Alessio Aten Raesha benar-benar sudah di luar kendalinya. Allesio benar-benar membuat Aleera merasa ketakutan hanya karena tatapan matanya yang sekarang sudah jelas terlihat di mata Aleera.
Mata itu terlihat tajam, benar-benar bisa menghunus ke mata Aleera. Tatapan mata itupun terlihat berbeda dengan tatapan mata Allesio yang Aleera temui sebelum ini. Apa ini adalah sifat Allesio yang sebenarnya? Apa inilah sifat yang selalu Allesio sembunyikan dari semua orang?
Jarak mereka benar-benar dekat. Aleera sudah tersudut di antara sebuah dinding dan tubuh Allesio. Wajah Allesio sekarang akan mendekat lagi menuju wajah Aleera. Padahal, wajah mereka sudah sangat dekat. Bahkan Aleera bisa merasakan hawa hangat dari napas Allesio yang bercampur dengan bau alkohol. Hawa hangat yang entah kenapa bisa menggelitik sesuatu yang berada di dalam dirinya.
Bibir Allesio dan Aleera seakan-akan seperti ingin menempel. Allesio pun menahan kedua tangan Aleera tepat di atas kepala Aleera. Astaga, Aleera juga tidak mengerti, tapi saat ia tersadar, entah kenapa kedua tangannya sudah ada di genggaman Allesio begitu saja. Hanya dengan satu tangan saja, Allesio bisa menahan kedua tangan Aleera yang sangat kecil itu. Tentu saja hal itu jika dibandingkan dengan tangan Allesio.
Aleera takut? Tidak! Awalnya Aleera memang merasa takut, tapi setelah ia bisa melihat mata Allesio Aten Raesha, ia tahu kalau Allesio yang ada di depannya ini bukanlah Allesio yang dipenuhi dengan amarah. Tapi, Allesio yang ada didepannya ini adalah Allesio yang dipenuhi dengan kesedihan.
Bisakah aku mengelus pipinya yang sedikit memerah itu? Apa rambutnya akan terasa lembut jika akan menyentuhnya? Apa mungkin bibir merahnya itu terasa manis seperti ceri? Sial! Pikiran apa yang lewat di otak Aleera kali ini? Bukan hanya Allesio yang berada di luar kendali, Aleera pun malah ikut berada di luar kendali juga padahal ia sama sekali tidak meminum alkohol itu.
"K-kau tidak akan mungkin melakukannya, kan? Aku benar-benar akan membuat kau menyesal jika kau melak—"
"Aku tidak pernah bahagia. Aku tidak pernah mendapatkan tempat yang bisa membuatku merasa pulang. Aku... benar-benar kesepian." Kata-kata yang keluar dari mulut Allesio benar-benar seperti apa yang Aleera tebak saat itu. Saat di mana Aleera dan Allesio bertemu untuk pertama kalinya dan mereka langsung membahas mengenai pulang, rumah dan kenyamanan.
"Papa dan mamamu? Lalu, Yasa dan juga —" lagi-lagi Allesio memotong ucapan Aleera.
"Apa aku terlihat sangat bahagia di matamu? Apa aku terlihat seperti orang jahat yang hanya ingin harta mereka?" tanya Allesio sudah membicarakan hal yang menurut Aleera adalah privasi keluarga mereka. Aleera benar-benar tidak tahu masalah itu dan Aleera juga tidak ingin tahu.
Aleera dan Allesio hanya diam saja. Suara napas mereka yang saling terdengar silih berganti itu malah berhasil membuat rasa nyaman tersendiri di antara mereka berdua. Mereka pun tak lupa juga ikut saling memandang wajah orang yang ada di depan mereka dengan pemikiran mereka masing-masing.
Aleera pun tidak munafik, tapi Allesio ternyata sangat tampan bila dilihat dari sini. Postur tubuhnya yang besar benar-benar bisa menutupi Aleera yang sangat kecil ini. Tentu saja tubuh Allesio besar karena dipenuhi dengan otot-otot yang menurut Aleera tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil. Pas, sangat enak dilihat oleh mata Aleera.
Sial! Apa yang Aleera pikiran! Kenapa ia malah terlihat lebih mabuk daripada Allesio.
