Chereads / Dunia Appeally / Chapter 4 - Dia Yang Selama Ini Aku Cari

Chapter 4 - Dia Yang Selama Ini Aku Cari

Aku mendengar suara seseorang sedang memanggil ke arahku.

"Nur, Danur…." Seorang wanita melambai ke arahku tapi sepertinya bukan melihatku tapi melihat mas bro.

Mas Bro tidak menggubrisnya sama sekali malah seperti tidak mendengar dan menghiraukan teriakan wanita itu, tiba-tiba wanita itu berlari menghampiri kami berdua yang sedang duduk di taman kampus.

"Sepertinya wanita itu memanggilmu," kataku pada mas Bro.

"Gak mungkinlah namaku kan bro bukan Danur."

"Itu 'kan nama panggilanmu saja," kataku padanya. 

"Oh jadi namanya Danur tapi kenapa dia mengaku padaku dia adalah bro? Aku tidak percaya, apa mungkin dia memang bro teman kecil ku dulu?!" jeritku dalam hati.

"Danur~, kamu tuh ya aku panggilin juga tapi gak nengok-nengok, sedang apa sih kamu disini dan siapa ini?" kata wanita itu yang tiba-tiba datang.

"Ada apa memang? aku sedang serius dengan wanitaku."

Hah gila! hatiku dag dig dug dibilang "wanitaku" olehnya. Aku benar-benar terkejut.

"Aku Reina, aku mahasiswa baru di sini dan dia hanya seniorku saja bukan siapa-siapa jadi kamu jangan salah paham," jelasku pada wanita itu.

"Hah kamu Reina? Reina anak pak Arief kan? Ini aku Reina, teman SD kamu dulu, aku Keiko, apa kamu tidak mengenaliku?" tanya wanita itu padaku.

"Sebentar, biarkan aku berusaha mengingatnya terlebih dahulu ya, aku lupa-lupa ingat," kataku sambil mengingat-ngingat.

"Itu lho, yang suka main sepeda setiap sore sama kamu duhulu," tambahnya.

"Oh iya aku ingat Kei, kalau gak salah kamu yang suka aku panggil Keiko-Chan sambil aku cubit-cubit pipimu ya?" kataku sumringah.

"Iya, kamu benar. Untunglah kamu masih mengenaliku," kata Keiko senang sambil memelukku. "Sejak kamu di Sumatera aku jadi kesepian, Reina," tambahnya.

"Iya, maaf aku terlalu lama disana hehehe."

"Hey kalian berdua, saling kenal?" kata Danur pada kami berdua.

"Iya," jawabku singkat.

"Iya, dahulu kami satu Sekolah Dasar," kata Keiko ke Danur. "Lalu kenapa kalian berdua saling kenal?" lanjut Keiko bertanya padaku dan Danur.

"Aku dan dia bertemu di acaraku dan dari situ aku mengenalnya," jawabku.

"Oh begitu."

"Kalau aku sudah mengenal dirinya sebelum dirinya sendiri mengenalnya," kata Danur pada Keiko.

Aku tidak paham apa maksud ucapannya, yang terpenting hari ini aku senang karena teman kecilku Keiko ada di kehidupanku kembali. 

Terima kasih Tuhan, Kau berikan sahabat kecilku kembali. Aku banyak cerita dengan Keiko dan Danur di taman melewati hari ini dengan kabur dari kelas dan tidak terasa akhirnya jam sudah menunjukkan pukul 4 Sore waktunya kelas bubar.

Akhirnya aku dan Keiko berpisah karena kelas kami yang berbeda kudengar tadi jika dia di kelas 01MAPKA karena dia mengambil jurusan Manajemen dan aku Teknik Informatika, jadi sudah jelas sekali kelasku berbeda dengannya. 

Aku berjalan berduaan menuju kelas dengan Danur.

"Suatu saat kamu akan memanggilku dengan sebutan itu lagi," kata Danur tiba-tiba.

"Maksudmu?" tanyaku bingung.

Dia diam tidak menjawab apa yang kutanya padanya tapi pada akhirnya aku sudah tahu namanya, sudah tidak perlu bingung memanggilnya lagi. 

Sesampainya di kelas, aku membereskan tasku dan mengambilnya, disitu aku masih melihat Ratih yang masih duduk di tempatnya sambil membaca sebuah buku novel.

"Tadi kamu dicariin sama kak Rini, Rei. Mas Bro juga dicari oleh kak Rini," katanya padaku dan Danur.

"Oh gitu, ya sudah aku pulang duluan ya Ratih. Sampai ketemu besok ya, bye Ratih," kataku pada Ratih yang masih membaca buku di tempatnya dan kulihat Danur yang sedang mengambil tasnya.

***

Disepanjang perjalanan ku menuju parkiran.

"Kamu pulang sendiri?" kata Danur.

"Iya."

"Padahal aku gak mau lihat kamu sendirian."

"Apa sih, gak jelas!"

"Kamu tomboy ya Reina, apa aku bisa mendapatkanmu? Oh iya kalau tidak bisa akan kucoba terus hehehe," katanya melantur.

