Hari ini hari yang ditunggu tunggu Zerena, hari pagi dia sudah bersiap siap, dilihatnya penampilannya dirasa sudah cukup, dengan balutan celana jeans yang membalut kaki jenjang nya, lalu kemeja putih longgar yang menambah manis penampilannya, rambutnya dikuncir kuda, hingga menampakkan leher panjang nan mulus, membuat siapapun yang melihat akan merasa mendambakannya.
Dia mencari orang tua dan mertuanya lalu pamit, setelah itu dia keluar menuju mobilnya.
Tapi betapa kagetnya dia, setelah berada di luar ternyata suami dinginnya sudah berada disana, dia bersandar di pintu mobil sambil menunggu istrinya.
Saat ia melihat kehadiran Zerena, dia kemudian membuka pintu untuk Zerena, Rena sampai kaget dibuatnya, pria es balok kenapa jadi aneh , Pikirnya.
Mereka kemudian perlahan meninggalkan rumah menuju ke sekolah Zerena, walau tanpa kata kata dan ucapan tapi Zerena mengerti kalau pria es balok itu pasti akan berulah lagi di sekolahnya nanti.
Jadi demi keamanan bersama, Zerena memberitahu Mita bahwa ia akan ke sekolah diantar Pria es balok, melalu pesan pesan WA.
R:Mit.,....
kamu dimana?๐ค๐ค๐ค
M: udah di sekolah nih bareng Alvin๐๐๐
R:Tolong dong Mit, kamu ngomong ya ke Alvin๐, jangan seperti kemarin, aku takut Kak Iyan, ngamuk.๐ญ
kak Iyan itu orangnya dingin, dia tidak akan memberi ampun pada orang orang yang mengganggu hidupnya, atau miliknya.
M:ok ntar aku usahain,Ren๐๐๐
R: Makasih Ya Mit...๐๐๐
Setelah sampai saat Rena akan membuka pintu mobil Ryan memegang pundaknya dan berkata" kita masuk bareng"
Karena penasaran Rena akhirnya bertanya kak Iyan ngapain mau masuk?,
Rena cuma mau ambil ijazah dan pulang.
"Ya udah aku masuk biar cepat",
imbuhnya.
Lalu berjalan di belakang Zerena dengan gaya coolnya, membuat teman teman Zerena sampai melongo melihat pria tampan yang yang sedang berjalan di berjalan layaknya pangeran.
Zerena pura pura tak melihat kelakuan teman temannya, dia tahu kalau semua teman teman ceweknya sedang terpesona dengan ketampanan pria es balok di belakangnya.
Dari kejauhan tampak Mita yang sedang berteriak ria ke arah mereka berdua, bahkan berlari lari kecil menjemput sahabatnya, dia memeluk Zerena, menumpahkan rasa rindu pada sahabatnya yang minim ngomong itu. tapi akan berubah cerewet saat bertemu dengannya dan Alvin.
Sedangkan Alvin dia berdiri mematung, memandang kedua sahabatnya dan Pria tinggi di depannya, tak lama kemudian saat Alvin maju untuk menyapa Zerena Ryan juga mensejajarkan tubuhnya dengan Zerena, mata elangnya menatap tajam ke arah Alvin, membuat yang ditatap bergidik ngeri.
Saat acara reunian Zerena dan Mita selesai, dilihatnya suaminya sedang menatap tajam ke arah Sahabatnya itu, lalu ia menyapa Alvin, "Hai vin, ini suamiku namanya Ryan, kak....
ini temen temen aku, ini Mita dan yang ini namanya Alvin, mereka yang suka bantu aku semenjak sekolah disini".
"Maaf...
waktu itu aku nggak sempat ngenalin mereka ke kakak, ucap Zerena menunduk.
"Hay kak" Ucap Mita dan Alvin hampir bersamaan. mereka membungkukkan badannya memberi penghormatan kepada sang kaka ipar.
Membuat Zerena menutup mulutnya menahan tawanya, dia melihat kelakuan konyol kedua temannya, mereka memang selalu membuat Zerena tertawa, berusaha membuat Zerena senang.
