Chereads / Aku Bukan Istri Setia / Chapter 33 - Saya Akan Lapor Polisi

Chapter 33 - Saya Akan Lapor Polisi

"Tumben, berangkat bareng. Ada apa ini?" celetuk rekan kerja saat melihat Mayang dan Daud datang bersama.

Mayang mendengus pelan. Sebenernya, rumor tentang kedekatannya dengan Daud sudah menyebar ke semua pegawai. Itu karena sikap Daud yang menunjukan ketertarikannya kepada Mayang. Sementara Mayang, sebisa mungkin bersikap biasa. Tidak ingin semuanya salah faham. Mengira dirinya penyuka berondong. Dia tidak mau kepikiran dengan berita yang tidak mengenakkan. Terlebih kini, dirinya sedang hamil.

"Enggak kok, Bu. Cuma kebetulan saja." Daud mengelak. Padahal, dia senang kalau dituduh dekat dengan Mayang.

"Kebetulan apa kebetulan." Rekan kerja yang seumuran dengan Mayang itu tidak hentinya menggoda. Begitupun dengan pegawai lain yang rata-rata perempuan. Mayang tahu godaan mereka adalah nyinyiran karena Mayang-lah yang dipilih oleh berondong idaman mereka. Walaupun, Mayang belum tertarik.

Mayang berlalu menuju loker. Menggubris omongan mereka sama saja dengan makan hati. Dia tidak ada waktu untuk meladeni omongan-omongan yang tidak penting.

Di meja kerja, dia dijadwalkan berdampingan dengan Daud. Membuat Mood Mayang rusak saja.

"Bu Mayang."

"Apa?" Mayang berkata ketus tanpa menoleh. Dia terlihat sedang mengoperasikan computer.

"Bu Mayang tidak ada hubungan apa-apa kan dengan Pak Marwan?"

Mayang sontak menoleh. Melotot.

"Kamu kenapa sih! suka mencampuri urusan saya!" Mayang berkata dengan nada tinggi. Dia sudah kesal karena rekan-rekan kerjanya tidak henti-hentinya menjodoh-jodohkannya dengan Daud. Padahal, jelas-jelas Mayang mengelaknya.

"Jangan marah Bu Mayang, dengarkan dulu." Daud berkata dengan serius. Mayang mendengus kasar.

"Sebelumnya saya mohon maaf, Bu. Saya tidak bermaksud mencampuri urusan personal ibu, tapi soal Pak Marwan. Sebaiknya, Ibu harus hati-hati dengan dia."

Mayang mengernyit dahi, "Kenapa?"

"Saya tidak ingin menuduh beliau yang bukan-bukan, tapi menurut pengamatan saya, Beliau itu sangat bernafsu dengan Ibu."

"Kenapa?"

"Apanya yang kenapa, Bu?"

"Kenapa kamu mengatur-atur saya tidak boleh dekat dengan siapa. Memangnya kamu suami saya?"

"Bukan begitu, Bu. Sekedar antisipasi saja. Bu Mayang kan sendirian di rumah. dan Pak Marwan adalah tetangga Ibu. Takutnya dia berbuat macam-macam."

"Kamu enggak usah berlebihan gitu deh. Coba lihat saya sekarang. Apa saya terlihat tidak baik-baik saja?"

"Bu Mayang memang baik-baik saja, tapi anak Bu Mayang? Keliatannya dia sangat dekat dengan Pak Marwan. Apa Bu Mayang tidak mengkhawatirkan Novi kalau dekat dengan Marwan."

Mayang tidak bisa membantah. Apa yang Daud kemukakan memang sesuai dengan realitanya. Dia sendiri menyadari hal itu, tapi bingung mau melakukan apa.

"Kalau Bu Mayang tidak keberatan. Saya mau menjadi bodyguard Bu Mayang."

Mayang menatap Daud. Pria dengan paras rupawan itu terlihat tulus mengatakannya. Mayang menjadi merasa bersalah karena sering menolaknya. Padahal aslinya, Niat lelaki itu sangat baik.

Kini, Mayang dibuat pusing. Dia sudah terlanjur merestui hubungan Novi dan Marwan yang sama saja dengan memberikan mangsa kepada buaya. Bagaimana kalau semisal Marwan merenggut kehormatan anaknya?

"Pak Daud, kamu bisa melacak keberadaan anak saya melalui ponsel tidak?" Mayang bertanya setelah pulang kerja. Dia yang cemas menelfon Novi setiap waktu, tapi tidak pernah diangkat.

"Bisa, Bu. Boleh saya pinjam ponselnya?"

Mayang menyerahkan ponselnya ke Daud yang langsung diutak-atik oleh pria itu. Dia bukan hanya ahli dalam customer service, tetapi juga jago dalam bidang IT.

