Universitas Seni kota M
Suasana kafetaria universitas tempat Aliysia dan Sasha istirahat ramai dengan segala macam aktivitasnya. Mulai dari yang sekadar makan, kumpul dengan teman dengan obrolan atau diskusi, juga hanya menumpang wifi geratis yang paswordnya mudah untuk di akses dengan ID mahasiswa.
Pasangan sahabat cantik ini memilih untuk duduk di pojokan kafetaria, meja yang entah kenapa selalu kosong seperti sudah menjadi tempat khusus untuk keduanya istirahat.
Masing-masing dari mereka memesan minuman berbeda, Aliysia si penggemar bobba selalu memesan rasa taro yang manisnya tidak diragukan lagi, minuman selain susu cokelat yang digilainya. Lalu Sasha sendiri meminum es teh manis, bukan karena suka tapi kantongnya sedang sekarat dan biasanya ia minum jus yang harganya lumayan.
Mereka juga memesan kentang goreng untuk dimakan bersama-sama dan akan membayarnya bersama-sama pula, mengingat jika keduanya memang sedang menjadi mahasiswi miskin, meski tidak semiskin itu.
Di dalam obrolan seru mereka, tidak ada pembahasan aneh selain tentang pertunjukan suara yang akan dilakukan Aliysia tidak lama lagi, maka itu gadis muda itu gencar melatih suaranya agar tetap stabil.
"Eh! Kamu tahu tidak, katanya kalau kalian jadi tampil di gedung serbaguna di kota, kelas kami yang akan ditunjuk jadi pembuat gaun jurusan seni suara loh," ujar Sasha antusias, tangannya juga sibuk mencomot potongan kentang, memasukkannya ke dalam mulut setelah dicolek dengan saos pedas.
"Oh, yah? Kamu kata siapa?" sahut Aliysia sama antusianya, ia menyeruput si bobba semakin semangat, untung saja tidak tersedak dan akan sesekali memakan kentang jika kunyahannya habis, tidak seperti Sasha yang memasukan lagi dan lagi potongan kentang tanpa henti.
"Kata dosen Mita, beliau bilang untuk promosi juga karena ada perwakilan dari desainer dunia," jawab Sasha masih antusias.
Ia sudah berharap akan mendapat kesempatan itu dan peluangnya menjadi desainer dunia akan terlaksana, sama dengan sahabatnya yang bermimpi menjadi penyanyi sopran hebat.
"Tapi aku baru tahu loh, eh! Tapi aku juga senang, ha-ha-ha…."
Tawa senang dari Aliysia membuat Sasha mendengkus, meskipun ikut tertawa sudahnya ketika ia mengejek dengan olahraga rutin yang dilakukan sahabatnya bersama dua om botak berbadan kekar.
"Jangan tertawa terlalu senang, nanti diajak olahraga sama Om botak lagi baru tahu rasa kamu."
"Isk! Jangan seperti itu dong! Malah disumpahin lagi, nyebelin kamu!" sewot Aliysia sebal, menggembungkan pipi dan mendelik kepada si sahabat yang justru tertawa
"Ya siapa tahu saja, Lysia. Mereka berdua 'kan memang tugasnya mengejar kamu, ha-ha-ha…."
Kali ini ganti Sasha yang tertawa dan Aliysia sendiri kembali berdecak sebal, menggerutu karena diingatkan tentang om botak yang rajin mengejarnya, bahkan kemarin ketika ia pergi keluar keduanya mengejarnya sampai depan café.
"Hei! Bagaimana kalau kamu sore ini ke tempat aku saja? Pastinya lebih aman dong untuk bersembunyi?" tawar Sasha dengan alis naik-turun merayu Aliysia yang segera mengangguk.
"Setuju deh. Yang penting bisa sembunyi," sahut Aliysia pasrah, menuai kekehan dari Sasha yang akhirnya kembali tersenyum.
"Tenang saja, nanti aku minta sepupuku mengantar sampai depan kosanmu saat pulang, bagaimana?" imbuh Sasha menenangkan.
"Oke sip! Jangan lupa ya salmon kesukaanku disediakan? He-he-he…."
Perkataan seenaknya dari Aliysia menuai dengkusan dari Sasha, yang menjawab sewot dan kembali dibalas seenaknya oleh si calon penyanyi sopran.
"Mahal oy! Beli sendiri."
"Isk! Masa untuk Lysia cantik tidak disediakan, marah nih."
"Wushh! Angin lewat menerbangkan segalanya, jadi sayang sekali cuyung, ucapanmu tidak sampai ke telingaku," sahut Sasha meledek dengan nada mengesalkan, membuat Aliysia yang menjadi korban ledekan memajukan bibirnya sebal.
