Karina membanting tasnya dengan kuat di atas sofa itu. "Sial!" Wanita itu pun langsung menjatuhkan tubuhnya di atas sofa yang berwarna putih. Punggungnya bersandar, pandangannya kini lurus ke depan, melihat televisi yang hanya menunjukkan layar hitam saja.
Terlihat napas wanita itu terengah-engah, sangat menunjukkan bahwa kini dirinya benar-benar sedang dalam suasana hati yang sangat buruk sekali. Pikirannya bahkan merasa tak bisa tenang sedari tadi, dia terus kepikiran akan masalah yang baru saja diterimanya saat-saat ini.
Masalah ini tentu saja masih berkaitan dengan pertemuannya sana Jhosua tadi. Tentang foto itu, mungkin akan menjadi mimpi buruk Karina saat ini.
Matanya menutup sejenak, berusaha menetralkan suasana hatinya yang sangat buruk. Namun, bayang-bayang wajah menyebalkan milik Jhosua justru muncul di dalam pikirannya, membuat dia langsung menggeram kesal.
"Pria brengsek itu!" Ditegakkan tubuhnya, dia pun mengusap wajahnya dengan kasar.
Semua bayangan itu adalah ingatan terburuknya. Dia tak akan pernah tahu caranya agar bisa terbebas dari segala macam jeratan yang sangat menyiksa dirinya ini.
"Ada apa denganmu?"
Suara itu tiba-tiba muncul membuat kepala Karina yang semula menunduk, kini mulai terangkat. Lantas wanita itu menengok, menemukan sosok Arsen yang kini menatapnya dengan penuh keheranan di atas anak tangga terakhir.
Arsen mulai melangkah menuju ke tempatnya. Pria yang mengenakan kaus putih dan celana pendek itu pun langsung mengambil tempat duduk yang berada tepat di sampingnya.
"Aku gapapa," jawab Karina, berusaha terlihat tak cemas dan juga gelisah, karena hal tersebut justru akan menimbulkan perasaan curiga dari Arsen nantinya.
"Tumben kau pulang terlambat, bahkan matahari akan terbenam sebentar lagi."
Karina menjilat bibirnya sejenak. Wanita itu harus bisa berpikir dengan cepat untuk menentukan jawaban apa yang harus diberikan kepada Arsen saat ini.
"Aku tadi ada sedikit pekerjaan yang harus diselesaikan di sekolahan. Kau tahu sendiri, sebentar lagi akan akhir tahun dan semester akan berganti, jadi aku harus mempersiapkan nilai-nilai yang harus disetorkan juga beberapa tugas lainnya," jawab Karina tanpa ragu, wanita itu pun terlihat menatap mata Arsen dengan penuh keyakinan, seola menunjukkan bahwa saat ini, dia tengah berbicara dengan jujur kepada suaminya itu.
"Baiklah, lebih baik kau cepat berganti baju, karena aku sudah membuatkan makan malam untuk mu."
Kedua alis Karina terangkat, merasa sangat tak menyangka sekali. Wanita itu pun langsung menengok ke arah ruang makan, di mana memang sudah ada makanan yang tersaji di atas meja.
"Kau memasak sendiri?" tanya wanita itu dengan nada tak percayanya.
"Ya, tadi Joy juga sedikit membantuku."
"Fakta yang mengejutkan," gumam wanita itu dengan kepala yang menggeleng dengan pelan.
Karina pun langsung beranjak, dia bergegas untuk pergi dari sana. Kini, wanita itu menuju ke kamarnya dengan pikiran yang penuh akan perubahan suaminya itu.
Sangat tumben sekali Arsen mau menyumbangkan waktunya untuk tetap di rumah, apalagi sampai memasak di dapur. Ini adalah keajaiban dunia bagi dirinya.
***
Sebuah senyuman tersungging di wajah tampannya itu. Dari matanya saja, terlihat sirat bahagia yang sangat tercetak dengan jelas. Meski di wajahnya itu terdapat sebuah lebam besar di ujung bibirnya, tampak tak membuat kebahagiaan yang dimilikinya itu berkurang, dia justru semakin merasa bahagia saja saat ini.
