Chereads / Inilah Takdirku / Chapter 4 - Part 4

Chapter 4 - Part 4

Aku terbangun dari mimpi yang bergitu indah dan bangun ke neraka. Aku sangat merindukan Niel, Dia satu satunya yang sangat aku percaya sekarang. Andai sekarang dia ada disini aku akan selalu memeluknya berbicara kepadanya.

Rumah paman tampak terlihat sepi, aku buru buru mengerjakan tugasku yang belum selesai. Aku memasak makanan untuk diriku sendiri. Sangat nyaman bila aku hidup sendiri seperti ini. Aku mendengar ada suara bel dari luar buru buru aku membuka gerbang.

Dan ternyata itu.

Niel?

"Hai" Sapanya, Tiba tiba aku memeluknya tanpa sadar aku harap Niel benar benar tinggal disini bersamaku selagi paman dan Axel belum pulang.

"Niel aku sangat senang jika kamu disini, ini bukan mimpi kan?" Dia tersenyum kearahku dan dia menganggukan kepalanya.

"Ayo Niel kita makan bersama" Ajakku.

"Kenapa rumahmu sangat sepi sekali?"

"Karena paman dan sepupuku sedang pergi, aku berharap mereka tidak pernah pulang" Yah itu yang aku katakan aku memang berharap mereka semua tidak pernah kembali dalam hidupku seperti mereka juga tidak pernah mau aku ada dalam hidup mereka.

"Apa kau sangat membenci mereka" aku terdiam dan berhenti makan.

"Kau tidak tau betapa mereka membenciku, Sangat membenciku" Saat aku mengatakannya mata air ku mulai jatuh lalu aku merasakan sesuatu hal yang lembut berada tepat di pipiku.

"Sudah jangan menangis"

"Aku tau ini berat untukmu tapi kau harus kuat melawan mereka. Karna aku akan selalu ada di sampingmu.... Aku Janji"

"Niel maafkan aku telah membuatmu terlalu khawa...."

"Tentu aku sangat khawatir, karna aku sangat menyukai dirimu, perasaanku semuanya untukmu."

"Makasih Niel aku juga menyukai dirimu"

Akhirnya kami melanjutkan makan kami yang tertunda oleh ku.

"Niel.." Panggilku.

"Ya?"

"Apa malam ini kau bisa menemaniku?"

"Maksudmu kita akan tidur bar..."

"Bukan... Bukan itu maksud ku... Aku sedang sendirian jadi aku takut"

"Aku akan selalu berada disampingmu"

"Tidak Niel... Kau hanya perlu menemaniku sampai paman dan Axel pulang kerumah saja"

"Oh baiklah" upacnya sambil menundukan kepalanya.

"Aku hanya takut kalo paman dan Axel tahu kau tahu disini kita berdua akan kena masalah jadi saat itu juga kau akan pergi dari hidupku lagi." Aku menundukan kepalaku pada kenyataanya sangat sulit jika aku keluar dari rumah ini karna pamanku telah membayar ibuku sebagai tanda bahwa aku sudah di beli oleh pamanku.

"Aku akan menemanimu" ucap Niel yang masih setia memeggang pipiku.

"Terimakasih Niel"

Aku dan Niel melanjutkan makan kami hingga selesai.

Dimalam hari aku dan Niel berada di belakang halaman. Kami menatap bintang bersama.

"Niel jika aku jadi bintang aku mau menjadi penerang hati mu"

"Dan jika aku jadi bulan aku ingin menerangi kehidupanmu Aleta"

Cup

Ciuman kecil dari Niel untuk ku tentu aku membalas ciuman itu. Sekarang aku sangat mencintai Niel.

"Aku akan pergi bersamamu kemana pun kau pergi" ucapnya dengan tatapan penuh keyakinan.

"Kau berjanji?"

"Aku berjanji Aleta"

Pada akhirnya mereka saling berpelukan.

"Aku sangat mencintaimu Aleta"

"Aku juga sangat mencintaimu Niel"

"Aleta ayo kita tidur"

"Baik Niel"

Kami tidur bersama tanpa berbuat apapun. Kami sangat bahagia.. Baru kali ini dalam seumur hidupku aku bahagia dengan orang yang aku cintai.

Pagi harinya Niel sudah hilang dan aku tidur sampai siang. Aku merasa ada yang janggal tidak mendapati orang yang tidur di sebelahku.

"Niel?"

"Niel?"

"Kau dimana?"

