Chapter 26 - BAB 26

"Tidak, kamu tinggal di rumah."

"Rain…"

Sebelum dia bisa mengatakan apa-apa, aku langsung menggulung Celine ke arah punggungnya, membelai halus rambut dari wajahnya dan meletakkan tangan ku di bawah dagunya. "Aku hanya ingin kamu aman. Ini bukanlah sesuatu yang bisa diperdebatkan. Sampai aku membahas apa yang terjadi kemarin dengan Jack, Larry, dan Zio untuk mendapatkan tanggapan dari mereka tentang situasinya. Aku tidak ingin Kamu menginjakkan kaki di klub."

"Aku bisa menjaga diriku sendiri." Geramnya, dan aku mencium bibirnya yang cemberut lalu bersandar ke belakang dan menyeringai.

"Aku tidak bilang kamu tidak bisa menjaga dirimu sendiri, Celine. Aku tahu kamu seorang yang tangguh." Aku tersenyum lalu menggelengkan kepala. "Aku tidak ingin dirimu harus berkelahi, dan aku tidak ingin sesuatu terjadi pada mu padahal semua itu dapat ku cegah. Tadi malam, Kamu dibius. Aku tahu kita baik-baik saja sekarang, tetapi situasi ini bisa jadi sangat berbeda seandainya aku tidak muncul di klub pada waktu itu." Perutku berputar dan aku menarik napas. "Aku benar-benar benci memikirkan yang seperti ini sayang, tapi aku menarikmu saat kamu tidak tahu apa yang kamu lakukan."

"Rain...." Bisiknya, sambil menggerakkan jari-jarinya di sepanjang rahangku.

Aku memalingkan kepalaku, lalu aku mencium telapak tangannya. "Memang benar sayang. Memang sial, tapi itu semua benar."

"Oke, aku akan tinggal di rumah." Dia setuju, dan aku tahu dia tidak mau, tapi dia melakukannya untukku.

"Bagus, sekarang cium aku. Aku harus mandi." Kataku padanya, melihat mata panas dengan caranya yang membuatku mengerang dan pisangku tumbuh keras sekali lagi. Aku menariknya ke arahku, lalu membungkus rambutnya dengan kepalan tanganku dan memaksa kepalanya ke samping, menciumnya sampai dia terengah-engah dan mencakar dadaku. Aku melambat serta menariknya dengan gigitan terakhir ke bibirnya. "Selagi aku pergi, aku ingin kamu memikirkan tentang apa yang akan aku lakukan padamu saat aku pulang." Geram Ku, seraya menarik tubuhnya untuk bangun, meninggalkan ciuman di keningnya serasa enggan meninggalkan Celine di tempat tidur.

.......

Begitu aku berjalan melewati pintu klub, semua mata tertuju padaku. Aku melihat kekhawatiran di wajah karyawan, aku berjalan menuju kerumunan kecil karyawan di sekitar bar.

"Di mana Celine?" HAnnie bertanya sambil melihat ke arah pintu.

"Rumah, dia tidak akan ada hari ini." Kataku pada HAnnie saat tangannya meremas-remas kain di depan tubuhnya, terlihat matanya dipenuhi kekhawatiran saat mereka mendekat untuk bertemu denganku.

"Aku menelepon, tapi dia tidak menjawab." bisiknya.

"Dia sedang mandi saat aku pergi. Aku yakin dia akan menelepon mu kembali ketika dia memeriksa teleponnya." Kata Ku meyakinkan HAnnie, dan dia tidak yakin kalau aku berbohong. Aku tahu Celine percaya pada HAnnie karena dia adalah temannya, tapi setelah semalam, dia ragu siapa yang bisa dia percayai. Dan meskipun kacau, itu berhasil untukku. Antara apa yang terjadi dengan Celine dan hal-hal yang semakin memuncak dengan Paul dan krunya, daftar orang yang ku tahu sedikit bisa dipercaya, dan semakin sedikit dari detik ke detik.

"Jika tidak, apakah Kamu akan memberi tahu dia bahwa aku sangat mengkhawatirkannya?" Dia bertanya, menegakkan bahunya.

"Aku akan memberitahunya." Aku bergumam lalu melihat ke Jack, Zio, dan Larry. "Kita perlu bicara." Kataku, meninggalkan bar dan mereka mengikuti tanpa aku melihat mereka. Sesampai di kantor, aku melepas Jacktku dan melemparkannya ke sofa lalu menunggu mereka semua masuk. Segera setelah pintu ditutup, getaran di dalam ruangan berubah.

"Apakah Celine baik-baik saja?" Larry bertanya terlebih dulu memecah keheningan. Aku mempelajarinya, Aku melihat matanya penuh dengan kekhawatiran, kekhawatiran yang cocok dengan mata Jack dan Zio. Wanita ku telah membuat orang-orang ini terkesan, dan aku tahu kekhawatiran yang ku lihat adalah karena kebaikan Celine, tetapi kecemburuan di perut ku masih menggelembung ke permukaan.

