"Brengsek," desisku. Lalu aku melihat ekspresi Amelia. Dia menatap senjataku dengan mata lebar, ingin tahu. Sangat jelas bahwa dia belum pernah melihat senjata seperti ini sebelumnya. Membutuhkan semua kendali diri aku untuk tidak menjerat jari-jari aku di rambutnya dan membimbingnya untuk mengenal senjata ini agar dia mengetahuinya.
"Kau akan menjadi kematianku, Amelia," gumamku.
Amelia dengan cepat mendongak, praktis menjauh karena malu. Mata birunya bertemu dengan mataku dan aku hanya ingin menciumnya tanpa perasaan, mendorongnya ke kasur dan menunjukkan betapa baiknya aku bisa membuatnya merasa tenang. Aku menginginkan wanita sebelumnya, tapi itu hanya ledakan ketertarikan singkat, kedipan yang telah padam secepat itu datang, tapi kebutuhanku akan Amelia membara lebih dalam, lebih ganas. Tatapan Amelia menunduk ke dadaku lalu meluncur lebih rendah sekali lagi.
"Jika kamu terus melihat senjataku dengan ekspresi terkejut itu, aku akan terbakar."