"Kami ada janji bertemu dengan klien. Tapi masih nanti siang," jawab Rina.
"Maaf karena sudah merepotkan kalian," ucap Marisa.
"Tidak masalah," sahut Edi.
Andai saja Marisa tahu, Edi adalah akar dari masalahnya selama ini, akankah dia masih mau menerima bantuannya?
Pukul setengah sebelas siang. Rina dan Edi berpamitan pergi kepada Marisa untuk bertemu dengan klien.
Kini tinggal Marisa yang seorang diri membersihkan rumah. Semakin siang, keringat semakin bercucuran membasahi tubuh Marisa. Namun tak membuatnya patah semangat.
Marisa memang pernah hidup bergelimang harta, dan mempunyai karyawan untuk membantu segala pekerjaannya. Namun dia tidak pernah mengeluh mengerjakan semuanya sendiri saat ekonomi keluarganya dalam keadaan tidak baik seperti ini.
Lalu tak lama ponselnya berdering. Telepon dari Jeni. Dia menanyakan keberadaan Marisa saat ini.
"Halo kak. Kakak di mana sekarang?" tanya Jeni saat sambungan teleponnya sudah terhubung.