"Tapi, aku tidak membawa mobilku. Sejujurnya, aku berniat untuk makan malam bersama orang tuamu," jawab Aleera yang membuat Allesio tidak habis pikir lagi kepada wanita ini. Apa yang wanita ini pikiran sebenarnya, sih?
Saat Allesio mengajak wanita ini untuk bertemu, ia malah lari-larian tidak jelas. Tidak ada alasan sama sekali mengenai kenapa wanita ini menjauh darinya, tapi sekarang wanita itu dengan suka cita ikut makan malam bersama keluarganya atau bahkan menemuinya.
Kalau seperti itu, kenapa wanita ini masih di sini? Kenapa ia tidak ikut dengan Yasa dan yang lain saja. Apa mereka tidak memberitahukan wanita ini kalau Allesio sama sekali tidak berniat pergi kemanapun. Ia harus menjaga diri agar ia tidak menyebabkan masalah lagi karena moodnya yang benar-benar sedang buruk ini.
Sial! Allesio tidak bisa marah lagi. Ia sudah benar-benar lelah dengan tingkah laku dari wanita ini. Ia juga tidak mau melanggar apa yang sudah ia janjikan kepada papa dan juga ayah dari wanita ini. Mana mungkin ia marah kepada wanita ini dan membuat wanita ini menangis. Kalau hal itu terjadi, ia berarti sudah melanggar janjinya, kan?
"Begini saja, kau langsung keluar dan tunggu Yasa di lobi. Aku akan meminta Yasa untuk menjemputmu sekarang juga," kata Allesio tegas. Ia baru ingin meraih handphone miliknya sampai ia menyadari kalau wanita itu malah berjalan mengikutinya.
Allesio sudah benar-benar kehabisan akal hanya untuk menyelesaikan masalah ini.
"Jadi, kau mau kemana?" Tanya Allesio lagi sudah benar-benar lelah. Wanita itu hanya diam sambil memandangi Allesio. Sepertinya, wanita itu juga tidak sedang berpikir untuk menjawab pertanyaan dari Allesio.
Astaga! Dia benar-benar tidak ingin diganggu sekarang, sungguh. Bagaimana caranya agar membuat wanita didepannya ini mengerti?
***
"Mana Aleera?" Tanya Mama Allesio saat mereka baru saja sampai di parkiran mobil. Mama Allesio benar-benar tidak ingat, ia pikir Aleera mengikuti mereka semua dari belakang. Tapi, saat ia melirik ke arah belakangnya, sama sekali tidak ada Aleera di sana. Mereka semua lengkap tanpa Aleera. Sepertinya, mama Allesio pun lupa apakah Aleera sudah kembali dari toilet atau belum, tadi.
Tiba-tiba mama Allesio jadi khawatir.
Papa Allesio pun ikut terhenti dari perjalanannya menuju ke mobil. Oh iya, tadi ada Aleera, kan?
"Hm, Tante, Om, mungkin Aleera sudah pulang dan lupa mengabari kita," jawab Yasa asal. Yasa tadi menelpon Allesio beberapa waktu yang lalu, saat Yasa menanyakan Aleera, Allesio sepertinya tidak terkejut. Ia malah menjawab dengan lantang pertanyaan dari Yasa.
Okay, tidak ada yang tahu bagaimana mode Allesio saat ini, tapi seharusnya Allesio terkejut kan saat ia tahu kalau Yasa bisa dengan mudah bertemu dengan wanita bernama Aleera itu. Allesio berbohong!
Sebenarnya, ada satu hal yang Yasa yakini sekarang.
Aleera mungkin sudah mulai penasaran dengan Allesio. Entah apa yang sudah laki-laki itu lakukan sebelum ini, tapi sepertinya Aleera terpancing dengan apa yang ia ucapkan tadi dan memutuskan untuk bertemu dengan Allesio.
Kalau seandainya Aleera tidak penasaran atau setidaknya tidak tertarik dengan Allesio, mana mungkin wanita itu memutuskan untuk mendatangi Allesio. Bahkan, saat Allesio mendatangi wanita itu, wanita itu malah berdalih sibuk atau hal lainnya. Aneh!
"Apa kamu yakin, Yasa? Coba kamu hubungi Aleera terlebih dahulu. Tante benar-benar khawatir," cemas mama Allesio. Rin pun ikut cemas. Tadi, kakaknya yang terlihat aneh karena tidak ingin ikut makan malam bersama mereka. Sekarang malah kak Aleera yang terlihat aneh.
