Chereads / Kutukan Pembawa Jodoh / Chapter 6 - Kucing

Chapter 6 - Kucing

Pagi hari disambut dengan cuaca gerah. Mungkin saja pertanda akan turun hujan. Langit pun menunjukkan awan kelabunya. Lala masih terbaring di rumah sakit ditemani Sang Mama.

"PYAAAARRRR"

Terdengar suara gelas jatuh dan pecah. Bu Frizka kaget langsung membuka mata lebar-lebar. Takut sesuatu hal terjadi pada Lala.

"Sayang, kenapa? Mau apa La?" Tanya Bu Frizka.

"Maaf malah ngebangunin Mama. Lala haus Ma, pengen minum. Tapi tangan Lala masih lemes, jadi belum kuat", jawab Lala.

"Bangunin Mama aja La, kalau butuh sesuatu. Tunggu bentar, Mama panggil suster dulu", Kata Bu Frizka.

Setelah semua bersih, Lala perlahan mencoba mandi. Karena sudah beberapa hari tidak mandi. Lala dibantu Bu Frizka menuju ke kamar mandi. Dengan penuh kesabaran, Bu Frizka menuntun Lala. Sambil menaruh baju ganti Lala di pundaknya.

"Byuurr byuurr byuurr"

"Seger ya Ma. Udah lama Lala gak mandi. Rasanya seger banget", kata Lala.

"Iya dong La. Mandi biar anak Mama ini tambah Cantik", ucap Bu Frizka.

"Ihh Mama deh. Lala udah mendingan Ma. Tinggal lemes aja ini gak hilang-hilang", kata Lala.

"Sabar La, pasti bentar lagi pulih. Yang penting Lala makan yang banyak, minum obat yang rajin, jangan mikirin apa-apa dulu", kata Bu Frizka.

"Siapp Mamaku sayang", jawab Lala.

Setelah Lala selesai mandi, gantian Bu Frizka yang mandi. Segala keperluan Lala, Bu Frizka yang menyiapkan. Karena hanya Lala harta satu-satunya milik Bu Frizka yang sangat berharga. Lala juga demikian, hanya Bu Frizka yang dari dulu sampai detik ini selalu ada untuknya. Pagi pun silih berganti menjadi siang. Di sekolah, Feti mengajak Gisel dan Reza untuk mengunjungi Lala lagi. Reza dengan sigap menjawab mau, tetapi Gisel yang tidak bisa ikut. Gisel kurang enak badan, jadi Gisel tidak bisa ikut dulu hari itu. Reza dan Feti pun janjian berangkat bareng, karena rumah mereka satu arah.

"Fet, nanti bareng aja gimana? Nanti aku jemput", kata Reza.

"Ngrepotin gak nih?", ucap Feti.

"Kalau ngrepotin, bayar aja Fet. Bayar 100.000 juga boleh. Hahaha", seru Reza.

"Yee, itu mah pemerasan namanya", balas Feti.

" Jam berapa nanti za?" Tanya Feti.

"Pulang sekolah ini aja ya. Ganti baju dulu, istirahat bentar, langsung kita cuss", ucap Reza.

"Siapp boss", kata Feti.

Setelah pulang sekolah, seperti yang sudah dijanjikan tadi. Feti dan Reza bergegas pulang dan istirahat dirumah sebentar. Feti kali ini dandan seperti tak biasanya. Rambutnya di urai, pakai bedak tipis dan lipstik pink bak artis korea. Memakai dress pendek warna merah seakan memberikan kesan sexy untuk dirinya. Entah apa yang difikirkan Feti, hingga dandan seperti itu. Jam pun sudah menunjukkan pukul 14.00. Terdengar suara motor reza didepan pintu.

"Tiinn tiinn"

Bunyi suara klakson Reza. Bergegas Feti membuka pintu dan keluar. Sebelum keluar, Feti memastikan bahwa dirinya benar-benar tampil beda dari biasanya.

"Fet, kamu kok beda?" Ucap Reza. Sambil melongo melihat Feti.

"Beda apanya sih Za", elak Feti.

"Kamu cantik banget Fet", puji Reza.

"Ahh biasa aja kali Za, Lebay deh kamu", kata Feti. Yang sebenarnya ini yang diharapkan Feti kata-kata yang keluar dari bibir Reza.

