Chereads / Inilah Takdirku / Chapter 3 - Part 3

Chapter 3 - Part 3

Aku terbangun di pagi hari setelah di antar pulang oleh Niel terasa seperti mimpi bagi ku bisa bicara dengan orang yang bisa mengerti perasaanku setelah sekian lama.

Seperti biasa di pagi hari aku mengerjakan pekerjaan tugas rumah setelah selesai aku langsung pergi kehalaman belang untuk menyirami bunga yang indah. Aku selalu berpikir seandainya ada bunga yang tidak bisa layu aku ingin seperti bunga itu, sama seperti yang aku inginkan dalam kehidupan ku selama ini aku lelah menerima kehidupan ku yang selalu pahit dan tidak pernah berakhir sampai aku mati.

Saat aku menyiram tanaman hampir setiap hari Axel memperhatikan aku saat aku menoleh kearahnya wajahnya tetap datar dan tidak memiliki ekspresi apa pun kepada ku. Terkadang aku merasa ketakutan walaupun saat itu Ia tidak akan melakukan apa pun. Tapi kali ini dia berdiri dari tempatnya dan menuju kearahku. Perasaan ku tidak enak saat dia menariku dari halaman belakang.

"Tolong lepaskan aku Axel! Jika paman melihat ini aku pasti akan dimarahi"

"Hari ini paman berangkat ke Amerika selama 3 bulan karna ada rapat penting disana, jadi kita bisa bermain bersama didalam kamarku mobilku atau rumah ini sampai 3 bulan. Lagi pula semalam kita berdua belum menuntaskannya bukan?"

"Tolong lepaskan aku..." Aku memohon agar dia bisa memahami konsekuensinya saat melakukannya nanti.

"Tenang saja aku ahli dalam hal ini."

Sesampainya didalam dia langsung melemparkan aku kekasurnya yang berukuran King sizenya itu.

"Tolong jangan lakukan ini... Aku mohon Axel"

"Kau tahu berapa lama aku menahan nafsuku padamu semenjak kau berusia 10 tahun kau masih polos dan bodoh aku menahan semuanya karna Ayah membenci dirimu yang cacat, saat itu pelampiasan aku hanyalah Alena aku merebut kesuciannya dan aku menjadikannya sebagai wanitaku aku hampir melupakan dirimu tapi sayangnya dia malah berselingkuh dariku, jadi apa salahnya jika aku juga berselingkuh dengan mu?" Aku bergemetar saat ia menceritakan nafsunya yang sudah lama ia pendam kepadaku.

"Kau itu cantik dan polos, hanya satu yang membuatmu jadi tidak di hargai yaitu kau ca-cat" aku berharap ada seseorang bisa mengeluarkan aku dari sini.

"Tolong jangan lakukan ini Axel.. Aku mohon jangan lakukan ini padaku"

"Percuma saja kau memohon, karna aku tidak akan pernah mendengarkannya.... Hari ini kau akan jadi milikku karna selama ini yang aku cinta adalah KAU ALETA"

Aku memejamkan mataku membiarkan menerima situasi yang kejam ini. Pada akhirnya hidup tetap hancur bersama orang orang yang aku cintai walaupun Mereke tidak pernah menganggap ku.

Ddrrrttt... Drrttt... ddrrrttt...

"Sial... kenapa disaat saat seperti ini selalu saja ada penghalangnya"

"Hallo"

Aku mendengar sedikit apa percakapan Axel dengan paman sepertinya Axel akan pergi.

"Kenapa? Ini mendadak sekali ayah.."

"Tapi apa harus sekarang?"

"Baik... Ayah"

Axel menatap sinis mataku merasa geram lalu mengambil bajuku yang berserakan dilantai dan melemparnya kearahku.

"Hari ini kau beruntung... Kau bisa simpan kesucian mu itu sampai aku datang karna disaat itu lah aku akan merebutnya"

Lalu setelah itu ia pergi meninggalkan aku dengan keadaan yang berantakan.

Aku keluar kamar Axel dan menuju ke kamarku. Aku menangis sejadi-jadinya.

"Kenapa semua orang tidak pernah memikirkan aku, tidak menyayangi ku, kenapa semua orang jahat padaku?"

"Seandainya aku tidak cacat apa aku akan mendapatkan kebahagian seperti Alena?"

