"Aduh!" Aku meringis kesakitan sembari mengusap-usap pipiku yang terasa perih.
"Bangun kak, kita udah sampai, tau! Cepat, bangun!!"
"Kamu pukul aku berapa kali, hah?!" Aku secara refleks membentaknya karena kesal dengan perlakuan Rick padaku. Aku yakin dia pasti menamparku dengan sekuat tenaga.
"Hehe.. Habisnya kakak nggak bangun-bangun, sih!" kata Rick menyeringai jail.
"Duh.. dasar bocah, sekarang kita ada dimana?"
"Kita sudah sampai di ibukota! Ayah sudah menunggu kakak di rumah. Katanya dia mau ngobrol sama kakak. Ayo cepat bangun!"
"Iya iya, kamu tidak perlu berteriak juga, antar aku kesana."
Rick mengangguk, lalu mengantarku menuju rumahnya sembari melompat turun dari kereta kuda. Sepertinya aku tertidur beberapa jam, setelah ribut dengan Rick semalaman. Aku masih menggunakan kaos dan jaket yang kupakai saat berpindah kesini.
Aku turun dari kereta kuda. Menapak kejalan beralas tanah. Saat melihat sekitar, aku terkejut dengan pemandangan jalanan yang ramai dengan orang-orang yang memakai pakaian ksatria dan penyihir lengkap dengan atribut-atributnya. Saat ini, aku baru sadar kalau aku masih terjebak ditempat ini, padahal aku sangat berharap jika semua ini hanya mimpi.
"Haah.. Serius, apa aku benar-benar terkirim ke dunia lain?"
Beberapa orang memperhatikanku, mungkin bertanya-tanya apa baju yang kukenakan. Yah, dilihat bagaimana pun aku sangat menonjol dengan pakaian dari zaman yang lebih maju dari mereka. Mengesampingkan sihir dan seni bela diri di dunia ini, tentu saja duniaku sangat unggul di segala aspek.
Disekitaranku banyak sekali bangunan megah, tidak, itu bukan gedung tinggi seperti yang ada di duniaku. Tapi, ini lebih seperti bangunan megah jaman dulu, mirip dengan zaman Kerajaan. Aku juga memperhatikan area sekelilingku, banyak pertokoan dan warung-warung semi permanen yang didirikan oleh para pedagang. Mereka menjual banyak barang dari mulai senjata, makanan, sampai barang-barang aneh yang tidak kukenali.
Aku melihat seorang perempuan sedang memilih senjata yang akan dibelinya. Seorang nenek yang membawa barang-barangnya. Ayah, ibu, dan anak yang sedang berjalan. Juga beberapa orang lainnya.
"Kakak, yang cepat jalannya!" Rick kembali memanggilku yang terlambat mengikuti langkahnya karena terkejut dengan pemandangan yang ada dihadapanku.
"Ya! aku kesana!"
Aku segera berjalan menuju sebuah rumah yang cukup kecil namun setidaknya dapat menampung sebuah keluarga kecil dengan 3-4 orang. Setelah melewati pintu masuk, aku dituntun Rick menuju ruang makan dimana paman dan istrinya sudah menunggu.
"Sebelumnya berbicara, mari kita makan dulu, kamu pasti lapar, Ah.. tadi kau bilang namamu Jion bukan. Makanan ini mungkin tidak sesuai seleramu tapi lebih baik daripada tidak makan sama sekali," ucap bibi Amira dengan nada yang ramah.
Aku mengangguk. Aku sangat berterima kasih menerima makanan dari orang yang bahkan tidak memiliki hubungan apapun denganku. Dengan stres yang kurasakan setelah terkirim ke tempat ini, dan melalui perjalanan yang cukup panjang dan tidak nyaman. Tubuhku praktis tidak sangat butuh nutrisi untuk memulihkan tenagaku.
Nah, yang menjadi masalah selanjutnya adalah apa yang harus kumakan pertama kali di dunia lain? Lagipula aku tidak tahu jika diantara mereka mungkin ada makanan yang memiliki rasa yang membuat perutku tidak sakit. Akan aman jika aku memakan makanan yang sedikit manis atau paling tidak, tidak hambar.
"Kenapa diam saja, kak! Jika kamu tidak punya selera makan, coba cicipi buah ini saja. Aku jamin rasanya dapat mengembalikan nafsu makan."
Rick menunjukan ke salah satu buah yang mirip apel. Oh, itu mungkin pilihan yang bagus, mari kita cicipi sedikit, hmm.. ternyata rasanya cukup mirip, tapi buah ini lebih segar daripada apel di duniaku. apa namanya di dunia ini? Yah, sebut saja buah ini apel. Aku menghabiskan buah itu tanpa sisa kemudian meminum segelas air.
"Bagaimana? Enak sekali, bukan?" tanya Rick.
"Iya, buah ini memiliki rasa yang mirip dengan buah yang ada di tempat ku dulu."
"Benarkah? Baguslah kalau kakak suka."