Tapi tunggu dulu.....
yang diberi penghormatan jangankan membalas ucapan perkenalan anak anak itu, mengangguk sedikit saja sepertinya dia enggan,
dasar pria es balok, pria dingin, hatinya sudah sedingin salju,
Rutuk Mita dan Alvin, dalam hati masing masing.
"Kak,
Maaf kalo kemarin aku bikin kakak marah, aku nggak maksud kayak gitu, sekali lagi aku minta maaf, aku harap kakak jangan membenciku",kata Alvin berusaha mengambil hati Ryan.
Bagaimanapun juga dia tidak mau hubungan persahabatannya dengan Rena, merenggang gara gara kesalahpahaman ini, walau di dalam hati kecilnya menangis, melihat Rena telah menikah, cintanya benar benar telah layu sebelum sempat mekar di hatinya.
Tapi dia tidak mau egois, dan tidak mungkin bisa bersaing dengan pria tampan dan mapan di depannya saat ini. saat ini dia benar benar berusaha segala harapannya untuk bisa mencintai Zerena, biarlah kuncup cintanya layu sebelum bertangkai dan berkembang, karena itu tidak akan terlalu menyakiti hatinya.
Cukup perasaan itu dia kubur sedalam mungkin, kalau perlu dikuburnya pakai pasir dan semen di tambah sedikit kerikil, biar kuat dan tak mudah retak.hehehe....
"Kak, kami masuk dulu biar cepat selesai urusannya,", Suara Zerena memecah lamunan orang orang itu. Ryan hanya mengangguk lalu berjalan menuju bangku yang tersedia di sana.
Zerena dan Mita masuk ke dalam ruangan guru, sementara Alvin memilih untuk ikut duduk bersebelahan dengan Ryan, dia tidak mau ambil Resiko, ikut masuk bersama kedua sahabatnya, pengalaman kemarin mengajarinya lebih waspada, ya waspada kepada sosok pria es balok itu.
"Kenapa tidak masuk?" suara bariton ya mengagetkan Alvin, dia memegang dadanya, menstabilkan detak jantungnya.
"Be bentar kak, nunggu mereka selesai duluan aja" ucapnya dengan Sura bergetar.
"Bushyet bagaimana bisa Rena menikah dengan pria menyeramkan begini", Alvin bergidik ngeri.
Terlihat Kedua gadis itu keluar dari ruangan guru sambil memegang map di tangan masing masing.
Alvin langsung berdiri, " Kalian udah selesai?, kalau gitu aku masuk", tanpa menunggu jawaban kedua temannya, seperti mendapat pertolongan dan lepas dari santapan singa lapar. hihihi....
"Mit.....
aku pulang dulu ya,
oiya Mit sekalian aku pamit, aku mau ke Malaysia ikut kak Iyan, mungkin kita tidak akan bertemu dalam waktu yang lama, kamu jangan lupa kabarin aku, aku pasti bakal terus balas Chat atau telpon kamu", ucap Zerena sambil memeluk Mita, perlahan air matanya menetes.
Ryan yang mendengar ikut kaget dia tidak menyangka, kalau istrinya akan mengambil keputusan itu, padahal dia tidak terlalu serius mengatakannya kemarin.
"Padahal aku udah nolak keinginan Papa sama mama aku supaya kuliah di Singapura, aku mau kuliah disini sama kamu aja, tapi ternyata kamu pergi ninggalin aku"ucap Mita terisak.
"Tapi tak apa aku yakin kamu bakal bahagia bersama kak Ryan, ya udah gihhhh pergi sana", ucapnya.
"Kalau gitu kamu sampaikan salamku untuk Alvin, aku nggak sempat pamit sama dia", Mita mengangguk.
perlahan Mita berjalan keluar dari tempat itu diikuti Ryan di belakangnya.
Mereka berdua masuk ke dalam mobil, tak ada percakapan atau sekedar basa basi diantara mereka, sungguh pasangan sempurna, sang pria dingin seperti es balok, dan wanita pendiam layaknya putri malu, yang cuma bisa tertunduk bila ditatap.
lalu sampai kapan mereka terus saling diam seperti itu, apa hanya diam dalam kebisuan seperti ini nantinya,seperti mobil tanpa penumpang, sunyi sepi sendiri. hehehe...