Aku mencari Niel tapi tidak kunjung ketemu. Tiba tiba dari belakang seseorang mengagetkanku.

"Ddooorr..."

"Haduh Niel kau mencemaskan aku saja"

"Maaf telah membuatmu cemas"

"Tapi kau tidak kaget?"

"Hanya sedikit"

"Aku gagal"

"Bu.. bukan begitu"

"Tapi kau tidak kaget"

"Karna aku sangking mencemaskan dirimu Niel"

"Maaf ya"

"Hahaha tidak apa Niel"

Kepalaku tiba tiba sakit sekali. Niel yang masih ada di depanku memeluku dengan erat.

"Aleta apa kau baik baik saja?"

"Kepalaku sangat sakit"

"Sebaiknya kau istirahat di tempat tidur dulu"

"Makasih Niel"

"Hari ini kau tidak perlu bekerja, biar aku saja yang mengerjakan tugas mu"

"Emmm... Baiklah"

Niel yang sudah pergi di hadapanku. Aku mulai menutup mataku.

"Hei"

"Niel"

Kehidupanku penuh dengan Niel.

"Niel"

Tapi saat aku ingin menuju kearah seperti ada dinding diantara kami berdua...

"Niel ini apa?"

"Aku juga tidak tahu"

"Niel apa kita akan seperti ini? Terpisah dengan dinding"

"Aku tidak tahu" Tiba tiba Niel pergi dari hadapanku.

"Niel.... Jangan tinggalkan aku"

.

.

"Niel"

"Niel"

Aku terbangun dari mimpi burukku.

"Aleta... Kau tidak apa?"

"Aku tidak apa"

"Kenapa?"

"Aku hanya bermimpi buruk saja"

"Kau yakin?"

"Iya Niel"

"Baiklah aku akan melanjutkan tugasku"

"Iya"

Saat Niel membalikan badannya aku merasa sesuatu akan terjadi kepada Niel.

"Niel"

"Ya?"

"Terimakasih"

"Untuk apa?"

"Untuk selalu ada di dekatku saat ini"

"Iya Aleta"

"Aku mencintaimu"

"Aku juga mencintaimu" lalu dia pergi keluar dari kamarku.

Walaupun perjalanan baru saja dimulai, pasti akan banyak rintangan yang akan datang.

Ke esokaan paginya paman pulang dari kerjaannya. Aku yang merasa takut karna Niel ada di rumah aku mengumpatkan Niel di kamarku.

"Jangan kemana mana"

"Aku takut ketahuan paman"

Niel hanya menganggukan kepalanya lalu tidur di tempat tidur ku. Aku hanya tersenyum melihatnya.

Saat aku menyiram tanaman di halaman belakang. Niel menatapku penuh sendu, aku tersenyum kepadanya.

Dalam hatiku aku terus tidak bisa menahan rasa kebahagianku bersamanya. Aku rasa mungkin ini perubahan yang harus aku mulai sekarang.

Terimakasih Tuhan engkau telah mendatang seseorang yang bisa membuatku bahagia. Untuk hari ini dan juga untuk selamanya.

Dimalam hari paman dan keluargaku berkumpul bersama. Aku tidak sengaja mendengar mereka sedang membisniskan sesuatu.

"Jadi bagaimana?"

"Menurutku itu ide yang bagus"

"Aleta kita bisa gunakan dia sebagai aset kekayaan kita"

Aku menangis kenapa disaat kebahagianku datang tapi masalah sudah muncul lagi.

"Aleta..."

"Ada apa?"

"Niel?"

"Kau jangan disini! Nanti aku ketahuan paman!"

"Apa yang mereka katakan?"

"Mereka..."

Baru aku ingin berbicara kepada Niel. Tiba tiba paman ku memanggilku.

"Aleta?"

"Kau menguping?"

"Ti.. tidak"

"Bohong"

Aleta bersyukur jika Niel sudah pergi dari hadapannya.

"Paman, ayah, ibu"

"Kenapa kalian tega sekali denganku"

"Apa karna aku cacat kalian bisa menjual aku seperti barang"

"Aku tahu kalian membenciku, tapi apa kalian tidak bisa menganggapmu sebagai manusia?"

"Kalian jahat sekali padaku"

"Aku akan keluar dari rumah ini"

"Aku tidak peduli dengan kalian, sama seperti kalian tidak peduli dengan ku"

Aku meninggalkan paman dan keluargaku...

Semoga aku mendapat kehidupan yang baru diluar sana...

Dan bisa bersama dengan orang yang aku cintai