Ada apa dengan mereka berdua sih sebenarnya? Rin jadi khawatir dan juga sedikit penasaran.
Yasa menggaruk belakang lehernya dengan sedikit gugup. Ia juga tersenyum paksa dan membuat mama dan papa Allesio kebinggungan.
"Saya tidak memiliki nomor handphone nona Aleera, Tante, Om," jawab Yasa yang membuat mama dan papa Allesio terkejut.
"Kamu bisa minta nomornya dengan Allesio sekarang," perintah papa Allesio yang benar-benar tidak bisa Yasa tolak lagi. Yasa menundukkan kepalanya kepada kedua orang yang juga merupakan atasannya itu. Lalu, ia berjalan menjauh dari mereka semua.
Sial! Kan, karena wanita itu, dan juga sifat aneh Allesio, malah membuat semuanya menjadi kacau, padahal Yasa hanya ingin ikut menompang makan malam gratis. Sayangnya, tentu saja semua ini akan menjadi kesalahan Yasa. Bos tidak pernah salah, kan?
Sepertinya, Yasa berbohong saja. Yasa sudah benar-benar yakin kalau wanita itu ada bersama dengan Allesio. Tapi, ada satu hal yang membuat Yasa ragu.
Sepertinya, dengan mode Allesio yang seperti sekarang, Allesio mungkin takkan mau mengantar wanita itu pulang. Tunggu, apa Allesio tahu kalau Yasa akan mengantarkan keluarganya ini untuk makan bersama? Sepertinya laki-laki itu tidak tahu.
Yasa mengangkat Handphone ke telinga dan pura-pura menelpon seseorang. Ia pun memainkan handphone atau mengetik sesuatu di handphone bagusnya sedikit lebih lama agar disangka sedang mengetik pesan.
Lalu, setelah itu, ia memasukkan handphone miliknya ke dalam saku jasnya dan berjalan mendekati kedua orang tua Allesio dan juga Rin lagi.
"Nona Aleera sudah pulang ke butik tempat ia bekerja, ia meminta maaf kepada om, Tante dan juga Rin karena ia mendadak pergi. Ia berkata kalau ada sedikit urusan penting terkait dengan pekerjaannya." Jawaban dari Yasa benar-benar membuat semua orang di sini merasa lega. Tapi, Yasa malah makin khawatir.
Tunggu, bagaimana kalau tebakannya salah? Bagaimana kalau wanita itu ternyata ada di dalam sana dan terjebak di salah satu ruangan? Bagaimana kalau ia malah tersesat atau ia malah melakukan sesuatu yang....
Yasa, tenang. Wanita itu bukanlah wanita bodoh yang tersesat layaknya anak kecil. Tenang.
Tapi, saat Yasa menelpon Allesio tadi, laki-laki itu mengatakan kalau wanita itu sedang tidak ada bersamanya, iya kan?
Allesio tidak terkejut dengan kehadiran wanita itu, Allesio pun terdengar seperti sedang menyembunyikan sesuatu, juga..
"Yasa...."
Bagaimana kalau wanita itu diculik? Hei, wanita itu juga calon CEO seperti Allesio, wajar saja kalau nyawa wanita itu juga menjadi buruan dari semua orang yang merupakan musuh dari perusahaan milik keluarga wanita itu.
Bagaimana kalau Yasa yang akan disalahkan atas semua ini. Okay, ia mau bertanggung jawab, tapi kita sekarang sedang membahas nyawa seseorang dan itu bukanlah hal yang main-main.
"Yasa...."
Bagaimana kalau....
"Yasa, apa kau baik-baik saja?" Yasa tersadar dari pikiran dalamnya. Sekarang, ia malah melihat wajah khawatir dari kedua orang tua Allesio dan juga Rin yang entah kenapa sudah ada di sampingnya sambil menggenggam sebelah tangannya.
Astaga, ia bahkan tidak sadar kalau Rin mengenggam tangannya. Kalau Allesio melihat hal ini, mungkin Yasa akan dibunuh oleh laki-laki itu.
Mana mau Allesio membiarkan seorang Yasa yang suka mendekati banyak wanita ini malah memilih untuk berdekatan dengan Rin. Rin mungkin sudah menganggapnya sebagai kakak laki-laki sama seperti halnya ia melihat Allesio. Tapi, di mata Allesio, mungkin Yasa malah terlihat seperti orang jahat yang menginginkan adiknya.
Heii, jadi sekarang bagaimana?
***
Bersambung