Chereads / My AL / Chapter 33 - Kebohongan Mereka

Chapter 33 - Kebohongan Mereka

Akhirnya, Allesio lah yang melompat masuk ke dalam kolam berenang itu untuk menolong Saqeel, di saat Hazeel hanya bisa terduduk sambil menangis tersedu-sedu. Hazeel benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa pada saat itu karena ia juga menyadari kalau ia sama sekali belum bisa berenang dengan baik.

Saqeel terdiam di atas lantai saat Allesio dengan sekuat tenaga mengangkat Saqeel yang badannya lebih kecil dari Allesio. Dan mereka masih tidak tahu apa yang harus mereka lakukan setelah ini. Mereka ketakutan.

"Apa yang terjadi?" Tiba-tiba pelatih mereka datang. Pelatih langsung mendorong Allesio menjauh dari Saqeel. Tubuh Allesio langsung terpental ke belakang. Ada beberapa bagian tubuhnya yang terasa sakit karena dorongan dari pelatihnya itu bukan main-main kerasnya. Pelatih mereka langsung memberikan pertolongan pertama dengan cepat.

Entah kenapa di hari itu papa Saqeel dan Hazeel datang lebih cepat dari biasanya untuk menjemput anak-anaknya. Papanya pun langsung syok dan marah-marah saat melihat posisi anaknya yang benar-benar tidak berdaya di lantai itu.

"Saqeel," seru papanya saat Saqeel sudah sadarkan diri. Papanya langsung memeluk Saqeel dikala itu. Allesio hanya bisa tersenyum senang karena Saqeel terlihat baik-baik saja.

"Dasar tidak becus! Untuk apa saya membayarmu mahal-mahal kalau kau malah membahayakan anak saya!" Seru papa Saqeel kepada pelatih mereka. Pelatih pun hanya bisa diam saja karena sebenarnya ini semua adalah salahnya yang meninggalkan anak-anak ini. Padahal, ia hanya ingin pergi ke toilet.

"Pa, ini semua bukan salah pelatih. Ini semua salah Allesio," kata Hazeel sambil menangis tersedu-sedu. Allesio langsung melirik ke arah Hazeel dengan ekspresi wajah tidak terima. Padahal, Allesio lah yang telah menyelamatkan Saqeel di saat Hazeel tidak bisa melakukan apa-apa selain menangis.

"Ada apa ini?" Tanya mama Allesio yang baru turun dari lantai atas setelah mendengar ada kebisingan di bawah. Karena melihat tatapan tajam dari saudara suaminya ini kepada anaknya yaitu Allesio, malah membuat mama Allesio langsung memeluk Allesio erat. Allesio pun balik memeluknya mamanya tidak kalah erat.

Semua orang sudah memandanginya dengan tatapan tajam. Padahal, ialah yang memberanikan diri untuk menyelamatkan Saqeel seperti di film-film yang sering ia dan papanya tonton beberapa waktu yang lalu.

Padahal, papa sudah berkata kalau ia tidak boleh melakukan hal ini, tapi ia malah melanggar apa yang papanya katakan. Papa pasti akan memarahinya.

Papa Saqeel pun menjelaskan apa yang terjadi. Tak jarang, Hazeel pun menambah-nambah masalah dengan menambah bumbu cerita dari semua yang terjadi.

Mama pun melepas pelukannya dari Allesio. Dada Allesio tersentak begitu saja. Seakan-akan masalah yang lalu mengenai mama yang menuduh Allesio sudah terlupakan begitu saja di pikiran mamanya, sekarang mamanya ikut menatap matanya tajam.

"Allesio, kamu harus minta maaf. Nyawa bukanlah perkara main-main. Kau hampir membuat saudaramu kehilangan nyawanya." Amarah mama malah membuat Allesio makin menundukkan kepala karena ketakutan.

Dia ingin mengatakan apa yang terjadi sebenarnya kepada mereka sejak tadi. Tapi, tatapan mata dari semua orang itu malah membuat dia makin takut, ia tahu, kalau ia mengatakan semuanya maka semua orang yang ada di sini tak akan mempercayainya.

Hanya papa yang mempercayainya. Hanya papanya saja!

"Minta suami kamu untuk pulang. Anak ini benar-benar harus diberi pelajaran," kata papa Saqeel sambil menatap Allesio sinis. Allesio sadar kalau semua orang yang berada di keluarga ini tidak ada yang menyayanginya atau mempercayainya seperti apa yang ia harapkan.

