"Bisa tidak kau turunkan dulu senjatamu? Apa kau tidak pernah mendengar apapun dari ketuamu soal aku?"
Aku berusaha bersikap setenang mungkin dihadapan sebuah tombak yang mengarah ke leherku. Yap, tidak mungkin aku tenang, keringat menetes dipunggungku.
Perempuan pirang di depanku ini terdiam kemudian sedikit menjauhkan ujung tombaknya, meskipun tidak ada tanda-tanda darinya untuk menurunkan senjata itu.
"Haaa.. bersikap waspada seperti itu memang bagus. Tapi, jika kau butuh informasi, setidaknya lakukan dulu sebelum mencoba untuk membunuh orang itu."
"Apa kau mau dipukul?"
"Tidak, tunggu dulu- aku minta maaf oke.. Aku orang yang mengalahkan buronan kelas A atau apapun itu bersama Jay. Aku tau dia lawan yang sulit, tapi aku tidak sekuat itu untuk dapat melakukan sesuatu pada perempuan dengan skil tombak yang baik."
"Darimana kau tau itu?"
"Anggi yang memberitahuku."
Terlihat sedikit perubahan ekspresi dari wajah perempuan pirang itu, dan setelah beberapa saat, dia pun menurunkan tombaknya.
"Baiklah, untuk saat ini, aku tidak akan mencoba menyakitimu."
Jadi di lain waktu kamu mungkin menyerangku, begitu? Itu bukan kata-kata yang ingin kudengar.
"Ya, terserah. Ngomong-ngomong, aku ingin minum, tapi tak ada air putih disini."
"Jika kau ingin minum, daripada berkeliaran di tempat yang tidak kau tahu, kenapa tidak bertanya dulu pada Anggi?"
"Aku tau dia akan membantuku meskipun aku meminta sesuatu yang merepotkan, jadi aku tidak melakukannya."
"Hah? Jangan pura-pura baik, bilang saja kamu ingin menyelinap dan melakukan sesuatu."
"Aku tidak pernah memikirkan sesuatu yang merepotkan seperti itu. Nah, lupakan, kamu belum menjawab pertanyaanku kan?"
Setelah menghela nafas panjang, perempuan pirang itu berjalan keluar ruangan sambil menyarungkan tombak dipunggungnya. Dan tanpa disuruh, aku pun mengikutinya dari belakang.
Aku diantar ke ruangan sebelah yang isinya alat makan serta beberapa peralatan memasak. Dan di pojok kanan ruangan tersebut, aku menemukan sebuah wadah yang terlihat seperti cangkir denga. ukuran yang agak besar.
"Cangkirnya ada disana dan airnya di wadah itu. Simpan cangkir itu disana setelah kau menggunakannya. Aku akan pergi sekarang."
"Oh.. ya, terima kasih."
Perempuan itu melirik lagi padaku sebentar sebelum berjalan pergi. Aku yakin dia masih mencurigaiku namun menyerah karena tidak ada bukti pasti.
Melihat dari gerak geriknya, dia pasti telah mengalami waktu yang sulit. Lagipula, aku juga pernah berlatih di malam hari, dan itu butuh motivasi yang besar untuk melakukannya.
Yah, terlepas dari itu, aku menemukan beberapa hal yang menarik lagi dari dunia ini. Seorang pengguna tombak dengan rambut pirang dan wajah yang cukup cantik kurasa, ini lebih mirip novel dibanding kenyataan, dan jika aku tidak salah, matanya juga berwarna biru.
Berarti tinggal seorang lagi dari party Claw Eagle yang belum ku temui. Dari apa yang dikatakan Anggi, dia pasti seorang pengguna sihir.
***
Malam itu, aku hanya tertidur sebentar karena tubuhku sudah terlelap cukup lama di siang hari. Aku melakukan beberapa pemanasan serta mengayunkan pedang beberapa kali untuk menyegarkan tubuhku.
Ah.. setelah kupikir-pikir, aku belum mandi selama 2 hari semenjak datang ke dunia ini. Tubuhku terasa lengket dan sangat bau. Bajuku juga compang camping akibat pertarunganku kemarin.
Dan juga, aku baru menyadari ini tapi sekarang aku sedang berada di tengah-tengah permukiman ibu kota. Di pagi hari, terdengar sayup-sayup orang yang sedang melakukan transaksi jual beli. Ada juga kereta kuda yang berlalu lalang mengangkut barang maupun penumpang keluar masuk ibu kota.
Coba lihat, aku mempunyai jumlah uang yang cukup banyak setelah melakukan pertarungan hidup mati. Aku tidak memiliki gambaran pasti, jadi aku akan bertanya pada Jay atau seseorang nanti tentang harga mata uang di dunia ini. Ah, tapi apa itu tidak terlalu aneh? Aku harus melakukannya dengan alami.
