Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Affair With Husband's Boss

Diva_Rizki
--
chs / week
--
NOT RATINGS
40.5k
Views
Synopsis
Kehidupan pernikahan Karina dan Arsen terasa hampa kala menginjak usia kedua tahun. Karina mulai merasakan bagaimana sifat Arsen yang perlahan berubah menjadi cuek dan akan selalu mengutamakan pekerjaan. Tak ada lagi kehangatan itu, membuat Karina mulai muak. Kala seorang pria memasuki kehidupannya, pria yang menjadi bos suaminya, memaksa dia untuk menjadi milik pria itu. Penolakan Karina hanyalah sia-sia saja, pelaksanaan pria itu membuatnya tak bisa berbuat banyak, sampai tanpa sadar sebuah hubungan gelap tercipta diantara mereka. Hubungan yang membuat Karina sama sekali tak bisa keluar dari sana dan terus terjebak bersama sosok otoriter. Jhosua Adijaya.
VIEW MORE

Chapter 1 - Prolog

Memiliki suami yang memiliki sikap cuek, membuat Karina merasa pernikahan yang kini dialaminya terasa begitu hambar sekali. Dia yang sudah berusaha untuk mencari perhatian suaminya pun rasanya sangat percuma, karena prioritas utama Arsen bukanlah dirinya, tapi pekerjaan.

Sampai pada satu saat, Karina mendapatkan sebuah saran yang baik dari sahabatnya untuk mencari hiburan di dunia malam, tentu saja awalnya Karina menolak karena statusnya pun kini bukanlah sendiri, dia memiliki suami yang harus dihormatinya. Namun melihat sikap cueknya yang sama sekali tak menghilang dan semakin bertambah, bahkan kini dia mulai berpikir bahwa sesungguhnya suaminya itu memiliki selingkuhan yang tak lain tak bukan adalah asistennya.

Interaksi antara suami dengan asisten itu terlihat sangat dekat sekali, bahkan tak sekali atau dua kali Karina sering memergoki mereka bertelepon di tengahnya malam.

Alhasil, Karina pun membuat keputusan yang sangat besar dan merubah hidupnya menjadi lebih buruk dan jauh lebih rumit lagi, yaitu menuruti ucapan Maurren, sahabatnya. Bertemu dengan seorang pria dominan dan juga menjalin hubungan gelap dengannya adalah sebuah penyesalan yang sangat besar bagi Karina.

***

"Kau tak akan bisa pergi dariku, tak peduli dengan statusmu saat ini, aku akan membuat hubunganmu dengan suamimu itu menjadi hancur, percayalah dengan apa yang aku katakan saat ini."

Karina terdiam mendengarnya. Dirinya seolah tak bisa lagi melakukan apa-apa saat itu. Tubuhnya kaku, tak bisa digerakkan. Bahkan, otaknya pun seolah tak mampu untuk bekerja dan menemukan jalan yang terbaik atas masalah yang telah diperbuat oleh dirinya ini.

"Kita berdua sudah tenggelam dalam kegilaan yang sama. Tak ada celah untuk keluar, karena rantai telah mengikat kita. Tak peduli ada jeruji yang menyakiti tubuh kita, status ini akan tetap sama, di dalam hubungan yang sama, sampai suatu saat nanti, aku pastikan semuanya akan berubah. Kau akan pergi darinya dan tak akan bisa menemuinya. Apapun itu caranya," bisikan itu kembali Karina dapatkan, menghipnotisnya dan membuatnya terpengaruh.

Hingga pelukan itu terasa telah terlepas, dia pun langsung tersadarkan dari lamunannya saat itu juga. Tarikan kencang pada tangannya dapat dia rasakan. Lantas wanita itu pun menengok, menatap Jhosua yang kini mengajaknya pergi.

Karina seolah tak lagi bisa terbebas saat itu. Jhosua menjeratnya begitu erat, sampai membuat dia tak bisa berbuat banyak hal untuk pergi dari kehidupan pria tersebut.

Apapun usahanya, telah dilakukannya, tetapi semua usaha itu memang bagaikan terasa cuma-cuma saja.

Jhosua adalah orang yang berkuasa, kesalahan terbesar yang Karina lakukan adalah dengan bertemu pria itu.

Ya, setidaknya itulah yang disesali olehnya saat ini.

***

"Bukankah itu suamimu?" tanya Joshua, memandang rendah pada seorang pria yang kini sedang melakukan makan siang di sebuah restoran. Tangannya memeluk erat seorang wanita dewasa yang tampak mungil untuknya, pelukannya dari belakang dan kini, dia bebas untuk memberikan kecupan-kecupan pelan di leher wanita itu.