Mama pun terkadang juga tidak mempercayainya, tapi mama selalu berbuat baik kepadanya. Mama selalu memberikan kasih sayang untuknya walaupun tidak sebaik papa. Papanya memang yang terbaik.

Sebelum itu, papa Saqeel memanggil dokter untuk datang ke rumah mereka. Dokter itu diminta untuk memeriksa keadaan anaknya yang ditemukan tenggelam di kolam berenang ini.

"Sayang, apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya mama kepada Allesio. Mama memang terlihat tidak marah kepadanya, tapi tatapan mata mama terlihat berbeda dan Allesio bisa merasakan hal itu.

"Kalau seandainya Saqeel benar-benar tenggelam —" Sekarang, pelatih renang mereka sepertinya memihak kepada Allesio. Pelatih memikirkan semua ini sejak tadi.

Tidak ada orang yang melihat kejadian ini termasuk juga dengan para pekerja yang berada di sini. Berarti, orang yang menyelamatkan Saqeel adalah Allesio atau Hazeel.

Kalau dipikir-pikir ulang, cara berenang Hazeel masih sangat buruk, apalagi diukur untuk menyelamatkan orang lain. Allesio masih menjadi pilihan terbaik. Tapi, bisa jadi demi adiknya, Hazeel melakukan semua itu sekuat tenaganya, kan?

"—Siapa orang yang menyelamatkan Saqeel?" Tanya pelatih itu kepada Hazeel karena sejak awal Hazeel lah yang bersikeras berkata kalau kejadian ini adalah karena ulah Allesio yang mendorong Saqeel.

"Aku! Aku yang menyelamatkan adikku!" Kata Hazeel dengan penuh percaya diri. Allesio hanya menatap Hazeel dengan tatapan tidak percaya. Padahal, ialah yang menyelamatkan Saqeel tadi. Kalau tahu seperti ini, lebih baik ia biarkan saja Saqeel di dalam sana.

Tidak! Mana mungkin Allesio membiarkan seseorang meninggal tepat di depan matanya.

"Apa itu benar, Allesio?" Tanya pelatih kepada Allesio. Allesio hanya diam saja, ia ingin mengatakan yang sebenarnya bahwa dirinya lah menyelamatkan Saqeel, tapi tatapan mata papa Saqeel benar-benar mengerikan. Ia jadi takut.

"Allesio?" Tanya pelatih lagi kepada Allesio. Jadi, mereka sudah menggunakan baju dan mereka sekarang sedang berkumpul di kamar tamu. Saqeel tertidur di kamar tamu itu.

"Dasar, anak kurang Aj—" Papa Saqeel baru saja ingin mengayunkan tangannya di wajah Allesio, tapi papa Allesio menahan tangan kotor itu agar tidak menyentuh anaknya.

Mata papa Allesio benar-benar terlihat sangat mengerikan. Allesio yang tadinya tidak menangis malah langsung menitihkan air mata saat ia bisa melihat papanya ada di depan mata.

Kelemahan anak laki-laki adalah pundak ayahnya!

"Ada apa?" Tanya papa Allesio penuh perhatian. Allesio langsung berlari ke arah papanya. Papanya benar-benar berusaha untuk sampai lebih cepat ke rumah karena ia tahu kalau hal seperti ini akan terulang lagi. Di mana anaknya pasti akan dipojokkan oleh semua orang dan anaknya hanya akan diam juga menerima semuanya.

"Kak, anak kakak itu hampir saja membunuh anakku. Kalau saja Hazeel tidak bisa berenang, mungkin saja nyawa Saqeel sudah melayang sekarang," kata papa Saqeel dengan penuh semangat. Bahkan, mata itu masih menatap sinis.

Allesio hanya bersembunyi di belakang kaki papanya. Ia tidak mau melihat semua orang yang masih saja melihat sinis ke arahnya itu. Mentalnya saat itu benar-benar lemah. Kalau papa Saqeel memintanya untuk bunuh diri saat itu demi menebus dosanya, ia pasti akan melakukannya walaupun bukan ia pelakunya.

Papa Allesio terlihat marah besar. Wajahnya memerah. Entah kepada siapa amarah ini akan ia lontarkan.

Lalu, bagaimana selanjutnya?