Chereads / Kutukan Pembawa Jodoh / Chapter 4 - Secercah Harapan

Chapter 4 - Secercah Harapan

Tetes embun, kini sudah kering. Pertanda, terik matahari sudah datang. Siang yang begitu cerah, matahari dengan semangat memancarkan sinarnya.

"Clara Nalaya", suara Bu Guru memanggil sampai 3 kali. Tetapi Lala masih saja tetap melamun.

"La La woey, dipanggil Bu Guru", kata Feti sambil menyenggol tangan . Seketika Lala langsung tersadar dari lamunannya, merasa bingung.

"I...iya Bu", jawab Lala.

"Kamu melamun ya?", tanya Bu Guru.

"Maaf Bu, saya semalam tidur kemalaman, jadi sedikit ngantuk", jawab Lala padahal sebenarnya Lala melamunkan masalah di keluarganya.

"Ya sudah, cuci muka dulu sana. ini nilai ujian kamu kemarin", ucap Bu Guru. Lala pun segera ke kamar mandi untuk cuci muka. Tetapi dikamar mandi, Lala malah menangis. Lala masih tidak percaya dengan peristiwa yang dialaminya sekarang. Hancur sehancur-hancurnya. Dikelas, Feti merasa ada yang aneh dengan sikap Lala. Feti juga khawatir karena Lala tidak kunjung masuk kelas. Feti berniat untuk menyusul Lala ke toilet. Sesampainya ditoilet Feti melihat Lala menangis. Tak seperti biasanya Lala seperti itu. Membuat Feti bertanya-tanya.

"La La kamu kenapa La? Kenapa kamu nangis La?", tanya Feti dengan penuh kepanikan. Seperti tak bisa berkata-kata lagi, Lala hanya menangis dan menangis. Feti pun langsung memeluk sahabatnya itu dan menenangkannya.

"La, tenang ya. Ini disekolah, nanti kita cerita sepulang sekolah ya. Udah yuk balik kelas, nanti dikirain kamu kenapa-kenapa lagi", ucap Feti. Lala pun sudah agak tenang berkat sahabatnya itu, Lala perlahan menghapus air matanya dan sesekali menghela nafas. Setelah cuci muka dan lebih tenang, Lala dan Feti kembali ke kelas. Mereka melanjutkan pelajaran seperti semula. Bunyi bel pulang sekolah pun terdengar. Para siswa bergegas pulang. Lala masih terdiam di bangku kelasnya. Setelah semua siswa dikelas sudah keluar, tinggal ada Lala, Feti dan Gisel didalam kelas. Feti dan Gisel berusaha menanyakan masalah yang dialami Lala. Sepertinya berat, karena tak biasanya Lala seperti itu. Padahal mereka tahu, Lala itu tipe wanita yang kuat dan gak mudah menangis.

"La, kamu itu kenapa sebenernya? Cerita dong sama kita", kata Feti.

"Iya La, siapa tahu kamu bisa lebih plong", tambah Gisel. Lala belum ada jawaban, tetapi malah kembali menangis. Feti dan Gisel berusaha menenangkan Lala.

"Papaku Fet, Sel", ucap Lala sambil menangis.

"Iya, Papamu kenapa La?", tanya Gisel.

"Papaku menghianati Mamaku Sel", jawab Lala.

"Loh, kok bisa? Udah ada buktinya La? Soalnya setahu aku, Mama dan Papa kamu itu kompak lho, romantis lagi", ucap Feti.

"Iya Fet. Aku juga kaget, hancur banget. Gimana dengan perasaan Mamaku Fet, Sel. Pasti hancur lebur", kata Lala yang tak henti-henti menangis.

"Sabar La, kamu harus kuat demi Mama kamu", hibur Gisel.

"Aku gak habis pikir sama Papa Sel, kenapa Papaku tega ngelakuin itu", kata Lala.

"Kamu tahu siapa selingkuhan Papa kamu?", tanya Feti.

"Lia, sekretaris Papa Fet", jawab Lala.

"Sabar ya La. Kamu pasti bisa hadapi ini. Semangat Lala. Kuatkan hatimu, kuatkan Mama mu La", kata Feti berusaha mensuport Lala.

Setelah plong bercerita ke sahabatnya, mereka pun pulang. Sesampai dirumah, suasana beda tak sehangat hari kemarin. Mama yang biasa menyambut kedatangan Lala, sekarang hanya menangis, menangis dan menangis. Tak ada makanan apapun dimeja makan. Bu Frizka sangat terpukul dengan kejadian itu. Seseorang yang sangat ia cintai menghianati pernikahan suci mereka yang telah di pupuk selama berpuluh-puluh tahun.

