Kevin menelan ludahnya dengan susah payah. Mungkin ini terlalu cepat. Tetapi Kevin harus mengatakannya sekarang sebelum Marisa mengetahuinya dari orang lain.
"Sania. Dia hamil anakku," ucap Kevin. Matanya mulai berkaca-kaca dan tak sanggup menatap wajah Marisa.
Marisa yang belum mengerti maksud Kevin terkekeh. "Anakmu yang kamu maksud itu siapa? Namira?" Marisa masih berpikiran positif, dan berpikir yang dimaksud adalah Namira. Padahal bukan.
Kevin menggelengkan kepalanya. "Bukan," jawab Kevin tercekat.
Bola mata Marisa bergetar. Kini dia sudah tidak lagi bisa berpikiran positif dan merasakan firasat buruk.
"Lantas?" tanya Marisa dengan suara bergetar.
Marisa menggoyang-goyangkan lengan sebelah kanan Kevin, meminta penjelasan dari suami yang hampir dinikahinya selama sepuluh tahun tersebut.
"Jangan diam saja! Katakan yang sebenarnya," desak Marisa.