Chereads / Wrong Feeling / Chapter 6 - Chapter 6

Chapter 6 - Chapter 6

Awan hitam pekat berpendar mengelilingi kota Jakarta. Siang yang biasa terasa terik oleh sinar matahari, kini berubah gelap disertai angin yang berhembus kencang pertanda bahwa hujan akan segera turun telah tampak. Spanduk-spanduk iklan yang berjejer di jalan tak luput dari terpaan angin hingga beberapa dari kertas tebal nan panjang itu terombang-ambing mengikuti arah angin.

Rintik-rintik air, perlahan mulai turun dari langit hingga jalanan beraspal yang awalnya kering tertutup oleh debu dan pasir, kini mulai basah karena gerimis.

Mobil berwarna putih milik Jayden akhirnya tiba di pelataran parkir gedung perkantoran yang menjulang cukup tinggi. Tanpa menunggu lama, pria berstelan formal ini sedikit berlari masuk ke dalam pintu gedung untuk menghindari gerimis yang mampu membasahi jas hitam yang ia kenakan.

Beruntung ia telah tiba di kantor kliennya lebih cepat sebelum hujan turun lebih deras. Setelah ia berhasil masuk, Jayden berjalan menghampiri meja lobby dimana ada empat petugas wanita yang berjaga di sana. Salah satu diantaranya menyambut kedatangan Jayden dengan ramah sembari bertanya keperluan Jayden datang ke gedung perkantoran ini.

Wanita muda dengan name tag bernama Ayu mengambil gagang telepon dan mengkonfirmasi kedatangan Jayden usai memberitahu maksud kedatangannya yang ingin bertemu dengan direktur perusahaan utama Sentosa Jaya.

Beberapa menit setelahnya, Ayu pun mengarahkan sosok Jayden untuk segera menuju ke lantai 20 yang menjadi kantor pemimpin dari perusahaan tersebut. Jayden menuruti seruan wanita penjaga lobby itu lalu melangkah pergi menuju ke arah pintu lift yang tak jauh dari meja lobby.

Sembari menunggu pintu besi yang tertutup rapat itu, kedua netra lelaki ini meneliti serta melihat-lihat interior serta suasana kantor milik kliennya di lantai satu dengan cermat. Gedung bertingkat tinggi ini ternyata di tempati oleh empat perusahaan yang tergabung dalam Sentosa Grup dengan perusahaan utamanya yang bernama PT. Sentosa Jaya Tbk yang bergerak di bidang tekstil.

Menurut informasi yang ia tahu, Sentosa Grup telah melampaui pangsa pasar luar negeri dengan komoditas ekspor terbesar mereka berupa tekstil serta pakaian jadi. Bahkan mereka memiliki perusahaan fashion tersendiri dengan nama brand yang cukup digandrungi oleh masyarakat luas baik dalam negeri, maupun luar negeri.

Pabrik-pabrik perusahaan ini pun tersebar hampir diseluruh daratan Jawa hingga luar pulau Jawa.

Karena hal inilah, Jayden begitu merasa terhormat saat perusahaan ini memerlukan keahliannya untuk memberi nasehat dalam mengelola keuangan serta mengatur strategi bisnis yang aman dan dan juga tepat.

Ting!

Setelah beberapa menit menunggu, pintu lift akhirnya terbuka. Kedua kaki Jayden bergegas masuk ke ruangan sempit ini lalu menekan tombol 20 sesuai arahan dari petugas lobby. Saat pintu lift perlahan bergerak untuk menutup, samar-samar Jayden mendengar teriakan seorang wanita dari arah luar yang memintanya untuk menahan pintu tersebut agar tidak tertutup.

"Mas, jangan ditutup dulu!" seru sosok wanita itu.

Segera saja Jayden menekan salah satu tombol yang ada di sana untuk menahan pintu lift agar terbuka kembali. Iris mata lelaki jangkung ini melihat seorang wanita berpakaian formal yang setengah berlari menuju ke arah lift sembari menenteng bungkusan plastik putih di kedua tangannya.

Samar-samar Jayden memperhatikan wanita itu yang berhasil masuk ke dalam lift berkat bantuannya. Siluet tubuh wanita karier ini terasa sangat familiar di mata Jayden hingga otak lelaki ini mulai mengingat siapa yang sedang berdiri di sampingnya ini.

"Makasih ya mas..." suara wanita itu terhenti ketika pandangan mereka saling bertemu.