Pria itu mengamati sebuah foto yang masih baru di dalam ruang kerjanya. Mungkin foto itu akan menjadi penyemangat nya untuk menyelesaikan tumpukan pekerjaan yang memang tak akan pernah habis sampai kapanpun itu.
"Tuan," panggil seseorang.
Jhosua berdecak pelan. Dia benar-benar merasa sangat terganggu sekali dengan panggilan tersebut, apalagi disaat dirinya sedang asik menikmati wajah cantik wanita yang ada di dalam foto itu.
"Apakah Tuan tak ingin mengobati luka itu?" tanya pria itu dengan ragunya.
"Tidak perlu, cepat pergi sana!"
"Baik." Pria itu pun langsung meninggalkan tempat tersebut, membuat Jhosua kembali berada di dalam kesendiriannya.
Tentang luka yang didapatkannya itu, tentu saja bukan dari musuh ataupun dari kecerobohannya, melainkan dari wanita yang dicintainya itu.
Yah, dia harus menerima dirinya menjadi bahan amukan dari wanita itu. Karina benar-benar marah saat dia menunjukkan foto yang sangat erotis. Foto di mana dirinya dengan wanita itu berciuman beberapa saat lalu dan tentu saja Karina merasa sangat ketakutan kala melihatnya.
Beberapa ancaman dari Jhosua pun menjadikan rasa takut itu bercampur dengan rasa marah. Sehingga, secara tiba-tiba wanita itu menyerangnya dengan sebuah Bogeman yang sangat keras di wajahnya.
Beruntung sekali yang melakukan hal tersebut adalah Karina, karena jika orang lain, dapat dipastikan kalau Jhosua akan memberikan pelajaran yang buruk pada sosok yang menyakitinya itu.
Ancaman yang Jhosua berikan itu pun tampaknya masih belum ada jawaban langsung dari Karina. Mungkin, butuh waktu juga untuk Karina agar wanita itu bisa berpikir tentang pertimbangan yang telah Jhosua berikan.
'Jadilah kekasih ku, maka foto ini aku pastikan tak akan tersebar.'
Yah, seperti itulah kalimat yang Jhosua berikan kepada Karina tadi. Sempat ada percekcokan diantara mereka. Beberapa kali pun Karina berusaha untuk merebut ponsel milik Jhosua itu agar bisa menghapus fotonya.
Mungkin Karina memang berhasil menghapus foto tersebut dari ponsel Jhosua, tapi wanita itu lupa bagaimana liciknya Jhosua selama ini. Pria itu pasti sudah menyalin foto-foto tersebut ke komputer bahkan laptopnya.
"Tampaknya, kau ingin sekali bermain-main denganku." Jhosua menutup laptopnya. Setelah itu, dia pun langsung membangunkan tubuhnya, melangkah dengan cukup cepat menuju ke tembok kaca yang menunjukkan pemandangan indah kota ini. Dia berada di lantai 30, sehingga semua yang ada di bawahnya itu tampak kecil bagi matanya sendiri.
"Kau mulai tergila-gila pada wanita itu, bukan?" Suara itu tiba-tiba saja muncul, membuat Jhosua yang sebelumnya sangat menikmati pemandangan yang ada di depan sana, langsung merasa terganggu.
Menengok, dia melihat sosok pemuda yang kini mulai melangkah menuju ke tempat dirinya berada saat ini. Pemuda itu berhenti tepat di sampingnya.
"Aku sudah melakukan apa yang kau suruh. Kau tenang saja, di sekolahan tak ada satupun pria yang mendekatinya."
"Bekerjalah sebaik mungkin, Roy dan bagian mu hanya berada di sekolah untuk mengamatinya dan juga menjaganya. Apapun itu, berikan informasi tentang nya setiap saat kepadaku."
Roy menganggukkan kepalanya. "Baik ... Kak," jawab dia.
Yah, dia akan selalu menurut dengan semua ucapan kakaknya itu. Ya, Jhosua adalah kakaknya sendiri dan dengan sengaja pria itu memberikan perintah nya sebagai mata-mata.
Mata-mata untuk Karina di sekolahan.
Itu semua adalah rencana dari Jhosua sendiri. Yah, setidaknya dia harus tahu apa yang dilakukan oleh Karina setiap saat nya.