Setelah selesai makan, Damian segera melirik ke arah Sany dan Chika. Mereka sedang membicarakan sesuatu sambil berbisik. Damian mencoba mendengarkan apa yang sedang mereka bicarakan, tetapi dia tidak dapat mendengarkan apapun. Dahinya mengernyit memandang mereka dengan rasa ingin tahu.
"Kalian sedang membicarakan apa? Mengapa tingkah kalian sangat mencurigakan?" tanya lagi.
Damian menatap mereka dengan penuh kecurigaan dan dia membayangkan Sany dan Chika akan melakukan sesuatu yang dapat membuat dirinya marah.
"Tidak ada apa -apa Kak, kami hanya mendiskusikan kami mau pergi kemana setelah makan ini. Kak Damian mau pergi kemana? Apakah Kakak akan pergi ke kantor hari ini?" tanya Sany sambil menatap Damian.
Dengan berat hati Damian menganggukkan kepalanya,
"Iya Kakak akan mengikuti rapat di kantor cabang, kalian mau pergi kemana?" tanya lagi.
Sany memandang Chika dan mereka saling berpandangan dan kelihatannya ragu, tetapi Sany akhirnya mengatakannya kepada Damian.
"Kami akan jalan di sepanjang daerah Myeongdong dan sekitarnya Kak, bahkan mungkin saja sampai Dongdaemun. Secara pasti kami belum tahu, kami mencoba memasuki tempat – tempat nokrong anak muda untuk mempelajari Fashion yang sedang tren di kalangan anak muda. Tetapi hmmmm," kata Sany, kemudian dia terhenti sesasat.
"Ada apa? Mengapa tidak di lanjutkan?" tanya Damian kembali.
Damian segera menatap curiga ke arah Sany.
"Hmm, kak. Kemungkinan kami bisa lama, jadi pulangnya kemalaman ya," katanya lagi sambil meminta ijin kepada Damian.
"Kakak ijinkan tetapi harus diingat ya, jangan ada pernah pria lain. Kenalanpun tidak," kata Damian kembali.
"Baiklah Kak," jawab mereka dengan serempak.
Mereka saling pandang dan segera menjawab perkataan Damian, karena mereka sudah mengenal Damian dengan baik. Damian tidak akan memberikan mereka ijin kalau sempat mereka tidak memberikan jawaban kepada Damian dengan meyakinkan.
"Baiklah, tetapi kalian harus memakai provider di sini ya. Supaya kakak dapat menghubungi kalian jika kakak memerlukan sesuatu dari kalian."
Mereka segera mengiyakan permintaan Damian tanpa syarat, karena kalau mereka tidak menyetujuinya kemungkinan rencana mereka tidak akan pernah terlaksana.
"Sekarang kalian bersiap ya, kakak akan menurunkan kalian di tempat yang kalian inginkan." Kata Damian sambil membayar makanan yang mereka santap.
"Sekarang kalian mau diantarkan kemana terlebih dahulu?" tawar Damian lagi.
Damian menatap mereka kembali dan akhirnya mereka meminta di turunkan di daerah Dongdaemun. Damian segera menjalankan mobil menuju Dongdaemun di sana terdapat tempat terlengkap dan termurah di Seoul. Sebenarnya tempat ini akan semakin ramai jika malam hari, tetapi mereka sudah tidak sabaran untuk datang kemari. Masing – masing membawa kameranya, karena Sany dan Chika karena Sany dan Chika harus mengambil foto di jalanan yang menarik perhatian mereka. Tempat ini memiliki pusat perbelanjaan yang modern dan tradisional.
Sany dan Chika sekarang berada di dongdaemun. Mereka tersenyum senang karena mereka akan segera berburu fashion dan berburu hal – hal unik di sekitar daerah ini. Dongdaemun adalah area yang sangat padat toko, restoran dan banyak atraksi lainnya. Terletak di sekitar Gerbang Dongdaemun, Landmark penting Korea. Area ini merupakan rumah bagi Dongdaemun Design Plaza memiliki ruang pameran yang besar, taman rooftop dan toko- toko yang sangat modern.
"Keren ya bangunannya Cha," kata Sany lagi.
