Jeni pagi itu membuka matanya yang masih berat. Semalaman tidurnya nyaris tak nyenyak karena khawatir ada yang masuk dan mencelakai Marisa.
Kepalanya berdenyut karena merasa pusing. Lingkar matanya yang sedikit menghitam juga tidak bisa menyembunyikan rasa lelahnya.
"Tidurmu pasti tidak nyaman ya, tadi malam?" tanya Marisa merasa tidak enak hati.
Jeni menggeleng. Dia menyangkalnya. "Tidur di rumah sakit tidak terlalu buruk juga kok."
Marisa diam. Karena menghargai usaha Jeni yang melindunginya semalaman. Orang seperti Jeni, Marisa yakin pasti tidak mau egonya diturunkan begitu saja.
"Kamu hebat juga ya. Bisa bela diri seperti itu," puji Marisa untuk mencairkan suasana.
Jeni berdecih. "Kamu sedang memujiku?" tanya Jeni dengan gaya cueknya.
Marisa mengangguk. "Kamu layak mendapatkannya. Aku juga tau kamu orang yang baik," jawab Marisa.
