Mata Jeni membulat. Dengan sigap ia langsung menahan tubuh kakaknya. Kemudian dibantu oleh Kevin, Sania akhirnya dibaringkan di atas sofa. Sementara Marisa memanggil asisten rumah tangganya. Lalu menyuruhnya untuk membuatkan teh hangat untuk Sania, agar bisa manambah kekuatannya ketika sadar nanti.
"Kak, bangun kak!" Jeni menepuk nepuk pipi Sania agar bangun.
Tak lama Sania mulai sadar. Ia membuka matanya perlahan. Dia merasakan kepalanya yang masih pusing, lalu memijat pelipisnya. Sania membenarkan duduknya kemudian mencoba mengingat kejadian tadi.
Marisa mengambilkan secangkir teh hangat yang telah Siti buatkan tadi. Lalu meminumkan kepada Sania.
"Minumlah selagi masih hangat, agar kamu tidak lemas," suruh Marisa.
Sania kemudian meminumnya perlahan. "Terima kasih," ucap Sania.
Marisa mengangguk. "Sama-sama."
Di dalam pelukan Kevin Namira sedang menangis. Anak kecil itu merasa bersalah, karena menjadi penyebab mamanya sampai jatuh pingsan.
