Chereads / Dunia Appeally / Chapter 6 - Menyebalkan

Chapter 6 - Menyebalkan

Selama di kelas aku merasa tidak nyaman dan sangat menunggu waktu jam istirahat karena ingin buru-buru pergi ke kantin dan ke taman kampus sambil melihat ikan di kolamnya.

Akhirnya waktu pun sudah menunjukkan waktunya istirahat, aku pergi ke kantin kampus bersama dengan Ratih, di perjalanan menuju kantin aku bertemu dengan Keiko dan akhirnya kami pergi bersama saat ke kantin.

Keiko dan Ratih pun langsung berkenalan saat bertemu. Setelah membeli semua yang kami ingin beli, akhirnya kami langsung ke taman dekat kampus dari pada harus berlama-lama di kantin, saat aku berjalan keluar kantin ada seorang pria yang menabrakku seperti disengaja.

Pria itu yang tadi duduk di belakang Ratih dan dia masih memakai kupluk dari hoodienya.

Aku menoleh ke arahnya namun dia tetap terus berjalan tanpa menoleh dengan tangan dimasukkan ke dalam saku celananya tanpa memperdulikan aku yang melihat ke arah nya. Aku kesal, baru saja aku ingin menyusul pria tersebut Danur pun datang menghampiri ku.

"Kenapa Pel?" tanya Danur padaku. "Mau kemana?" tambahnya.

"Itu ada yang menabrakku tapi langsung pergi begitu aja," kataku kesal.

"Udah lah biarin aja, jangan marah-marah terus nanti cepat tua loh," kata Danur meledekku.

"Iya Rei, santai aja yuk lanjut ke taman!" ajak Keiko padaku.

Ratih tidak berbicara sepatah kata pun, dia hanya memperhatikan aku dan Danur secara bergantian namun wajahnya seperti tidak senang, entah apa yang ada di pikiran Ratih saat ini. 

Kami pun melanjutkan perjalanan kami ke taman bersama, tapi tidak dengan Danur karena dia harus segera pergi ke ruang BEM setelah dari kantin. Saat kami sampai di taman, aku, Ratih dan Keiko duduk di dekat kolam ikan sambil melihat-lihat, Keiko pun mengeluarkan ponselnya untuk sekedar berfoto bersama, akhirnya kami bertiga berfoto bersama di sana.

"Bagus nih hasil nya, liat deh," kata Keiko sambil memperlihatkan layar ponsel nya padaku dan Ratih.

"Iya bagus," jawab Ratih dan aku hanya mengangguk saja.

Aku melihat Keiko yang masih sibuk dengan ponsel nya melihat berbagai foto kami bertiga dan Ratih yang masih terus memakan camilan yang dia beli di kantin dan aku melihat ke sekelilingku dan dari kejauhan aku terpaku dengan satu orang pria, pria itu yang tadi menabrakku, seperti nya dia sedang duduk sendirian di dekat toilet pria, entah dia memang penyendiri atau memang dia tidak punya teman, aku sendiri pun tidak tahu.

Saat pria itu menoleh ke arahku, aku langsung memalingkan wajahku darinya. Namun setelah itu aku melihatnya kembali dan saat aku masih memperhatikan pria itu tiba-tiba Ratih mengagetkanku.

"Dorrr, hayo liatin apa?" kata Ratih mengagetkanku sambil melihat ke arah tempat aku melihat.

"Gak liatin apa-apa," jawabku ngeles.

"Ah masa?" tanya Ratih penasaran.

"Apa sih ih Ratih, hahaha," kata ku sambil tertawa.

"Oh iya Rei, kamu sama Danur pacaran ya?" tanya Keiko tiba-tiba padaku dengan wajah penasaran namun tetap terlihat imut.

"Gak lah, emang keliatan nya begitu ya?" jawab ku heran.

"Danur teh saha?" tanya Ratih.

"Itu si mas bro," jawabku.

"Iya ih keliatan nya kaya pacaran, datang ke kelas berdua, pulang pun juga berdua," tambah Keiko.

"Gak lah Kei," jawabku singkat.