Setelah menyelesaikan sarapan, bibi Amira dan Rick membereskan piring dan gelas kotor lalu membawanya ke dapur.
Sekarang, aku dan paman saling berhadapan untuk berdiskusi tentang masalahku. Tentu saja aku berharap banyak dalam pertukaran ini. Yang kubutuhkan saat ini bukan hanya informasi tapi juga perbekalan minimum karena aku saat ini tidak memiliki satu pun barang atau uang.
"Baiklah, sekarang beri tahu aku, darimana tempat asalmu dan bagaimana kau sampai di tempat itu?"
Paman Irdo mulai bertanya kepadaku setelah menghabiskan makanannya.
Pertanyaan ini memang sudah kuharapkan untuk keluar dari paman. Namun, aku masih memiliki keraguan untuk membocorkan identitasku sebagai orang dari dunia lain.
"Sebelumnya aku tinggal di sebuah negara bernama Indonesia. Dan tadi malam aku tiba-tiba terlempar ke tempat itu melalui sebuah portal. Dan soal perbedaan antara tempat ku dan tempat ku. Kupikir aku berasal dari dunia lain. Sungguh mengejutkan memang mengatakan ini semua sendiri, tapi aku tidak punya bukti lain setelah melihat sendiri bagaimana dunia ini berjalan."
Aku akhirnya memutuskan untuk memberitahu paman identitasku yang sebenarnya. Tapi bukan berarti aku sangat percaya padanya, aku hanya ingin memberikan balasan atas kebaikannya padaku. Adapun, aku tetap menyembunyikan fakta bahwa aku datang kesini karena sebuah buku aneh itu.
"Apa?! Itu, apa kau benar-benar serius?" tanya paman Irdo dengan wajah terkejut.
"Y-ya, aku tidak memiliki kepercayaan diri untuk membeberkan identitasku semudah ini pastinya. Aku percaya paman tidak akan membocorkan identitasku pada sembarang orang dan juga, aku tidak bisa berbohong pada orang yang telah menolongku."
"Aku benar-benar tersanjung atas pujianmu, tapi benar-benar tidak dipercaya, baru kali ini aku melihat seseorang dari dunia lain dengan mataku sendiri. Aku tidak terlalu mengerti hal-hal yang berkaitan tentang sihir jadi aku tidak bisa membantumu tentang itu," ujar paman.
Yah, aku memang mengharapkan kalimat itu datang dari seorang pedagang seperti dia.
"Lalu, kira-kira siapa orang yang bisa memberi tahuku tentang sihir itu paman? Dan tunggu- paman bilang, baru kali ini melihat orang dari dunia lain? Berarti aku bukan satu-satunya yang terjebak disini?"
"Ya, dia adalah orang dari dunia lain sepertimu yang memiliki kemampuan berpedang yang sangat hebat. Dia juga tidak memiliki kemampuan sihir sama sepertimu namun memiliki keahlian berpedang yang sangat hebat. Berkat dia, kerajaan ini terselamatkan dari orang-orang yang sering menindas rakyat lemah seperti kami yang tidak memiliki kemampuan sihir."
"Hah? Siapa orang-orang jahat itu? Dan dimana pahlawan itu sekarang?"
"Beberapa bangsawan yang ahli menggunakan sihir sempat berkuasa di negeri ini dan meskipun kejahatan mereka nampak jelas di permukaan, raja tidak bisa menghukum mereka begitu saja. Ditambah, kerajaan ini dulu sedang terlibat perselisihan dengan kerajaan tetangga, sehingga para pengguna sihir yang sangat kuat dalam pertempuran membuat raja diam tentang perbuatan yang mereka lakukan."
"Aku tidak begitu mengerti hal-hal tentang kekuasaan jadi aku akan melewatkannya, bagaimana dengan pahlawan itu? Apakah dia masih ada disini?"
"Sayangnya beberapa tahun yang lalu atau bisa ku bilang sekitar 20 tahun yang lalu. Setelah menyelamatkan kerajaan ini, sang pahlawan menghilang entah kemana. Ada yang bilang dia berhasil kembali ke dunia asalnya."
"Haa.. sial, aku lega sekaligus kesal mendengarnya. Aku senang ada peluang bagiku untuk pulang tapi tidak mendapat petunjuk dari orang yang telah terlempar ke dunia ini sama sepertiku juga tidak baik."
Setelah mendengar begitu banyak fakta mengejutkan dari paman, aku memutuskan untuk mengakhiri percakapan ini sekaligus mengajukan permintaanku pada paman Irdo.
"Aku tidak enak jika hanya meminta secara cuma-cuma, jadi bisakah paman membeli pakaianku? Ini satu-satunya di dunia ini dan mungkin akan cocok untuk Rick saat remaja nanti. Dan sebagai bayarannya, bisakah aku minta pakaian yang sederhana, beberapa koin untuk makan dan beberapa permintaan khusus?"
"Permintaan khusus?"
"Ya, permintaan khusus...."
***