Chereads / Gadis Es / Chapter 4 - Awal Baru

Chapter 4 - Awal Baru

Setelah tiba di pulau ini, aku memutuskan untuk tinggal disini. Entah sampai kapan itu, aku belum tahu.

Segera aku mencari lokasi potensial untuk istirahat. Disini aku buta waktu. Jadi tidak ada cara lain selain menggunakan insting. Mungkin sudah malam ataukah masih siang? Aku tidak tahu. Lingkungan sekitar masih gelap dan bersalju.

Setelah aku menerima kekuatan ini apa adanya. Semua informasi baru, masuk seperti baru diinstal. Pikiranku juga semakin tenang.

Aku juga memahami kekuatan ini sebelumnya. Jadi mudah saja menggunakannya. Bagaikan bagian dari diriku sendiri.

Jadi aku dengan cepat mulai bertindak membangun sebuah iglo es sederhana. Pas untuk tidur saat ini. Di luar terus gelap, jadi mungkin waktu juga sudah malam. Aku akan meninggalkan semuanya untuk besok. Jadi sekarang aku harus istirahat.

Setelah aku bangun, aku memperhatikan sekeliling. Ternyata di luar masih gelap dan bersalju. Walaupun sekarang sudah lebih ringan dari sebelumnya.

Sambil duduk aku mulai merenungkan banyak hal. Berbagai pertanyaan muncul dalam pikiranku.

Tentang ledakan itu. Apa yang menyebabkan ledakan itu?

Sebuah bom bunuh diri? Ataukah serangan?

Siapa targetnya? Aku ataukah orang tuaku? Atau orang lain, yang kebetulan ada disana?

Aku tidak tahu, terlalu sedikit informasi.

Tapi aku yakin, ayah sudah memeriksa segalanya, dan bahkan orang luar dilarang masuk atau mendekati panggung.

Jadi kemungkinan pelaku, mungkin orang dalam.

Aku tidak tahu pekerjaan ayah dan ibu. Aku tidak pernah bertanya dan mereka juga tidak pernah menceritakannya. Lagipula, sejak awal aku sudah tidak peduli mengenai pekerjaan mereka. Aku terlalu menikmati kemewahan dan kemudahan hidup dari mereka.

Mungkin aku sedikit menyesal tidak mencari tahu sebelumnya.

Untuk saat ini mari kita tenang. Bukannya aku tidak punya dendam juga. Aku sebenarnya juga masih marah pada orang yang menghancurkan hidup damaiku. Aku masih bisa merasakan amarahku waktu itu. Setiap kali teringat aku selalu melampiaskannya ke udara. Yang mengakibatkan adanya badai salju ini.

Tetapi sekarang aku tidak bisa berbuat apa-apa. Jadi aku harus tenang.

Kenapa ayah dan ibu harus meninggal?

Mari kita relakan saat ini. Berdoa agar mereka bisa hidup damai di kehidupan berikutnya. Aku ingin mengadakan pemakaman, tetapi tidak bisa. Lagipula, jasadnya hancur akibat ledakan tersebut. Mari kita serahkan hal ini pada kepolisian. Lagipula aku juga seharusnya dianggap sudah tewas. Jika aku masih berada disana. Pasti akan terjadi hal yang sangat merepotkan nantinya.

Jika ditanya kenapa aku masih hidup. Jawabannya adalah kekuatanku. Ledakan aura dinginku bisa mengurangi dampak ledakan itu. Aura 'dingin' ku bisa memadatkan konsentrasi gas-gas di sekitar. Jadi itu bisa digunakan sebagai perisai udara. Sisanya bisa dipikirkan sendiri jika anda bisa memahami sifat-sifat dari udara.

Ada kemungkinan juga bahwa ini bisa meredam ledakan nuklir. Tapi itu hanya imajinasi saja. Siapa juga yang mau jadi kelinci percobaan pada tingkat bahaya yang belum diketahui.

Mari kita lupakan dulu semuanya. Yang harus aku lakukan adalah cara untuk bertahan hidup disini.

Tetapi aku tidak tahu harus bagaimana menghadapi semua ini.

Setelah aku mengetahui kemampuan ini. Aku tidak perlu khawatir tentang air minum.

