Chereads / Inilah Takdirku / Chapter 5 - part 5

Chapter 5 - part 5

Aku mengingat kembali perkataan mereka yang membuatku sangat tersiksa. "Aleta ada apa?" Aku hanya diam ketika Niel bertanya kepadaku. "Semuanya akan baik baik saja" Niel memeluk dengan erat.

Aku pergi meninggalkan rumah pamanku menelusuri jalan yang cukup sepi dan dingin. Tiba tiba sebuah mobil berada di depanku. Sesorang keluar dari mobil itu menuju kearahku "kenapa kau keluar dimalam malam seperti ini?" Tanganku di pegang kuat olehnya "lepaskan aku Axel" aku meronta ronta agar tanganku di lepas olehnya. "Apa kau ingin menjadi ja***g diluar sana?" Aku terus berusaha melepaskan tanganku dari genggamannya tapi terlalu lemah bagiku untuk melawan Axel. "Aku mohon biarkan aku pergi, jangan menyiksaku dan tolong jangan lakukan apa pun lagi padaku, aku ingin bahagia" Aku memohon pada Axel agar aku tidak kembali lagi Kerumah paman, dimana disana aku bertahun tahun merasakan kepedihan yang kupendam selama ini "TIDAK KAU TIDAK AKU IZINKAN PERGI DARI RUMAH KU" Sekali lagi aku merasa seperti terinjak injak harus menuruti semua perkataan Axel. "Tapi kenapa aku tidak boleh pergi? Kenapa kau membenciku tapi aku tidak boleh pergi?" Ucapku penuh emosi "apa bagimu aku ini jalang? Atau hanya bonekamu saja? Atau aku hanyalah aset kekayaan kalian?" Aku tidak bisa menahan emosiku yang sudah aku pendam begitu lama "Berisik, kau pikir dengan kau kabur itu membuat permasalahanmu selesai?" Pertanyaan membuatku sedikit terkejut. "Apa kalian pikir selama ini aku kabur karna apa? Karna aku sudah muak dengan kalian, kalian menyiksaku, memukuli aku, bahkan mencaci maki aku hanya karna aku CACAT? Dimana hati nurani kalian? Apa salah ku sampai kalian tega memperlakukan aku seperti itu?" Aku menagis untuk yang kesekian kalinya aku tidak tahu apa yang di pikirkan oleh Axel sekarang dia hanya diam dan meyetir mobilnya.

Aku berharap Niel ada di sampingku menemaniku setiap saat aku sangat mencintai Niel. Tapi dia selalu tiba tiba hilang, mataku mulai gelap dan aku pun tertidur.

Dimimpiku kali ini aku bertemu dengan seorang anak kecil "Hai" ucapku kepada anak kecil itu "hai" ucapnya tapi tidak mengarah padaku tapi yang aku lihat adalah aku masih kecil. "Ayo Niel kita main kesana disana ada taman hijau yang sangat indah" anak kecil itu mengajak Niel kecil ketaman aku mengikuti Mereka sampai akhirnya aku merasakan sakit kepala. Aku kenapa? Aku memejamkan mataku sebentar dan aku pingsan.

Aku terbangun dari mimpi itu berahli kemimpi Niel "Aleta kau baik baik saja?" Ucapnya dengan nada khawatir, aku terdiam sejenak mengingat apa yang terjadi padaku tadi. "Niel.... Aku tadi melihat kita berdua masih kecil dan kita main bersama.. lalu.... Kepalaku terasa sakit dan aku pingsan Niel" aku mengatakannya dengan semua yang kulihat di mimpi itu. Niel terdiam wajahnya berubah menjadi sedih aku takut dia mencemaskan diriku. "Sebaiknya kita akhiri saja hubungan kita sampai disini" aku terkejut mendengar pernyataannya Niel kenapa dia begitu tega dengan ku. "Kau pasti ber..." Ucapanku terputus oleh nya "maafkan aku Aleta aku berkata serius padamu" mataku mulai berkaca kaca mendengar semua ucapannya. "Tapi kenapa?" Aku bertanya dan dia hanya menundukan kepalanya "kenapa semua orang pada akhirnya meninggalkan aku? Kenapa aku selalu sendiri? Bahkan orang yang aku cintai juga meninggalkan ku?" Aku meluapkan rasa emosional ku, tiba tiba dia berdiri meninggalkan aku "maafkan aku Aleta, aku akan menghapus semua mimpi ini juga mimpi kita berdua, mungkin ada yang lebih baik dariku di luar sana" ucapnya semakin membuatku menangis "Tidak... Tidak.... Tidak" aku melihat kearahnya yang tengah berhenti di ujung jalan "terima kasih atas semuanya... Aleta" tiba tiba semuanya menjadi gelap.