"Ma, Mama sabar ya. Mama pasti kuat. Kita lewatin ini bareng-bareng ya Ma", kata Lala. Bu Frizka seketika langsung menatap Lala dan memeluk Lala.

"Iya sayang. Maafkan Mama yang tak sempurna ini ya Lala sayang", kata Bu Frizka sambil meneteskan air mata.

"Maaf apa sih Ma, Mama gak salah sama sekali. Lala sayang sama Mama", jawab Lala. Setelah saling menguatkan, Bu Frizka segera membuatkan makanan untuk Lala. Setelah selesai makan, Lala ingin menemui Papanya dikantor. Lala masih tak percaya yang dilakukan Papanya itu. Lala berpamitan ke Mamanya belajar kelompok sama Feti dan Gisel. Sesampai dikantor, Lala bertemu Papanya. Diruangan itu, Papanya terlihat sedang sibuk bekerja ditemani Lia sang sekretaris.

"Oh ini ya Pa? Yang menyebabkan Papa menghianati keluarga Papa sendiri", kata Lala dengan nada emosi.

"Lala, kok tiba-tiba disini Nak", jawab Papanya.

"Kenapa Pa? Gak boleh ya? Ganggu kalian?", jawab Lala ketus. Sebelumnya Lala tidak pernah berkata kasar kepada Papanya.

Karena sudah puncak emosi dan perasaan yang hancur sehancur-hancurnya, Lala bersikap seperti itu ke Papanya. Hingga Lala pun meledak-ledak, sampai seisi kantor hanya terfokus dengan ruangan itu. Semakin ditenangkan Sang Papa, Lala justru malah semakin meledak. Hingga satu kantor kini akhirnya tahu, kalau Pak Denis berselingkuh dengan Lia sekretarisnya. Setelah meluapkan emosi yang tak terbendung, Lala segera pergi dari kantor itu. Lala menenangkan diri dulu di taman belakang kantor Papanya. Dan lagi-lagi Lala melihat Kakek tua dan kucingnya itu. Dan memang sepertinya kucing itu sedang hamil terlihat dari perutnya yang besar. Kakek tua itu menggendong kucing sambil memungut sampah dari tong satu ke tong lainnya. Tak terasa sudah hampir sore, Lala bergegas kembali pulang ke rumah. Mamanya sepertinya sudah agak bisa menerima kenyataan, sama-sama berusaha kuat dan tegar. Tadi sebelum pulang, Lala membeli martabak manis kesukaan Mamanya. Dimakanlah martabak manis pandan coklat kacang itu berdua. Sesekali Lala memandangi wajah sang Mama. Lala bisa merasakan kehancuran yang dirasakan sang Mama, karena dirinya pun merasakan hal yang sama. Aku harus kuat untuk Mama, begitu yang selalu ada dibenak Lala agar selalu ikhlas. Setelah semua selesai, Lala kembali ke kamar. Perlahan membuka buku diary jingga. Buku diary jingga pemberian sang Papa. Ternyata, hari kemarin adalah hari terakhir kebahagiaan keluarga ini. Pak denis pandai menyembunyikan perselingkuhannya dengan Lia. Bahkan kerabat satu kantorbpun tidak ada yang tahu itu. Mereka sudah menjalin hubungan selama 1,5 tahun. Dan itu waktu yang sangat lama untuk membodohi Mama dan Lala. Pak Denis tega melakukan itu semua karena tergoda paras dan body Lia yang begitu sexy. Cara berpakaian Lia pun selalu sexy. Ditambah Lia tipe yang agresif dan centil. Dulu waktu sekretaris sebelum Lia, namanya Jihan. Jihan berpenampilan sopan, anggun, dewasa. Walaupun berparas cantik tetapi tak menggoyahkan iman Pak Denis. Tetapi Jihan mengundurkan diri, karena akan menikah dan ikut suaminya ke singapura. Dan diterimalah Lia, karena posisi sekretaris pada waktu itu kosong. Itulah awal mula kehancuran rumah tangga Pak Denis dan Bu Frizka. Hanya demi Lia, Pak Denis menyakiti hati Bu Frizka dan juga Lia. Nasi telah menjadi bubur, gelas yang pecah pun tak bisa untuk dirakit seperti semula lagi.