Kemampuan ini bisa mengendalikan suhu sampai ke titik terendah. Bukan terendah mutlak, tetapi mendekati. Hanya merendahkan bukan menaikkan. Aku mengira bahwa aku hanya bisa mengendalikan suhu pada suhu dingin, di bawah suhu kamar. Mungkin batas atasku adalah 15⁰ Celcius. Tetapi itu cukup untuk mencairkan es menjadi air dingin. Atau mengkondensasikan uap air agar menjadi titik-titik embun dingin. Lagipula aku awalnya juga tidak tahan pada suhu kamar atau lebih. Oleh karena itulah, aku benar-benar tidak mempermasalahkan air lagi.

Masalah selanjutnya adalah makanan. Sayangnya disini hanya ada salju dan es sejauh mata memandang. Pohon-pohon kering tanpa daun. Mungkin, sudah mati?

Aku tidak tahu. Intinya semua pohon tertutupi salju dan semua daun menghilang. Sehingga kandidat daun sebagai makanan hilang. Aku yakin jika ada daun yang tidak beracun pastinya bisa dimakan. Tetapi sayang, tidak ada daun sama sekali.

Sisanya daging hewan. Ini juga masalah.

Aku tidak menemukan tanda-tanda kehidupan dimana pun, kecuali aku sendiri. Mungkin semua hewan sudah tertidur hibernasi karena cuaca ini. Atau memang dari awal tidak ada kehidupan disini?

Sekarang memang masih badai salju sejak kedatangan aku. Aku juga tahu sebabnya. Selain karena musim, ini juga karena aku.

Jika dibiarkan aku yakin semua pulau akan tertutup salju tebal. Bahkan bisa menimbun batang pohon.

Tetapi tidak apa-apa, aku tidak peduli. Aku masih perlu ini untuk bersembunyi dan tidak membiarkan siapapun masuk kesini. Aku hanya ingin sendirian sekarang.

Aku memang sudah bisa mengendalikan pengeluaran salju atau memanipulasinya. Misalnya membuat bola salju di telapak tangan aku hanya dengan mengumpulkan dan memadatkan butiran salju disekitar. Mereka akan membentuk spiral seperti sebuah bola hitam yang menyerap udara sekitar. Dengan konsep seperti itu, bola salju terbentuk.

Selain itu aku juga bisa mencairkan atau membekukan molekul air. Yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan air minum.

Untuk saat ini, aku menjadikan badai yang lebat ini menjadi salju ringan dan normal. Karena aku juga perlu untuk beraktivitas mencari makanan.

Aku sudah menemukan ide untuk makanan. Jika daratan tidak ada. Maka ada yang dari laut. Walaupun permukaannya tertutup es. Tetapi bagian bawahnya tidak. Sehingga aku yakin masih ada ikan yang bergerak dalam air dingin. Aku tahu juga dari internet bahwa banyak kehidupan bawah air yang berhabitat di perairan kutub.

Untuk saat ini, pertama aku perlu mencairkan bagian es di titik tertentu. Lalu membuatnya sebagai lingkaran. Kemudian masukkan tangan ke air dingin. Tentunya jika manusia biasa, pastinya mereka akan mati pada suhu ini.

Tetapi aku dengan santai berkonsentrasi pada permukaan airnya. Aku perlu mengendalikan arus air untuk mencari keberadaan makhluk hidup. Dengan perbedaan suhu air, aku mengatur perbedaan tekanan. Maka arus air tercipta.

Sebagai seorang genius, tentunya aku belajar bagaimana hukum alam bekerja. Walaupun hanya dasar-dasarnya saja. Tetapi itu cukup.

Aku membuat arus air terus menerus sampai ke tingkat kedalaman tertentu. Aku tidak tahu berapa dalam itu. Aku terus mencari ke bawah dan terus meluas dan menyebar ke sekitarnya.

Setelah beberapa saat akhirnya aku menemukan tanda kehidupan laut.

Kemudian yang harus aku lakukan adalah berkonsentrasi untuk membekukan air di sekitar ikan itu.

Itu tidak mudah kerena ikan itu terus bergerak cepat. Apalagi setelah menyadari ada yang aneh di sekitarnya, dia berenang semakin cepat.

Aku tidak boleh kalah. Demi makanan. Aku juga memanipulasinya air dinginnya ke arah ikan dengan kecepatan yang sama. Dengan sedikit demi sedikit membekukan air di sekitarnya. Dimulai dari ekor, karena jika ekornya membeku, dia tidak bisa bergerak. Pergerakan ikan akan lebih lambat sehingga mudah ditangkap. Karena aku tahu ekor adalah bagian terpenting ikan untuk bisa berenang dengan bebas.