"Sepertinya mendapatkanmu adalah sebuah anugrah. Aku ingin kau!" Entah apa yang terjadi selanjutnya. Aleera hanya memasrahkan dirinya kepada Allesio yang sudah menyentuh beberapa bagian dari tubuhnya. Pipi Aleera sedikit panas karena Allesio tadi baru saja mencium pipinya berulang-ulang kali. Ini benar-benar memabukkan Aleera.
Astaga, Aleera menyukainya!
"Kau benar-benar menarik." Kata-kata Allesio malah membuat Aleera tersadar. Tunggu, apa semua pujian dan perlakuan Allesio itu benar adanya? Maksud Aleera, apakah mungkin Allesio tahu kalau seseorang yang ada di depan Allesio sejak tadi adalah Aleera, bukan orang lain? Apakah Allesio melakukan hal ini karena di depannya sekarang adalah Aleera atau ia malah membayangkan wanita lain?
Aleera pun mencoba untuk menggerakkan tubuhnya agar ia bisa lepas dari kukuhan Allesio. Aleera juga tak lupa mengumpati dirinya berulang kali di dalam hati karena ia malah ikut terbuai oleh pesona Allesio yang sedang mabuk. Orang mabuk bisa melakukan apapun. Mungkin setelah ini Allesio tidak akan ingat apa yang ia lakukan kepada Aleera atau apakah wanita yang sedang bersamanya ini adalah Aleera atau bukan.
Air mata Aleera mengalir menyusuri pipinya. Bersama dengan Allesio yang bisa merasakan rasa asin di bibirnya karena ia masih asik menciumi pipi Aleera yang benar-benar menjadi candu untuknya.
"Le-lepaskan ak-aku! Ak-aku m-mohon!" Aleera meringis kesakitan karena cengkraman tangan Allesio di kedua tangannya itu. Mendengar apa yang Aleera katakan, membuat Allesio menghentikan apa yang ia lakukan tadi. Allessio perlahan mundur untuk menjauh dari Aleera. Padahal, tadi, Allesio bisa mencium wangi seseorang yang bisa membuatnya merasa nyaman dan tenang.
Apa ia bisa menemukan wangi itu dari orang lain selain wanita di depannya ini?
Aleera sadar kalau ada sedikit cairan aneh di kedua tangannya. Ia langsung melihat kedua tangannya dengan cepat dan ia pun mendapati ada noda darah di sana. Mata Aleera pun ikut melihat ke arah tangan Allesio.
Aleera beranjak dari sana. Ia mencari tombol lampu atau pencahayaan yang bisa ia peroleh.
BLAM! Lampu pun menyalah, bersamaan dengan itu, Aleera bisa melihat Alessio yang menudukkan kepalanya sambil terdiam di tempat tadi.
Benar saja, tangan Allesio yang sempat mencengkeram tangannya ini terlihat memiliki luka yang cukup terbuka.
Aleera langsung berlari mendekati Allesio. Ia raih tangan Allesio tadi dengan lembut. Ia pun menatap Allesio yang masih saja menudukkan kepala.
"Apa kau punya obat-obatan untuk membersihkan lukamu ini?" tanya Aleera kepada Allesio. Mata Alessio bertemu dengan Aleera. Allesio terkejut.
Sial, jadi wanita yang berhasil membuatnya jadi jauh lebih waras hanya karena wangi tubuh itu adalah Aleera? Mata Aleera pun terlihat memerah. Apa air asin yang sempat Alessio rasakan tadi adalah air mata Aleera? Sial! Allesio tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika ia melakukan hal yang lebih daripada yang seharusnya kepada wanita di depannya ini. Allesio ditugaskan untuk menjaga wanita ini, bukan malah merusaknya seperti yang ada di dalam pikiran Allesio sekarang.
Allesio benar-benar seperti orang yang bodoh. Tiba-tiba kedua tangan Aleera menyentuh kedua pipi Allesio, perlahan Aleera membawa pandangan wajah Allesio tepat di depan wajahnya. Mata Allesio menatap mata Aleera yang memerah. Ada bekas air mata di sana. Bahkan, kedua pipi Aleera juga ikut memerah karena ulah dari Allesio tadi.
Sial!