"Jahat, beneran marah nih."
"Marah juga nggak apa-apa, kok," seloroh Sasha masa bodo.
"Isk! Sasha jahat…."
Sasha hanya menjulurkan lidah, meski setelah itu keduanya kembali tertawa dan membahas masalah kolaborasi antara desain dan seni suara, tepatnya tentang jurusan keduanya yang akan bekerjasama. Hingga jam kuliah masing-masing akhirnya tiba dan keduanya berpisah di sana menuju kelas masing-masing.
***
VJ Invenity Tbk
Hari sudah sore, saat Vian kembali dari cafe Moonbuck untuk menemui keka- ah! Maksudnya mantan kekasih. Di depannya saat ini ada asisten sekaligus teman karib, tepatnya sedang menjelaskan untuk meeting di ke esokan harinya.
Perusahan dengan nama VJ Invenity ini adalah murni dari hasil kerja keras Vian. Ia membangunnya dengan dukungan sang asisten semenjak awal merintis usaha di bidang kontruksi.
Banyak yang Vian korbankan, hingga ia merasa akan sia-sia jika bermuram durja pasca berpisah dengan kekasih keenamnya.
"Jadi Vian, besok kita langsung ke tempat Mister Stefan untuk pertemuan. Jangan sampai telat ya," ujar sang asisten, namanya Endra Rafano biasa dipanggil Er dan ucapannya yang asal itu membuat Vian mendengkus.
Kenapa sampai mendengkus? Itu karena ucapan yang dikatakan Endra sesungguhnya ditunjukan untuk diri sendiri, bukan kepada Vian.
Jelas, Vian selalu tepat waktu dan Endra kadang suka ngaret.
"Katakan itu pada si pemalas, suka telat saat absen. Untung saja kamu memiliki Bos seperti aku, Er. Kalau tidak mungkin sudah dipecat," sahut Vian mencibir Endra yang ganti mencibir ke arahnya.
"Lambemu, Vian. Habis putusan yah sama kekasihmu yang ini?" tebak Endra tepat sasaran.
Vian tidak tahu, ini termasuk katagori bertanya atau meledek. Karena saat ini ia mendapatin si asisten memasang wajah super menyebalkan, dengan hidung kembang-kempis seperti menahan tawa.
Punya teman kupret macam Endra, entah ia harus merasa bersyukur atau meratapi nasib sial.
Eh! Bercanda loh...
Ia tahu, jika saat ini sahabatnya sedang bertanya kepadanya. Lalu, sebagai sahabat yang selalu berbagi ia pun menjawab dan sialnya mendapat sahutan dengan kalimat yang lebih menyebalkan.
"Iya, aku habis putus."
"Wusshh.... Tenang Mas Bro! Wanita lain di luar sana sedang antre menunggu Vian yang tampan, jadi jangan sedih ya," hibur Endra dan tergelak setelahnya.
Kan, apa kata Vian.
Keduanya sudah berteman semenjak kecil dan Endra tahu bagaimana Bos sekaligus sahabatnya ini, bahkan barisan mantan yang dimiliki Vian diketahui alasanya kenapa bisa sampai putus.
"Reseh kamu, Er."
Keduanya pun lantas bersiap untuk pulang ke hunian masing-masing, karena hari sudah sore dan beberapa karyawan juga sudah pulang, tidak ada yang lembur.
Vian sendiri sudah lelah dengan hari yang dijalaninya, lumayan berat pula dengan banyak kegiatan yang dilalui. Menghadiri banyak meeting, juga menerima kenyataan jika saat ini ia kembali menjadi pria jomblo menemani Endra yang dari awal memang belum memiliki kekasih sama sekali.
Kalian mau tahu, apa yang dijawab Endra saat Vian bertanya kenapa sampai saat ini sahabatnya itu belum juga memiliki seorang kekasih?
Jawabannya sukses membuat Vian semakin kesal dan kembali mendengkus kalau mengingatnya.
"Aku akan menikah, jika ada wanita yang mampu membuat jantungku berdebar kencang."
Bukannya apa, Vian jadi kepikiran tentang gosip di sekitar keduanya, masa hanya karena ia dekat dengan Endra ada gosip yang menyatakan ia berpasangan dengan sahabatnya tersebut.
Reseh sekali, ia masih normal dan menyukai gunung kembar serta goa menghangatkan walau sampai sekarang belum pernah memasuki.
Jadi, Vian pun lebih memilih untuk memiliki kekasih sebagai pengalihan gosip, meski tidak pernah merasakan apa itu rasa berdebar kepada para mantan yang dimiliki.
Puk!
Bersambung