Setelah beberapa saat, setengah dari tubuhnya, yang dimulai dari ekor sudah sepenuhnya dibekukan. Tanpa pikir panjang lagi. Aku menarik es itu dengan manipulasi ke atas karena ikan juga sudah tidak melawan lagi. Dengan patuh ikan tersebut tertarik oleh es dan muncul di permukaan.

Itu adalah ikan yang cukup besar. Panjang sekitar setengah meter. Warnanya abu-abu dan putih. Dia juga memiliki sudut lancip di mulutnya dan gigi yang tajam.

Kemudian aku segera membuat es tajam seperti pisau. Dan menusuk ikan tersebut hingga mati.

Aku mengiris dagingnya sedikit demi sedikit. Memotongnya kecil-kecil dan memakannya mentah-mentah. Hanya dibumbui oleh asin air laut.

Air laut merupakan garam alami. Jadi tidak masalah walaupun hanya rasa asin air laut. Itu sudah cukup memberikan cita rasa.

Aku makan dan terus makan sampai kenyang. Ketika haus, aku mengkondensasikan udara agar menjadi embun yang mengambang lalu melahapnya.

Setelah makan aku kembali ke rumah es. Yang aku buat untuk pertama kalinya sebagai basement.

....

Sudah beberapa hari sejak aku tiba di pulau ini. Tidak ada hal khusus yang terjadi. Semua adalah hal biasa, tentang bagaimana aku bertahan hidup. Makan, minum, tidur, makan, tidur, minum, makan, tidur, dan sedikit bermain-main dengan es. Aku memang membencinya pada awalnya, tetapi sekarang tidak. Aku malah merasa senang bisa memanipulasi es sesuka hati. Mungkin saja aku memiliki darah putri salju yang biasa diceritakan dalam dongeng-dongeng. Bercanda, aku bukan putri salju.

Tetapi aku akan terima saja jika ada orang yang memanggil aku seperti itu. Aku memang cantik sih. Rambut putih tubuh terawat. Sesuai gambaran putri salju dalam dongeng.

Saat ini, aku ingin mengembangkan iglo ini.

Mungkin sebesar kastil es. Aku juga cukup tertarik ketika melihatnya di komputer.

Bercanda, mungkin sebesar kamarku sebelumnya. Aku hanya berpikir iglo saja tidak akan cukup. Aku ingin kasur dan meja dan perabotan lainnya.

Maka aku membuat gambaran tentang kamar aku sebagai referensi. Sisanya aku mengambil gambaran melalui internet, yang pernah aku lihat. Bisa dibilang kastil kecil atau istana es.

Tetapi kecil, tidak sebesar yang ada di internet. Tentunya karena pulau ini kecil dan tanahnya tidak rata serta menggunung.

Aku hanya membuat dua lantai. Lantai bawah adalah aula dan lantai atas adalah kamar. Semua terbuat dari es, mulai dari lantai, dinding, dan perabotannya.

Berkilau, putih, bersih, dan licin jika bagi orang normal. Aku bisa memanipulasi es, licin tidak menjadi masalah. Lagipula aku tidak akan pernah terpeleset.

Untuk pakaian aku masih menggunakan pakaian lama. Tapi mungkin akan bagus jika aku menggunakan pakaian es. Terlebih lagi pakaian lama sudah cukup buruk. Masalahnya adalah aku masih belum tahu bagaimana cara menjalin es agar bisa digunakan sebagai pakaian. Tetapi aku akan mencobanya lain kali. Aku akan menelusuri potensi es, yang tak terbatas. Saat ini telanjang tidak masalah, karena hanya aku saja yang disini.

Bermain cuaca juga bagus untuk aku. Saat tidak ada matahari, aku membuat hujan salju ringan dan ketika matahari muncul, aku menghentikannya. Itu semua agar aku bisa melihat pemandangan bagus saat ada matahari datang. Walaupun singkat, matahari memang sesekali terlihat di selatan. Tetapi sangat rendah, jadi seperti matahari terbit. Sangat indah.

Sebaliknya waktu malam sangat mendominasi pulau ini. Tetapi, walaupun gelap disini, aku tidak masalah. Aku juga akan tidur jika sudah mengantuk.

...

Saat ini adalah waktu luang aku. Bisa dibilang semua waktuku adalah waktu luang. Tetapi maksudnya, disini aku sedang tidak ada kegiatan biasa.

Aku ingin jalan berkeliling pulau. Ini juga pertama bagiku. Sebelumnya aku hanya fokus pada bagian perut dan igloku. Jadi sekarang adalah kesempatan yang bagus.