"Yah, kau benar. Dia sedang sendirian dan seharusnya aku menemani dia." Merasa sangat tak nyaman dengan situasi yang tengah terjadi saat ini, Karina berusaha untuk mendorong kepala Joshua dari lehernya. Namun kekuatannya tak cukup untuk melawan seorang pria dewasa itu.

"Bagaimana jika dia tahu bahwa kita menjalin hubungan, hmm?"

Pertanyaan itu menusuk hati Karina. Matanya tertutup sejenak, berusaha untuk tetap tenang, meski mendengar setiap kalimat persuasi yang sangat mengganggunya itu. "Dia tak akan pernah tahu, apapun itu caranya."

Suara tawa didengarnya, tawa yang seolah sedang menghina jawaban yang baru saja diberikannya tadi. Karina jadi bertanya-tanya, apakah ada yang salah dari jawabannya itu? Dia pikir, tidak.

"Bukankah ada peribahasa yang mengatakan kalau kita berusaha menyembunyikan bangkai, maka akan tercium juga aroma nya? Aku rasa, Arsen tak akan sebodoh itu untuk kau tipu dalam waktu yang lama," bisik Joshua yang semakin membuat jantung Karina berdebar dengan sangat kencang.

Dia tahu fakta itu. Dia tahu bahwa kehancuran akan menyerangnya. Namun, apa yang harus dilakukannya untuk menghindari kehancuran itu? Kesalahan yang dinikmatinya ini, sangat sulit untuk ditinggalkan, apalagi ada sosok yang berusaha mengikatnya lagi pada kesalahan tersebut.

Tangan Karina terangkat, menyentuh sepasang tangan Joshua yang sedari tadi terus memeluknya dengan sangat erat itu. "Lepaskan aku sekarang juga, aku harus pergi dari sini."

Bukannya dilepaskan, justru Jhosua semakin memeluknya dengan lebih erat, semakin membuatnya merasa sesak dan tak bisa bergerak lebih banyak. Karina menggigit bibirnya dengan kuat, sangat sulit sekali untuk dia melawan seseorang yang dominan.

"Rasanya, aku sangat ingin sekali membuat Arsen memergoki kita. Melihat kita bermesraan dan akhirnya menceraikan mu, bukankah itu drama yang romantis?" Jhosua berucap dengan santainya. Dia bisa merasakan ketegangan dari tubuh mungil yang sedari tadi dipeluk oleh dirinya itu, lantas dia pun tersenyum kecil melihat kecemasan yang tengah dirasakan oleh Karina saat ini, bahkan wanita tu sampai berusaha memberontak dari pelukannya.

"Ku mohon Jhosua, lepaskan aku saat ini juga." Suaranya terdengar begitu lirih sekali di telinga Jhosua yang mendengarnya, bagaikan sebuah alunan musik yang begitu merdu di telinganya, justru Jhosua merasa sebuah kebahagiaan.

"Tidak, aku tak akan pernah melupakanmu sampai kapanpun itu juga, dengar kata-kata dariku tadi dan terus ingat sampai kapanpun Karina." Secara perlahan Jhosua melepaskan pelukan tersebut membuat Karina merasa sangat lega sekali.

Dadanya naik-turun akibat jantungnya yang kini memompa dengan cepat. Bahkan bulir-bulir keringat kini telah berkeluaran dari pori-pori kulitnya itu. Karina berusaha sebisa mungkin untuk menetralisirkan detak jantungnya itu dan segala kegugupan yang kini tengah dirasakannya. Menjilat pelan bibirnya, lantas dia menengok ke arah Arsen yang kini tengah duduk sendirian, mungkin saja pria itu tengah menunggu kedatangannya saat ini, rasanya kaki Karina begitu gatal sekali, dia begitu ingin menghampiri Arsen untuk melakukan makan siang bersama, tapi dengan keberadaan Jhosua yang berada tepat di sampingnya, membuat dia tak bisa dengan bebas melakukan hal tersebut.

"Langkahkan satu saja kakimu, maka aku pastikan suami tercinta mu itu akan mengetahui semuanya." Bisikan sensual yang berasal dari Jhosua semakin meningkatkan rasa takut yang ada di dalam diri Karina. Ancaman itubenar-benar mengintimidasinya dan berhasil membuat Karina mau menurutinya. Bahkan wanita itu saja sampai pasrah saat tangannya ditarik oleh pria dewasa itu.

Karina menengok ke belakang, untuk terakhir kalinya dia ingin melihat suaminya yang kesepian itu. Matanya berkaca-kaca. "Maafkan aku," ujar Karina dengan suara yang sangat lirih sekali.

Kakinya dipaksa untuk melangkah mengikuti Jhosua, meski dia memberontak pun, pasti dirinya yang akan mendapatkan

pelajaran dari pria itu.

Pria yang menakutkan.

Jhosua bagaikan seekor monster yang sangat ditakuti oleh dirinya.