"Kok tapi kalian deket sih? kaya pacaran gitu, ya kan tih?" tanya Keiko lagi.

"Dulu aku sama dia udah kenal dari kecil gitu, baru ketemu lagi sekarang, lagi pula kita tetanggaan bukan apa-apa kok," jelas ku pada mereka.

"Oh seperti itu, baguslah," kata Keiko.

"Kok bagus?" tanyaku mengernyitkan kening.

"Gapapa," jawab Keiko singkat sambil sedikit tertawa.

Kami bertiga pun banyak mengobrol dan saling bertukar pikiran saat itu namun jam pelajaran selanjutnya pun dimulai.

Kami bertiga kembali ke kelas kami masing-masing, aku dan Ratih di kelas yang sama dan Keiko memisahkan dirinya karena berbeda kelas dengan ku dan Ratih. 

Saat diperjalanan menuju kelas aku melihat Danur yang juga berjalan menuju ke arah kelasku dengan senior lainnya. Danur yang melihatku pun langsung tersenyum saat tahu aku melihat ke arahnya.

"Aku masih tidak percaya bahwa Tuhan mempertemukan aku dengannya lagi," kataku dalam hati.

Sesampainya di kelas, lagi-lagi aku tidak melihat pria yang duduk di belakang bangku Ratih, aku merasa aneh karena dia bisa seenaknya main pergi begitu saja tanpa memperdulikan kelas, rasanya aku ingin seperti dia yang tidak perlu mengikuti ospek, karena ospek sangat membosankan untukku.

Aku pun masih terus mengikuti ospek kali ini sampai selesai karena tidak bisa terus beralasan untuk tidak mengikutinya, setelah kelas selesai ku lihat pria yang tadi menabrak ku kembali ke kelas untuk mengambil tas nya tanpa memperdulikan ku yang melihat ke arah nya, wajah nya masih sama dengan wajah dingin melihat ke arahku.

"Tih, duluan ya!" sapa pria itu pada Ratih sambil menepuk pundak Ratih dan langsung pergi meninggalkan kelas.

"Lah, lo kenal Tih?" tanya ku heran pada Ratih.

"Hehehe," Ratih hanya nyengir kepada ku.

"Malah nyengir bukannya jawab," kata ku heran dan kulihat Ratih masih terus merapikan barang-barangnya.

"Aneh," kata ku dalam hati.

Aku merasa heran dengan Ratih, sebenarnya apa yang terjadi dengan Ratih, apa hubungan nya dengan pria itu dan kenapa Ratih bisa mengenalnya, aku juga tidak tahu.

"Ya udah gue duluan ya, Tih," kataku pada Ratih dan ku lihat Danur masih menungguku di luar kelas untuk pulang bersama.

"Udah siap pulang?" tanya Danur padaku.

"Udah, kaya nya besok aku pakai motor ku aja deh, aku kangen dengannya," kataku pada Danur sambil berjalan ke arah parkiran bersama.

"Serius?" tanya Danur heran.

"Iya, aku besok pakai motor saja ya," kata ku dengan nada sedikit memohon.

"Tapi aku mau selalu pulang denganmu. Biar aku antar jemput saja ya," rengek Danur.

Aku diam tersipu. Semoga saja Danur tidak menyadarinya.

"Kok malah diam?"

"Emm tidak. Tapi kalau motorku tidak pernah dipakai. Bisa-bisa dia dijual sama ayahku," kataku memberikan alasan.

"Hemm… baiklah, apa boleh buat? tapi kalau ada apa-apa langsung bilang padaku ya!" kata Danur.

"Siap mas bro!" kataku dengan sikap hormat.

Sesampainya kami di parkiran, aku lihat pria tadi masih berada di sekitar parkiran dan melihat ke arahku dan Danur masih dengan tatapan dingin nya, aku pun langsung pergi ke arah mobil dan mengajak Danur untuk cepat pergi dari parkiran.

"Kenapa Pel?" tanya Danur bingung padaku.

"Gapapa, ayok buruan pulang!" kata ku menarik lengan Danur dan Danur langsung mengambil kunci mobil nya di dalam sakunya dan kami pun masuk ke dalam mobil.