"Sudah ya aku mau pulang, kalau kamu tak mau pulang ya sudah menginap saja di kelas," kataku sinis sambil menyalakan mesin motor.

Tapi motorku tidak kunjung menyala, "Ada apa ini?"

"Ada apa Reina?"

"Motorku sepertinya ngambek padaku."

"Mogok? ya sudah pulang saja denganku besok kita berangkat bareng lagi biar aku jemput kamu. Nanti aku bilang sama Ibu dan Ayahmu."

"Iya mogok, tak maulah! Aku naik angkot saja."

"Reina biarkan aku mengantarmu pulang, aku gak mau kamu sendirian," kata Danur sedikit memohon.

"Ya sudah," jawabku terpaksa walau sebenarnya aku senang jika bisa pulang dengannya.

"Aku duduk belakang ya, Danur."

"Enak saja! Duduk di depan lah... Kamu pikir aku supirmu!" katanya sedikit kesal.

Akhirnya aku naik mobil jazz miliknya dan duduk di depan untuk menghormatinya.

Di perjalanan, aku seperti ingin tidur, rasanya mengantuk sekali di dalam mobil, aku menguap terus dan sesekali melihat Danur yang sedang menyetir dan tanpa sadar aku pun tertidur.

"Pel, aku suka kamu seperti ini, kamu yang tomboy dan cantik," aku terbangun setelah mendengar ada yang mengucapkan itu padaku entah itu mimpi atau nyata bahwa Danur yang mengucapkannya.

"Apa kau berbicara padaku?" tanyaku di sela menguapku.

"Tidak."

"Ah sudahlah mungkin perasaanku saja, aku sedang kangen oleh Bro dan Boy, teman kecilku dahulu. Tapi aku tak tahu kemana perginya mereka," kataku tanpa sadar mengucapkan itu pada Danur.

"Mau seribu orang atau sebanyak apapun yang akan pergi dari sisimu, aku akan terus berada disampingmu dan menjagamu, Pel."

"Ngomong apa kamu ini? Apa kamu sedang mabuk?"

"Tidak, kamu tidur lagi saja."

"Gak mau, sudah mau sampai."

Akhirnya sampai juga di rumahku, setelah kuucapkan terima kasih karena dia sudah mengantarku, aku langsung masuk ke dalam rumah tanpa mendengar apa yang dia ucapkan padaku saat itu.

Waktu sudah menunjukkan jam 7 malam.

Waktunya aku makan buah kesukaanku yaitu Apel, hingga saat ini pun aku masih sangat menyukai buah itu.

"Bu, Ibu, Apel untuk Reina mana? aku cari di kulkas kok gak ada sih, Bu?" kupanggil ibu sambil mencari-cari Apel.

"Itu sayang di meja makan, kalau belum ketemu kamu tanya bi Iyem aja disimpan di mana," jawab Ibu dari ruang tv.

"Ini apelnya, Non," bi Iyem menghampiriku.

"Eh iya, makasih ya, Bi," kataku sambil melahap buah kesukaanku itu.

Cerita sedikit tentang bi Iyem yang aku lupakan menceritakannya di awal.

Bi Iyem adalah seorang pembantu di rumahku tapi aku sangat menyayanginya seperti saudaraku sendiri. Dia adalah seorang wanita berumur kira-kira 40 tahun yang sudah ditinggal almarhum suaminya yang dulu juga bekerja dengan keluargaku menjadi supir pribadi ayah dan sudah berada di rumahku sejak aku kecil.

Aku pergi ke kamar ku sambil melahap Apel yang tadi aku ambil, sesampainya di kamar aku seperti melihat kotak kecil yang masih terbungkus rapi di atas meja, aku baru ingat bahwa itu dari Danur saat kita pertama bertemu.

Aku membukanya sambil duduk di pinggiran kasur kamarku dan setelah ku buka, kulihat ada sebuah kunciran berwarna biru bertuliskan "Pel" di dalam kuncirannya dengan sebuah kertas yang seingatku tulisannya seperti ini:

[To Apel,

Hey Apel, apa kabar?

Tidak terasa ya sudah 7 tahun kita tidak jumpa. Kukira, aku tidak akan bertemu denganmu lagi. Tapi ternyata Tuhan punya caraNya sendiri untuk mempertemukan kita kembali. Semoga kamu suka ya kuncirannya.

Mas Bro Danur, Jakarta 2015]

Setelah membacanya, hatiku rasanya kacau sekali, tidak tahu harus berbuat apa yang kenyataannya dia adalah Danurku, Danur teman kecilku dulu, yang sedang aku terus rindukan kehadirannya tapi ternyata dia memang Danurku, Mas Bro-ku.

Ingin sekali menangis rasanya melihat tulisan ini, mengingat semua kenanganku dengannya dahulu saat masih kecil. Dia dahulu selalu melindungiku dari segala macam bahaya dan kini dia hadir lagi di kehidupanku.

Tuhan aku sangat bahagia, Terima kasih Tuhan. Tidak terasa air mataku mengalir begitu saja entah mengapa aku menangis, mungkin karena sebuah rindu yang harus dicurahkan padanya. Tapi kenapa dia tidak terus terang padaku dari awal kita bertemu? entahlah.