Tiba tiba aku merindukan Niel dan mataku mulai gelap.

"Hei" ucap seseorang tiba-tiba dari belakang.

"ngh? Hei? Niel?"

"Kenapa kau selalu ada dimimpiku sekarang?"

"Karna kau merindukanku"

"Oh jadi gara gara aku merindukanmu maka dari itu kau selalu datang dimimpiku bagaimana bisa?"

"Bukan aku yang datang kemimpimu tapi kau yang datang kemimpiku"

"Bagaimana bisa Niel aku selalu masuk kedalam mimpi mu?"

"Itu, Aku tidak tahu"

"Aleta ayo ikut aku"

"Kemana?"

"Tempat yang akan membuatmu nyaman"

Aku berjalan ketempat yang akan kami kunjungi ternyata di mimpi Niel begitu indah tapi sangat sepi tidak ada yang bisa kami ajak bicara selain aku dan Niel.

"Wah.. indah sekali melihat matahari terbenam saat di pantai." Ternyata Niel membawa ku tepi pantai.

"Apa setiap hari kau kesini Niel?"

"Yah ini seperti rumah bagiku, aku selalu sendiri disini, tidak ada yang bisa aku ajak bicara hanya kau saja"

"Karna ini mimpi mu kan? Jadi itu..." Pembicaraan ku terpotong saat aku melihat wajahnya tampak sedih.

"Hanya kau saja Aleta... yang bisa aku ajak bicara" dia mengatakannya sambil menundukkan kepalanya.

Pada akhirnya aku dan Niel diam dan sambil menatap matahari terbenam hingga gelap pun tiba. "Aleta ayok kita pergi ketempat lain"

"Kemana?"

"Rahasia"

"Oh jadi kau ingin bermain rahasia-rahasiaan dengan ku?"

"Tidak"

"Lalu?"

"Aku ingin membuat kejutan untukmu"

"Apa?"

"Apa kau tidak bisa sabar sedikit?" Lalu dia mendekatkan wajahnya ke arah wajahku, sangat dekat.

Aku berhasil mendorongnya agar menjauh dan sekarang aku memaling wajahku yang sudah merah seperti badut "Iya aku akan bersabar tapi bisa tidak jangan menunjukan wajahmu seperti itu"

"Hahaha kau itu sangat pemalu ya?" Ucapnya sambil mengelus rambutku.

Kami terus berjalan sambil mengobrol sambil banyak hal sampai Niel tidak sadar jika tujuan kita sudah sampai.

"Ah... Aku tidak sadar ternyata sudah sampai"

"Jadi ini tempat apa?"

"Ini tempat aku untuk tidur. Eemmm.... Kau ingin tidur denganku?"

"Hah? Tidak."

"Kenapa?"

"Kau tau aku ini wanita dan kau itu pria jadi aku tidak akan... Akh..." Dia menarik tanganku hingga aku mengikuti jejaknya.

"Aku bukan sepupumu jadi jangan berpikiran yang macam macam, lagi pula ini hanya tidur tidak lebih" perkataannya membuat pipiku memerah lagi entah berapa kali pipiku tidak bisa menahan kemerahannya.

Terlintas di otakku ini hanya mimpi jika Niel berbuat macam macam dengan ku, aku juga tidak akan hamil atau apa pun itu... Ini hanya mimpi dan Niel juga adalah mimpiku. Tapi saat malam itu aku merasakan Niel benar benar ada disampingku, aku merasa dia begitu nyata, apa Niel adalah teman khayalan ku saja atau di mimpiku saja atau mungkin Niel adalah malaikatku? Ini pasti karna efek aku sering mendapatkan tekanan.

"Hei! Kau kenapa?" Tanya Niel yang tidur di sebelahku.

"Aku hanya mengalami ingatan buruk"

"Kau harus bersabar menunggu"

"Menunggu apa?"

"Menungguku" ucapnya sambil memegangi tanganku.

Tiba tiba mata ku mulai gelap dan aku pun tertidur.

"Semoga aku selalu berada di mimpi mu Niel" Jauh didalam hati ku sekarang aku sangat senang walau hanya di mimpi saja hatiku sangat senang.

"Sampai kapanpun aku pasti akan menunggumu" -Aleta