Aku terbangun dengan keringat yang banyak di sekujur tubuhku, aku melihat sekeliling ruangan itu yang tidak pernah aku lihat. Ini bukan kamarku. "Siapa itu Niel?" Aku tidak menjawab dari pertanyaan Axel yang sedang duduk di meja kamarnya. Aku mengalihkan pembicaraan ku kepadanya "dimana aku?" Tanya ku yang mulai khawatir dengan keberadaan Axel yang satu ruangan dengan diriku. "Kau di rumah ku... Sedari tadi di mobil kau terus menyebutkan Niel... Niel... Niel... Siapa dia?" Tanyanya, baru kali ini aku merasa agak berbeda dengan perlakuan Axel sebelumnya, "bukan urusan mu" jawabku dengan nada ketus. "Apa dia pacar mu?" Aku merasa tertusuk sakit dengan pertanyaan yang Axel berikan "itu juga bukan urusanmu."

Aku bangkit dari tempat tidur yang aku tiduri "mau kemana?" Tanya Axel yang membuatku semakin geram. "Aku ingin kabur dari rumah yang besar ini" lalu aku pergi keluar dari ruangan itu.

Aku melihat kebelakang Axel tidak mengejarku. Segera ku panjat pagar yang tinggi itu tapi saat aku ingin memanjatnya tiba tiba seseorang memegang tanganku. "Lepaskan aku Axel aku tidak.... Niel?" Aku terkejut dengan apa yang di lakukan Niel sekarang. "Jangan pergi lagi" Niel memelukku. Aku melihat Axel menuju kearahku dan aku ingin melepas tangan Niel untuk keluar dari rumah ini tapi itu tertahan karna Niel terus menggenggam tanganku. "Niel apa yang kau lakukan lepaskan aku."

Prok... Prok... Prok...

Suara tepukan tangan yang membuatku Bingung seketika. "Terima kasih Niel adikku kau boleh istirahat aku tidak ingin kau sakit" Otak ku semakin merasa sakit dengan apa yang Axel katakan tadi. Jadi Niel adalah adiknya? Kenapa aku baru tau sekarang. Tuhan cobaan macam apa ini? Aku takut Tuhan tolong jangan memberikanku rintangan yang berat.

aku tersadar dari tempat tidurku. aku segera bangun dan menemui Niel terlebih dahulu. aku kekamarnya tapi tidak ada jawaban disana. aku terus melangkahkan kaki ku mencari Niel. Aku terhenti ketika aku mencium masakan yang paling aku sukai. "Niel..." panggilan ku yang tidak di gubris olehnya. "Niel aku akan...." ucapan ku terpotong ketika Niel menatapku dengan tajam "tidak usah ja***g, urusi saja urusan mu sendiri" aku tidak mengerti kenapa sikap Niel berubah kepadaku kenapa dia mengikuti jejak Axel. Aku pergi dari hadapannya sekarang tidak ada lagi orang yang peduli denganku. semua orang pada akhir pergi tidak ada satupun yang melihat kebaikanku atau peduli kepadaku. Aku berjalan menelusuri halaman belakang, aku memejamkan mataku sambil menghirup udara segar.

di belakang taman tampak ada seseorang yang sedang mengintip. "jangan menyukainya, Dia milikku" ucap Axel kepada adiknya yang masih memandangi perempuan yang ada di dimimpinya sekaligus menjadi kecintaannya itu. "Iya aku tau kak" jauh di lubuk hatinya Ia masih mencintai gadis di masa kecilnya itu tapi sayangnya gadisnya itu Telah melupakannya. Sungguh amat menyesal dirinya harus mengikuti ucapan kakaknya. berharap suatu saat dia dan Aleta bisa bersatu kembali.