Keduanya sama-sama terkejut hingga tanpa sadar saling menunjuk satu sama lain dengan tatapan tak percaya.

"Anin?"

"Kak Jayden?"

Keduanya kompak saling membuka suara dan menyebut masing-masing nama orang yang ada di hadapan mereka. Keduanya begitu terkejut karena secara tidak sengaja mereka bertemu kembali di sini. Seulas senyum mulai berkembang di masing-masing wajah mereka.

Anin bergegas memindahkan barang yang ada di sisi kanannya saat Jayden mengulurkan tangan dan mengajaknya untuk bersalaman. Keduanya sama-sama tak menyangka akan bertemu kembali selepas Jayden mengantarnya pulang dari rumah sakit.

"Apa kabar kak?" sapa Anin dengan nada yang begitu ramah hingga membuat Jayden tak berhenti memamerkan senyum manisnya yang menampilkan dimple di pipinya.

"Sangat baik. Ngomong-ngomong, kamu kerja di sini ya?" seru Jayden ketika ia melihat tanda pengenal yang bergantung di lehernya.

"Benar sekali. Kalau kak Jayden sendiri, ada perlu apa kemari? " tanya Anin kembali.

"Aku ada janji temu dengan salah satu pemimpin di kantor ini," sahut Jayden yang membuat Anin mengangguk pelan.

Netra wanita ini melihat ke arah jejeran tombol lift usai Jayden memberitahu maksud dan tujuannya datang kemari.

"Mau ketemu sama ibu Laura ya?" kelakar Anin yang membuat Jayden sedikit terkejut.

Namun, lelaki berkulit putih ini mengangguk cepat sebagai balasannya.

"Kok tau?" kelakar Jayden menambahkan.

"Karena aku salah satu sekretaris dari ibu Laura. Jadi, kak Jayden itu Pak Adhitama?"

Jayden kembali mengulas senyum di atas wajahnya dan sekali lagi menganggukkan kepala. Sebagai seorang sekretaris dari pemimpin perusahaan yang akan ia temui, Anin pasti tahu semua jadwal dari atasannya, termasuk dirinya yang akan bertemu dengan sang pimpinan perusahaan di kantor ini.

"Wah, jadi konsultan handal yang sedang naik daun hingga ibu Laura terpikat untuk memanggilnya kemari adalah kak Jayden? Luar biasa sekali," tutur Anin dengan nada berdecak kagum hingga tak percaya.

Mendengar pujian yang keluar dari bibir wanita di sampingnya ini membuat Jayden menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal untuk menutupi wajah malunya itu.

"Ah, mungkin begitu," cicit Jayden pelan.

Sembari menunggu lift yang masih bergerak naik ke atas, Jayden serta Anin sedikit berbincang mengenai perusahaan ini. Tentunya informasi dari Anin membuat Jayden memiliki pengetahuan tambahan yang tidak pernah di ketahui oleh orang luar seperti dirinya.

Perbincangan mereka pun terpaksa terhenti saat lift yang membawa mereka berdua telah sampai di lantai 20 dan daun pintu besi di depan mereka mulai terbuka lebar.

Saat mereka keluar dari dalam lift, seketika itu juga Anin segera mengganti panggilan namanya yang semula memanggil Jayden dengan sebutan 'kak' kini berubah menjadi pak Adhitama. Panggilan yang kerap orang-orang serukan saat bertemu dengannya.

Bahkan, saat Anin mempersilahkan Jayden untuk masuk ke ruang kerja bossnya, perlakuan dari wanita cantik inipun ikut berubah. Intonasi suara Anin yang semula tampak santai, kini terdengar begitu sopan dan sangat formal.

"Silahkan masuk pak Adhitama. Ibu Laura sejak tadi telah menunggu kedatangan anda," seru Anin sembari membukakan pintu kayu mahoni yang menjadi area keluar masuk menuju ruangan boss dari perusahaan besar ini.

Jayden mulai masuk ke dalam ruangan besar itu sembari menyunggingkan senyum kembali tepat sebelum ia melewati pintu tersebut. Bahkan lelaki berparas tampan ini sempat bergumam terima kasih kepada Anin.

Dari hal itu Jayden menyadari bahwa sosok Anin yang ia kenal sebagai sahabat baik dari Acel ini terlihat begitu professional dalam pekerjaannya hingga membuat Jayden berdecak kagum atas perubahan singkat dari Anin saat melayani dirinya dengan rasa hormat dan santun sebagai tamu dari atasannya.