Mereka segera berjalan menyusuri Plaza tersebut disana terdapat, Museum Desain, Design Pathway, Internasional Conference Hall, Art Hall 1 and 2, Academy hall, Toko Desain, Laboratorium Desain,Oullim Square, Rooftop Park, dan LED Rose Garden.
"Kita mau kemana nich dulu? Lihat sebegini banyaknya tujuan rasanya kita ngak bisa pulang dech Icha," kata Sany dengan penuh penasaran.
"LED Rose Garden? Wah sepertinya menarik dech Sany. Kita disini dulu sampai malam ya. Besok baru pergi ke tempat lain. Kalau masih kurang besok kitab isa datang ke sini lagi. Bagaimana menurutmu?" tanya Chika kembali kepada Sany.
"Iya semuanya menarik dan aku ingin melihat semuanya," ujar Sany lagi.
"Aku sich kepingin juga Sany, tapi apa kaki kita kuat?" tanya Chika dengan ragu.
Chika memperhatikan sepatu yang mereka pakai, Sany juga memakai sepatu boots dengan tumit dan tidak beda jauh dengannya.
"Tahu begini mendingan kita memakai sepatu sport saja dech," kata Chika lagi.
"Begini saja, kita atur tujuan kita dulu. Kita ke tempat yang kita benar – benar menarik dulu. Jangan memaksakan diri baru kita kembali lagi besok." Kata Sany kembali lagi.
"Iya aku sich setuju saja," kata Chika menyetujui perkataan Sany.
Tujuan utama mereka adalah fashion, tetapi tidak ada salahnya bukan? Sambil menyelam minum air. Mereka memang ingin melihat desain yang luar biasa di Plaza ini. Mereka ingin mode yang sedang tren di kalangan anak muda, jadi apapun yang mereka pakai pada saat ini bisa menjadi inspirasi bagi mereka. Bukan hanya model yang berjalan di atas Catwalk.
"Cha, coba lihat disana."
Sany menunjuk seorang pria berdarah korea yang ganteng sedang berjalan menuju gerbang masuk ke Rooftop, tujuan mereka sama.
"Perhatikan gaya berbusananya, kita coba potret dari sini ya."
Sany segera mengambil posisi untuk memotret pria itu, tetapi langkahnya yang cepat tidak dapat ditangkap oleh kamera mereka. Sany segera menarik tangan Chika untuk mengejar lelaki muda itu. Mereka akhirnya sampai di Rooftop dan melihat pria itu sedang berbicara dengan seorang wanita.
Sany segera mengambil posisi duduk dan memotret ke arah mereka, secara candid.
"San, jangan sembarangan memotret dong. Kalau secara berkelompok kurasa tidak masalah. Jangan di potret secara individu, nanti yang di potret marah. Bagaimana menurutmu?" tanya Chika lagi.
"Kalau begitu kita minta ijin saja, dan kita buat dia berpose di taman sana. Nanti kita potret mereka dengan leluasa. Bagaimana menurutmu?" tanya Sany kembali.
"Itu lebih baik," kata Chika kembali.
Mereka mendekati pemuda itu dan Sany tersenyum memulai percakapannya.
"Excuse me. Hi," sapa Sany dengan ramah.
Pemuda itu berbalik menatap mereka sedangkan wanita yang berdiri di depannya langsung tersenyum.
"Hai," sapa wanita itu dengan ramah.
Pemuda itu langsung tersenyum ke arah mereka.
"Yes? Can I help you?" tanya wanita ini dengan ramah.
"I'm Sany and This is my friend Chika," kata Sany lagi.
"Hi Sany, hi Chika," kata wanita itu langsung sambil mengulurkan tangannya untuk berkenalan.
"I'm Yuki and This is my friend too, Chul Mo." Kata Yuki kembali.
"Are you Korean? Because your name like a Japanese name," tanya Chika kembali.
Yuki tertawa dengan sopan dan mengatakan bahwa dia sebenarnya orang korea tetapi ibunya yang berdarah Jepang. Sehingga namanya seperti nama Jepang.
Mereka tertawa bersama.
"Your guess is only half right and everyone else it wrong just like you," kata Yuki lagi.
Sedangkan Chul Mo menatap Chika dan Sany dengan tersenyum tanpa mengatakan apapun.