"Jion? Apa kamu sudah bangun?"
Aku ingat ini adalah suara Anggi, dia mungkin memanggilku untuk bertemu dengan anggota lainnya.
"Ya, aku akan segera kesana."
Aku membuka pintu dan bertemu Anggi yang memakai pakaian yang sama seperti kemarin.
"Ayo ke bawah, anggota party yang lainnya sudah berkumpul. Apa kondisi tubuhmu sudah pulih?"
"Ya, terima kasih untuk makanannya kemarin. Ayo kita pergi."
Anggi menuntunku menuju ruangan tengah tempat berkumpulnya anggota Party Claw Eagle.
Yang pertama kali kulihat adalah perempuan tombak pirang, lalu ada Jay dan di sampingnya ada seseorang lelaki mengenakan jubah hitam serta memegang tongkat yang kelihatannya cukup berat untuk dibawa. Sepertinya dia adalah seorang penyihir yang belum kutemui.
"Lama tidak bertemu, Jion! Apakah kau baik-baik saja? Yah.. melihat dari bagaimana kau berjalan dengan santai sudah menjelaskan banyak hal."
"Yah, aku juga berpikir kau akan mengatakan itu, tapi aku benar-benar yakin aku akan mati saat itu jika bukan karena bantuan darimu. Terima kasih."
"Hahaha tentu saja kau selamat berkat bantuanku, tapi kau juga yang berhasil mengalahkannya, meskipun dengan sedikit nekat, tapi aku suka dengan nyalimu. Aku sangat terkejut saat itu tapi setelah melihat hasilnya, kupikir itu adalah rencana yang menakjubkan yang tidak akan pernah dilakukan oleh orang lain."
Aku tertawa kering menanggapi pujian yang sama sekali tidak membuatku senang. Saat itu aku berada disituasi hidup dan mati tapi orang ini berpikir aku melakukan serangan gegabah karena aku bernyali?
"Hah?! Memangnya apa yang dia lakukan untuk mengalahkan buronan kelas A?"
Perempuan rambut pirang dengan tombak yang belum kuketahui namanya itu berbicara dengan suara yang agak keras. Dia lalu memelototiku dengan alis berkerut. Dia terlihat sangat kesal.
Jay terlihat sedang akan pamer saat seseorang dengan jubah hitam serta tongkat di tangannya menyela kedalam percakapan.
"Bukankah itu bisa dibahas nanti saja? Kita disini untuk membicarakan hal yang lebih penting kan?"
"Apa?! Jadi kau bilang ini tidak penting?!"
"Ya!"
"Beraninya kau, Milo!!"
"Kalian berdua, berhenti!"
"Baik, berhenti sampai disitu. Meskipun aku memang ingin menceritakan dengan detail apa yang terjadi saat itu tapi sebelumnya kita harus memperkenalkan diri terlebih dahulu."
Aku agak mengerti sekarang bagaimana 'party' ini bekerja. Jay adalah ketua mereka tapi dia tidak berkuasa seperti seorang pemimpin, tapi dia berfungsi sebagai mediator dan ucapannya yang meskipun tidak terlalu tegas tapi dapat dengan baik difahami oleh rekan-rekannya.
Disisi lain para anggota mereka memiliki hubungan yang tidak ramah satu sama lain dan sering bertengkar. Tapi, itu mungkin hanya untuk kondisi normal. Saat ini aku berada di dunia lain dan aku tidak yakin logika yang sama akan bekerja disini.
"Mari kita mulai denganku, namaku Jay, aku ketua party Claw Eagle dan merupakan salah satu dari beberapa petualang kelas A serta satu-satunya pengguna pedang ganda. Aku sudah menikah dan memiliki satu anak laki-laki. Aku sudah menjadi petualang sejak berumur 15 tahun dan sudah pernah menjadi ksatria kerajaan untuk beberapa tahun. Singkatnya, aku sangat kuat."
Ini lebih seperti perkenalan diri saat wawancara kerja daripada perkenalan santai, dan juga aku sudah mengetahui beberapa fakta yang dia katakan dengan senyum lebar. Jadi, mari kita lewati tanggapan untuk perkenalannya dan mulai memperkenalkan diri.
"Namaku Jion, aku tidak terlalu kuat tapi aku cukup mahir menggunakan pedang dan aku bisa memasak."
Lebih baik tidak menyebutkan apapun tentang terdampar di dunia lain dan tempat asalku. Dan ada baiknya aku bersikap ramah pada mereka disini untuk mendapatkan kepercayaan mereka. Tapi seperti yang kubilang sebelumnya, tidak pasti logika itu berfungsi di dunia ini.
"Namaku Anggi, seperti yang kusebutkan kemarin, aku dapat menggunakan busur dan pedang pendek. Aku bertugas sebagai juru masak di party ini dan sebagai support bagi para penyerang garis depan."