Sepertinya Feti juga menaruh simpati kepada Reza. Feti mencoba mengalihkan pandangan Reza ke dirinya dari Lala. Feti juga terkadang bingung, yang ia rasakan itu salah atau boleh-boleh saja. Tetapi Feti juga masih memikirkan perasaan sahabat karibnya itu. Feti tak ingin menghianati Lala. Feti pun sering berperang dengan dirinya sendiri. Di sepanjang jalan menuju rumah sakit, Feti mendekap Reza. Dinikmatinya momen itu. Reza pun merasakan ada yang aneh dari Feti hari itu. Reza terus berfikiran positif saja. Setelah sampai di rumah sakit, mereka langsung masuk dan menemui Lala.

"Hallo tante, Haii La", sapa Feti.

"Feti, Reza. Sini sini duduk sini", kata Bu Frizka.

"Terimakasih tante", ucap Reza.

"Widihh, cantik amat temen ku satu ini", kata Lala.

"Apaan sih La, biasa aja deh", kata Feti.

"Iya kan La? Kesambet apa sih kamu Fet", ucap Reza sambil bercanda.

"Aku itu cuma mau belajar dandan feminim aja La, Za", jawab Feti.

Mereka semua tidak tahu bahwa sebenarnya Feti menaruh sedikit harapan ke Reza. Itu salah satu usaha Feti untuk menarik simpati Reza. Tetapi Reza tak goyah sedikitpun, karena dilubuk hatinya hanya ada satu wanita, Lala. Dokter pun datang dan membawa kabar baik. Keadaan Lala sudah membaik dan Lala sudah boleh pulang hari itu. Bahagianya Bu Frizka mendengar ucapan Dokter. Bergegas Bu Frizka membereskan semua barang-barangnya. Tak lupa Reza segera memesankan taksi online untuk Lala dan Bu Frizka. Setelah taksi datang, Lala dan Bu Frizka segera masuk Taksi.

Disepanjang jalan Lala senang karena bisa menghirup udara luar. Tetapi seketika Lala melihat kucing dipinggir jalan. Lala ingin membuktikan, apakah ada kesialan yang menimpanya seperti di mimpinya. Tak lama dari itu, taksi yang ditumpangi Lala tiba-tiba mogok. Padahal sebelumnya sudah dicek pak sopir baik-baik saja.

"Loh kenapa pak mobilnya", tanya Bu Frizka.

"Maaf bu, malah mogok. Padahal tadi sudah saya cek baik-baik saja", kata Pak Sopir.

"Saya panggilkan teman saya dulu ya Bu, supaya ibu di antar teman saya saja", kata Pak Sopir menambahkan.

Tak lama dari itu, taksi teman Pak Sopir datang.

"Bu, silahkan ke taksi teman saya. Maafkan saya ya Bu", ucap Pak Sopir.

"Tidak apa-apa Pak, Terimakasih ya. Ini buat bapak", kata Bu Frizka sembari memberikan uang ke Pak Sopir.

"Tidak usah Bu, buat bayar teman saya saja", kata Pak Sopir.

"Enggak pak, ini buat Bapak. Nanti teman Bapak biar saya kasih lagi", ucap Bu Frizka.

Setelah pindah ke taksi yang satunya, Lala berpikir lagi. Apa benar kutukan itu. Karena setelah melihat kucing tadi, tiba-tiba taksi mogok. Kalau ternyata benar, berarti kutukan itu nyata dan syarat untuk menghilangkan kutukan itu pun nyata. Seperti tak percaya, Lala berdiam diri seakan melamun.

"La la, kamu kenapa?" Tanya Bu Frizka.

Sampai 3x dipanggil, Lala tak ada respon. Sampai ditepuk Bu Frizka, Lala baru tersadar.

"Plukk Plukk"

"Eh kenapa Ma?", tanya Lala.

"Tuh kan ngelamun. Kamu kenapa La? Mikirin apa sih?", ucap Bu Frizka.

"Enggak Ma, cuma pengen buru-buru sampai rumah. Kangen kamar hehe", seru Lala.

Tak lama dari itu, sampailah didepan rumah Lala. Bu Frizka menuntun Lala masuk ke dalam rumah dan menuju kamar. Suasana sepi, mengingatkan kejadian yang menyayat hati. Sesampai di Kamar, Lala melirik ke buku diary warna jingga pemberian Papanya. Ditulisnya kisahnya dari menabrak kucing sampai koma dirumah sakit dan hari-hari yang dilaluinya dirumah sakit bersama Sang Mama.