Saat aku berjalan-jalan di sekitar pulau. Aku menemukan sebuah goa kecil. Ini adalah pertama kalinya aku melihatnya. Memang tersembunyi. Berada di balik batang pohon tanpa daun dan pintunya hampir tertutup salju. Aku menduga sebelumnya juga penuh salju.

Ketika aku membersihkannya. Itu memang goa kecil. Aku hanya mampu masuk jika merangkak. Ditambah tubuhku kecil sehingga pas-pasan.

Aku masuk ke dalam dan melihat ada sebuah telur. Melihat sekitar lagi. Tidak ada penghuni kecuali telur ini.

Aku ingin memakannya, tetapi mungkin sudah busuk?

Tetapi jika dirasakan lagi, bagian dalam gua hangat bagiku. Mungkin nyaman bagi orang lain. Tetapi aku yang sensitif terhadap panas. Walaupun sedikit aku sudah tidak nyaman.

Bagi telur ini mungkin tempat yang ideal. Dan aku mempunyai firasat bahwa ini masih hidup.

Mungkin ditinggalkan oleh ibunya. Atau dia tidak bisa pulang karena salju terus turun selama ini.

Oleh karena itu, aku ingin melindunginya. Mungkin masih bisa menetas. Aku juga memiliki sedikit pengetahuan tentang panduan menetaskan telur.

Aku ingin merawatnya jika menetas dan menjadikannya teman pertamaku.

Lebih baik memiliki teman binatang yang setia, daripada dengan manusia yang egois.

...

Setelah tiba di rumah, aku membuat iglo es kecil dalam kamarku. Lalu lapisi bagian dalam dengan serutan kayu yang kudapatkan dari pohon. Serutan kayu aku buat sangat lembut, jadi mungkin ini bisa menghangatkannya. Aku membiarkan sedikit telur muncul, kemudian tutupi dengan balok kayu.

Selesai, kotak es dengan bagian dalam serutan kayu dan telur dan ditutup dengan ringan dengan kayu juga. Mungkin ini bisa menghangatkannya. Aku berharap sedikit, setidaknya.

...

Mungkin harapan aku terkabul. Beberapa Minggu setelah itu. Ketika aku baru pulang berburu ikan panjang. Aku memperhatikan bahwa kotak kayu sedikit terbuka dan bergeser. Jadi aku bergegas mengeluarkan telur agar lebih leluasa daripada ditimbun dengan serutan kayu. Awalnya memang sudah retak sedikit. Kemudian sedikit demi sedikit juga timbul retakan yang lain. Aku menatapnya dengan fokus dan konsentrasi. Ini pertama kali aku melihatnya secara langsung.

Proses penetasan telur. Bagiku ini adalah momen terbaik.

Benda lancip keluar, mungkin itu adalah paruh. Setelahnya adalah kaki. Kemudian membutuhkan waktu. Semua kepalanya terlihat. Itu jelas unggas. Masih terlihat basah sedikit dan tampak lemas tak berdaya. Aku tak menghiraukan waktu. Aku fokus pada proses penetasan ini. Kemudian akhirnya menetas sepenuhnya. Kepalanya menatap aku perlahan. Lalu paruhnya terbuka juga, sedikit demi sedikit, seperti bernafas. Pergerakannya masih lemah, jadi aku membiarkannya dengan bebas dahulu.

Agar bisa lebih nyaman aku merobek beberapa helai pakaian dan jadikan alas untuk bayi burung ini. Singkirkan kulit telur secara perlahan agar tidak terlalu mengganggunya. Soalnya sisi-sisinya masih tajam jadi aku khawatir jika aku menggoresnya sedikit.

Setelah itu, pindahkan bayi burung ke atas kain. Dan biarkan beristirahat. Mungkin dia kelelahan setelah mengeluarkan diri dari telur.

Bayi burung menatap aku menciap-ciap dengan rintih.

Oh iya, mungkin makanan.

Aku mengiris kecil-kecil ikan yang baru aku dapat.

Pastikan kecil dan lembut. Lalu arahkan ke paruhnya.

Dia mengambilnya secara perlahan, kemudian setelah beberapa saat meminta lagi. Aku memberikan lagi. Proses ini berulang beberapa kali, sampai akhirnya bayi burung tertidur. Aku menutupnya sedikit, hanya memastikan dia hangat dan masih ada udara.

Setelah itu aku juga pergi untuk tidur, aku sudah merasa lelah dan mengantuk. Aku tidur di samping kotak itu.

Selamat malam.