"Novi sekarang berada di hotel bintang lima persada, Bu."

"Apa? Hotel?"

"Saya juga melacak keberadaan Pak Marwan. Mereka berada di tempat yang sama, Bu."

"Astaga."

Bagaimana Mayang tidak syok. Baru beberapa hari semenjak kedekatan mereka. Marwan sudah berhasil membawa Novi ke hotel. Untuk apalagi kalau bukan untuk.

"Pak, bisa minta tolong temani saya ke hotel itu?"

"Dengan senang hati, Bu."

Mereka berjalan beriringan keluar dari bank. Kembali menjadi perhatian para pegawai. Namun, Mayang tidak menggubrisnya. Dia butuh Daud untuk menemaninya. Seandainya nanti terjadi apa-apa.

"Nak, kenapa kamu mau-maunya diajak ke hotel." Mayang tidak bisa menyembunyikan tangisnya.

"Sabar, Bu." Hanya itu yang bisa Daud katakan. Tidak ingin menambah kekalutan Mayang.

Baru saja sampai di pelataran hotel. Mayang langsung tergopoh-gopoh menuju resepsionis.

"Mas, tolong kasih tahu saya nomer kamar dari Pak Agus Marwanto." Mayang hafal betul nama lengkap Marwan.

"Mohon maaf, Bu. Demi menjaga privasi tamu, Kami tidak bisa memberitahu nomor kamar tamu kepada sembarang orang."

"Tapi, anak saya sedang bersama dengan dia, Mas. Mereka sekamar Mas!" Mayang berseru hampir putus asa. Tak mampu lagi menahan tangis.

Daud yang tanggap mengambil alih berbicara dengan petugas resepsionis.

"Coba, Mas cari nomer kamar atas nama Pak Marwan, setelah itu tolong hubungi dia. Bilang kalau ada Bu Mayang di resepsionis."

Petugas itu menuruti perkataan Daud. Tidak berapa lama, setelah menutup telfon, dia berkata.

"Bu Mayang diminta untuk naik ke kamar 1310 oleh Pak Marwan."

Mayang dan Daud bergerak menuju kamar yang dimaksud. Terlihat pintu kamar yang sengaja dibuka.

"Ya Ampun, Novi!"

Mayang berhamburan mendekati Novi yang terlihat menggunakan pakaian seksi. Mayang ingat betul kalau itu hadiah ulang tahun dari Marwan.

"Anda keterlaluan, Pak! Bisa-bisanya anda menyuruh Anak saya menggunakan pakaian yang tidak pantas seperti ini!" Mayang menuding ke arah Marwan yang terlihat duduk santai di pinggir ranjang. Menyaksikan Novi yang hanya menggunakan pakaian seksi. Dasar buaya biadap.

"Kok menyalahkan saya. Itu semua kemauan Novi sendiri, benar kan Novi?" Marwan tanpa rasa bersalah.

Novi menoleh ke arah ibunya yang penuh tangis.

"Mas Marwan benar, Bu. Ini semua Novi yang mau. Kata Mas Marwan bilang tubuh Novi bagus, seksi. Makanya beliau meminta saya mengenakan pakaian ini."

'Mas? Novi memanggil Marwan dengan sebutan Mas? Sudah sejauh itukah hubungan mereka?'

Dada Mayang semakin sesak. Menyesali kenapa Novi begitu polos. Mau-maunya diperdayai oleh Buaya seperti Marwan. Parahnya lagi, Novi terlihat senang hati melakukannya.

"Tetap saja ini tidak benar. Saya bisa melaporkan bapak atas tuduhan pelecahan." Mayang mengancam. Hilang sudah rasa kagumnya kepada Marwan, berganti menjadi rasa jijik.

"Ibu kenapa sih? Kan Novi sudah bilang kalau semua ini kemauan Novi. Lagian apa salahnya Novi memakai bikini. Ini kan biasa digunakan di pantai. Dan memang Pak Marwan mau membawa saya ke pantai."

"Enggak bisa begitu, Nak. Kamu sadar enggak sih kalau sedang dimanfaatkan sama Pak Marwan. Dia itu punya niat jahat sama kamu." Mayang bersikukuh."

"Niat jahat apa sih, Bu Mayang. Saya lho tidak ngapa-ngapain dengan Novi. Tujuan kami di sini hanya ingin belajar saja, untuk persiapan olimpiade matematika. Dan kebetulan Novi pengen memakai bikini itu."

"Saya enggak percaya apapun alasan Pak Marwan. Yang jelas Pak Marwan sudah melakukan pelecehan. Saya akan lapor polisi."