Marisa kemudian duduk di kursi. Ia jadi teringat akan seorang adik yang dulu pernah diceritakan oleh ibunya waktu masih kecil.
Melihat wajah Marisa yang berubah menjadi muram membuat Jeni tak enak hati. Walaupun terbungkus dengan senyuman Marisa, namun Jeni mengetahuinya.
"Maafkan aku kak kalau telah membuatmu sedih," ucap Jeni dengan tulus.
"Tidak apa apa. Aku hanya terkenang kembali oleh cerita ibuku tentang adikku," sahut Marisa.
"Kamu bisa menceritakannya kalau kamu mau," ucap Rina sambil menarik kursi, kemudian duduk di depan Marisa.
"Kita bicara di sofa saja." Marisa kemudian melangkahkan kakinya menuju ke sofa. Jeni dan Rina lalu mengikutinya.
Karena Marisa sudah sangat percaya kepada Jeni dan Rina. Kini ia menceritakan tentang rahasia besar yang telah disimpannya selama bertahun-tahun.
"Tetapi kalau kakak tidak mau menceritakannya kepadaku tidak apa apa kok kak. Aku bisa pergi," ucap Jeni karena dari tadi Marisa masih diam.
"Tidak, tidak. Aku akan menceritakannya."