"Dia ada di rumah di tempat tidur kami, sedang beristirahat." Kataku padanya, membiarkan kata-kata itu berbicara sendiri.

"Sialan aku sudah memberitahumu." Zio bergumam, memandang Larry dan Jack.

"Memberitahu mereka apa?" Aku bertanya, menyilangkan tangan di depan dada dan mengangkat alis.

"Kamu mengatakan ranjang kami, artinya ranjang yang kalian berdua. Aku mengatakan kepada orang-orang ini bahwa Kamu dan Celine bersama. Dan aku tahu itu." Dia menyeringai lalu bergumam, "Kau berutang budi padaku masing-masing seratus."

Aku menekan jari-jariku ke pangkal hidung, aku menghela napas lalu mengangkat mataku ke Zio dan menyempitkannya. "Betapa menghiburnya mengetahui bahwa Kamu bertaruh pada hubungan ku dengan Celine, kita perlu membicarakan tentang Celine dan kita lihat apa yang akan terjadi." Geramku, dan energi di dalam ruangan langsung bergeser sekali lagi. "Aku melihat rekaman itu dan tidak menemukan sesuatu yang luar biasa. Aku tahu dari stempel waktu bahwa Celine tiba di bar lima menit sebelum aku datang, dan dia tidak beranjak dari kursinya sampai aku masuk."

"Dia ada di bar sepanjang waktu. Larry dan aku memastikan tidak ada yang mendekatinya saat Celine duduk di sana." Kata Jack, dan aku menganggukkan kepala seraya berterima kasih padanya.

"Tidak ada yang mendekat." Larry sangat setuju lalu menyilangkan tangan di dadanya yang lebar.

"HAnnie sudah di dekat Celine." Kataku melihat di antara mereka bertiga.

"Mengapa dia memberinya obat?" Zio bertanya saat alisnya bersatu dalam kebingungan.

"Aku tidak tahu." Aku akhirnya bergumam, mengusap rambutku dengan jari.

"Dia satu-satunya yang punya kesempatan. Aku menonton rekaman itu ratusan kali. Mark ada di ujung seberang bar sepanjang malam. Dia bahkan tidak menghiraukan Celine, kecuali dia hanya bertopang dagu saat pertama kali duduk. Tidak ada orang lain yang memiliki kesempatan."

"Aku setuju kalau HAnnie satu-satunya yang punya kesempatan, tapi apa motifnya?" Zio menanyakan pertanyaan jutaan dolar, pertanyaan yang telah mengganggu ku sejak melihat rekaman itu.

"Aku tidak yakin. Maka dari itulah aku ingin tahu apa alasannya, tapi sampai saat ini aku belum juga mengetahuinya."

"Jadi apa yang akan kita lakukan sampai kita mengetahuinya?" Tanya Jack saat aku berjalan ke jendela yang menghadap ke lantai klub.

"Celine tidak akan duduk di rumah sementara aku memikirkan hal ini." Gumamku dalam hati, mendengar mereka tertawa di belakangku, dan aku tidak bisa menahan senyum, meskipun aku kesal. Terlepas dari pemahamannya pagi ini, tidak mungkin dia akan bersedia untuk duduk di rumah sampai aman. Itu sama saja baginya untuk kembali ke sini.

Aku kembali berbalik menghadap mereka sekali lagi, aku mempelajari mereka masing-masing. Seorang teman ku yang bernama Niki Wilson, mengenal Jack, Larry, dan Zio dari hari-hari berburu hadiah mereka. Dia memilih sendiri masing-masing untuk bekerja pada ku setelah dia mengetahui bahwa petugas keamanan yang aku pekerjakan sebelumnya membantu menyaring narkoba ke dalam klub untuk Paul, mengambil potongan dari penjualan produk dan perekrutan anak perempuan. Untungnya, aku menangkap omong kosong itu pada tahap awal sebelum klub ku dibanjiri para pelanggan dan aku dipaksa keluar, atau lebih buruk lagi — ditutup. Berada di Kota ini berarti kamu terus mengawasi orang-orang selalu berusaha menghasilkan uang dengan cara apa pun yang mereka bisa, dan itu termasuk memanfaatkan dirimu ketika kamu bahkan tidak tahu kalau kamu dimanfaatkan.

"Aku akan menelepon temanku untuk melihat apakah dia bisa menggali informasi tentang Hanna. Sementara itu, aku ingin kalian mengawasinya saat dia ada di sini, dan beri tahu aku jika kalian melihat ada yang tidak beres dengannya."

"Tidak masalah." Mereka semua setuju saat aku duduk di kursi, dan mereka berjalan menuju pintu.

"Dan teman-teman, jika Claire ada di sini, pastikan dia tidak mendapat masalah apa pun." Tambahku, mendengar mereka tertawa saat pintu tertutup di belakang mereka.