelayan yang tersenyum, membawanya ke luar kamar. Aku melalui hari itu, tanpa merasa adanya masalah dan berakhir melupakannya.

Apakah pelayan itu tahu bahwa ketika dia memegang gelasnya lagi, itu sudah sangat dingin? Tetapi tidak ada yang tahu. Bahkan aku.

...

Yah, pada akhirnya aku juga bisa menebaknya. Setelah aku mendapatkan pelajaran umum. Aku bisa mengira-ngira apa itu. Tetapi aku masih memutuskan untuk menyangkalnya dan tidak mempedulikannya.

Ngomong-ngomong pelajaran umum yang aku dapatkan berasal dari ibu. Selain literasi dan kalkulasi. Ibu juga mengajarkan berbagai hal mengenai pengetahuan umum dan dasar dunia ini. Sehingga aku tahu saat itu, aku tinggal di negara Jepang kota Tokyo.

Dan ibu adalah warga asli Jepang, tetapi ayahku bukan. Dia dari Singapura. Dia mulai di Jepang saat kuliahnya. Sambil bekerja juga dia terus melanjutkan studinya di Jepang hingga akhirnya sukses disini juga.

....

Ibu mengajariku apa yang aku perlu tahu sebagai anak-anak. Terutama cerita rakyat khusus anak-anak. Ibu selalu mengajar dan bercerita bersamaan. Tetapi waktunya singkat. Aku tahu, sepertinya ibu juga tidak tahan lama-lama terhadap dingin. Jadi sisanya aku mencari berbagai hal melalui komputer dan internet yang kemudian hari disediakan oleh ayah.

Komputer juga bukan sarana sebagai hiburan buatku. Tetapi bagi orang tuaku. Itu sebagai pengganti pertemuan kita. Agar bisa terus lanjut berinteraksi tanpa khawatir rasa dingin. Komputer inilah penyelamat mereka.

Mereka juga bisa melihatku ketika aku sedang belajar piano.

Jadi itulah caraku belajar hingga mengetahui kekuatanku sendiri saat ini.

Di internet tidak ada informasi ataupun penelitian mengenai manusia super, katamu?

Salah, ada banyak hal-hal lain yang bisa dijadikan referensi. Seperti halnya, kisah-kisah fiksi fantasi.

Ibu selalu menceritakan cerita-cerita rakyat Jepang. Jadi aku juga tertarik. Dan membaca buku adalah salah satu caraku meningkatkan kemampuan literasi yang disarankan oleh ibu.

Aku dianggap genius, jadi bahkan anak usia 6 tahun tanpa sekolah pun bisa dengan cepat membaca dan menulis.

Kembali ke topik. Kisah fiksi fantasi juga cukup populer di kalangan anak muda Jepang. Jadi sangat banyak jenisnya. Terutama yang terkait kekuatan supernatural. Aku justru menemukan referensi yang sesuai terkait kekuatan dinginku. Tetapi aku melewatinya. Karena 'Yuki Onna' dan itu tidak manusiawi. Selain itu ada juga cerita dan legenda dari negeri asing. Yang berhasil kuperoleh melalui internet juga. Aku memilih opsi lain. Yaitu ini bakat sejak lahir. Maka itu bisa menyelesaikan beberapa pertanyaan aku sendiri. Dengan begitu selesai.

....

Kembali ke saat ini. Aku sudah memutuskan untuk apa penggunaan kekuatan ini. Namanya juga sudah diputuskan, seperti sebelumnya 'manipulasi dingin'.

Dan penggunaannya akan aku manfaatkan secara maksimal untuk kehidupanku sendiri.

Tidak ada waktu untukku terus bersedih. Lebih tepatnya aku sekarang sudah tidak lagi memikirkannya.

Ketika aku marah, meluapkan emosiku, menyebabkan badai salju. Aku sudah bisa berpikir normal kembali. Anehnya aku sudah tidak merasa kehilangan kembali. Aku bisa berpikir secara lebih rasional.

Dendam? mungkin ada sebelumnya, tetapi sekarang sudah tidak peduli. Lagipula aku tidak tahu siapa pelakunya.

Aku tahu bahwa ada seseorang meletakkan bom dengan energi besar di bawah panggung. Tetapi orang itu juga terkena dampak ledakannya, juga akhirnya hancur pula. Entah apa motifnya. Mungkin ada orang yang membenciku atau orang tuaku. Entah siapa, aku melupakannya saja.

Aku juga sudah sendiri, tidak ingin hidup di habitat manusia. Mungkin, aku sudah menerima bahwa aku bukan manusia?

Tidak, ini hanya karena aku tidak mengenal siapapun selain orang tuaku. Jadi aku tidak tahu harus kemana lagi. Dan akan sangat bermasalah jika orang asing yang akan merawatku.

Jadi, pada saat itu. Ketika ada tanda-tanda orang mendekat ke arahku. Aku yang sudah tenang, memutuskan untuk melarikan diri dan hidup sendiri di tempat yang sesuai. Tepatnya di tempat yang selalu dingin. Dalam pengetahuanku, hanya ada dua tempat yang paling sesuai.

Oleh karena itu, aku terus berlari ke Utara hingga akhirnya aku sampai disini. Pulau sepi dan putih.

Mari jadikan ini sebagai rumah keduaku.