Anggi adalah perempuan atau lebih cocok kusebut gadis yang sudah pernah kutemui kemarin saat aku baru terbangun di tempat ini. Dia adalah gadis yang ramah dan rajin. Ya, calon istri idaman bagi para lelaki di dunia. Tapi sekali lagi, aku tidak yakin logika itu berlaku di dunia ini atau tidak.
"Aku Emily, aku bisa membunuhmu dalam hitungan detik dengan teknik tombak mematikanku."
Ugh.. kali ini adalah perkenalan yang cukup sadis terlontar dari mulut seorang perempuan cantik berambut pirang. Untuk sepersekian, aku merasakan hawa membunuh datang padaku saat Emily menatapku dengan tatapan yang tajam. Sepertinya, kesannya padaku masih belum berubah setelah kehadiran Jay.
"Itu kata-kata terburuk yang pernah kudengar saat seseorang memperkenalkan dirinya," ucap seorang lelaki pengguna sihir.
"Diamlah! Kalian seharusnya tidak percaya begitu saja dengan orang asing. Dia mungkin mata-mata dari negara lain untuk menghancurkan negara kita."
"Yah, apapun yang kukatakan pasti padamu tak akan pernah tersampaikan. Ngomong-ngomong, namaku Milo, aku seorang penyihir 4 elemen tipe penyerang dan meskipun tidak terlalu efektif, aku juga bisa menggunakan beberapa mantra penyembuh. Aku lulusan akademi sihir dan bertugas sebagai support."
Oh, ternyata dia memiliki lisensi sihir. Tubuhnya juga terlihat cukup terlatih meskipun dia berada di barisan belakang. Tapi, hal yang menggangguku selama ini adalah lingkaran hitam di bawah matanya. Dia mungkin orang yang berada di kamar yang pintunya terbuka tadi malam. Apakah dia sedang belajar, atau mencoba sesuatu sampai selarut itu?
"Senang berkenalan dengan kalian, dan agak sedikit terlambat tapi aku sangat berterima kasih karena telah merawat orang asing sepertiku selama dua hari ini."
"Senang berkenalan denganmu juga."
"Aku juga."
"Hmph."
"Baiklah, sekarang mari kita ke topik utamanya."
Melihat bahwa kami sudah saling memperkenalkan diri, Jay mengambil alih kendali dan menyampaikan maksud dari pertemuan ini.
"Sebelumnya aku ingin meminta maaf karena sudah menyelidiki identitasmu secara sembunyi-sembunyi."
Apa?! Aku tidak berpikir kalau Jay akan melakukan sesuatu yang merepotkan seperti itu tapi aku benar-benar sudah meremehkannya. Dan yang lebih penting lagi, aku tidak tahu apa yang dia dapatkan dari penyelidikan itu.
Meskipun melihat dari perilakunya dari tadi, dia tidak menunjukkan rasa permusuhan sedikitpun padaku. Mungkinkah identitasku sebagai orang dari dunia lain tidak diketahui? Aku menelan ludah sembari menunggu kata-kata Jay selanjutnya.
Jay sedikit menundukkan kepalanya padaku sebagai tanda permohonan maaf. Sementara itu, Emily yang sedikit tertarik dengan percakapan, mendesak Jay untuk melanjutkan perkataannya.
"Jadi, siapa identitas dia sebenarnya?"
"Ah, kata seorang pedagang di pasar, Jion adalah keponakan seorang pedagang bernama Irdo. Mereka baru pertama kali membawanya ke ibu kota sehingga Jion tersesat saat sedang menuju guild petualang."
Aku sedikit khawatir namun sepertinya keberuntunganku sejak bertemu dengan paman Irdo masih belum habis. Aku akan pastikan untuk membalas budi padanya suatu hari nanti.
"Itu benar, aku berasal dari desa Uthia. Kemarin siang aku baru saja tiba di ibu kota dan kemudian berangkat menuju guild, namun aku tersesat dan terjebak dalam pertarungan."
"Ya, karena itu, aku diminta untuk mengantarnya ke guild petualang."
"Benar, seorang yang baru mendaftar harus memiliki orang yang menjelaskan hal-hal yang diluar penjelasan resepsionis!"
"Kamu terlalu bersemangat Anggi, lebih baik kita tinggalkan orang itu pada mereka berdua dan pergi ke toko persenjataan. Besok kita ada misi penaklukan, bukan?"
"Ah.. kamu benar."
"Iya, seperti yang dikatakan Emily, aku dan Milo akan mengantar Jion ke guild, kalian bisa berjalan-jalan di kota hari ini."
"Baiklah, meskipun ada yang ingin kubeli hari ini tapi aku juga memiliki beberapa keperluan di guild."
"Oke, kalau begitu ayo berkumpul dalam 5 menit disini kemudian berangkat ke guild."
"Ya."
***