"Aku kangen banget. Sama Kak Filosofia juga."
Senyumku mengembang melihat Key di layar ponsel. Ada selang di hidung yang membantunya bernapas. Aku bersyukur karena ada keajaiban yang membuat ia masih bertahan sampai detik ini, biarpun keadaannya tidak berkembang sama sekali.
"Nanti aku bawa dia ke sana," janjiku.
Raut wajah Key berubah total. "Sumpah?" Matanya yang cekung berbinar-binar. "Ah, I really can't wait!" Ia tiba-tiba mengubah lagi ekspresinya. "Oh, ya. Kakak di sana nggak ada masalah sama Papa, kan?"
"Don't worry. I can handle him."
"No, you can't." Nada Key tegas. "Kakak selalu bilang baik-baik aja, padahal nggak sama sekali." Bola matanya berputar kesal. "Janji ke aku kalau ada apa-apa, Kakak nekat kabur aja. Kawin lari sama Kak Filo dan hidup bahagia di mana pun tanpa Papa. Oke??"
Aku tertawa. "Iya."