Chereads / My AL / Chapter 31 - Kehebatan Aleera

Chapter 31 - Kehebatan Aleera

Hebatnya wanita ini adalah membuat Allesio terpedaya dan tertipu hanya dengan kata-kata dan wajah sok khawatir dari wanita ini. Kenapa Allesio berkata seperti itu? Karena sekarang malah wanita ini yang sedang mengendarai mobilnya dan ia malah duduk di kursi samping pengemudi.

Allesio menghela napasnya panjang. Ia benar-benar sudah tidak tahu lagi bagaimana cara menjelaskan kepada wanita ini kalau dirinya sedang tidak ingin diganggu. Terkadang, ia sama sekali tidak mempermasalahkan semua masalah yang datang kepadanya. Ia memilih untuk menahan rasa sakit itu dan terdiam.

Lalu, saat ia merasa sesuatu sudah benar-benar menyakitinya, ia malah memutuskan untuk menangis. Ia menghancurkan semua yang ada di sekitarnya termasuk dirinya sendiri. Kaca itu dan luka di tangannya ini sebagai contoh nyatanya.

"Setelah ini belok ke mana?" Tanya Aleera yang tidak dijawab oleh Allesio. Allesio malah menutup matanya. Ia sudah benar-benar lelah. Bukan. Ia bukannya lelah karena mengantikan ayahnya di kursi itu. Ia hanya lelah dengan semua orang yang berada di sekitarnya. Orang-orang yang tidak mengetahui ia dengan baik tapi berani mengejeknya.

Ia bersyukur keluarga ini masih mau menerimanya dengan sangat baik. Ia bersyukur juga karena keluarga ini mau menyayanginya. Tapi, respon semua orang benar-benar membuatnya sakit hati.

"Rasanya, sakit, ya?" Pertanyaan dari wanita itu benar-benar di luar dugaan dari Allesio. Allesio masih memutuskan untuk menutup matanya. Sebelumnya, ia sudah memastikan kalau minyak mobilnya saat ini masih terlihat penuh. Berkeliling negara ini satu kali pun masih akan membuat minyak mobilnya masih ada. Ia hanya khawatir membawa wanita ini malam-malam, takut kalau-kalau ada sesuatu yang terjadi dengan mobil miliknya ini.

"Kau sudah melakukan semuanya dengan baik," Puji wanita itu yang benar-benar mengetatkan hati Allesio. Allesio juga merasa sedikit nyaman saat sedang berdua dengan wanita itu. Tiba-tiba rasa risih tadi menghilang begitu saja.

"Te-terima kasih!" Seru Allesio dengan nada suara bergetar. Sepertinya tidur sebentar takkan membuat suasana ini makin runyam. Wanita ini sepertinya sudah biasa membawa mobil sendiri dan ini adalah salah satu kemudahan bagi Allesio.

***

Allesio malah tertidur di dalam mobil yang dikendarai oleh Aleera. Saat Allesio membuka matanya, ia bisa melihat sebuah kaca besar yang tidak menampilkan jalanan yang bergerak. Mereka malah diam seakan-akan mobil ini sudah berhenti.

Tunggu! Berhenti!

Allesio melirik ke sampingnya. Wanita itu benar-benar sudah tidak ada di sana lagi. Kursi di sampingnya benar-benar sudah kosong tanpa adanya orang lain yang menduduki tempat itu.

Alessio langsung memastikan di mana ia sekarang berada. Sebuah butik yang ia kenali beberapa waktu lalu terpampang jelas bisa ia lihat dari kaca mobil sampingnya. Yap, ia ada di parkiran butik milik wanita itu.

Allesio langsung keluar dari mobil itu. Ia berjalan menuju ke dalam butik yang sedikit ramai itu. Tapi, seseorang malah menghalanginya. Lagi-lagi orang itu adalah tangan kanan dari wanita itu.

"Maaf, Pak! Tapi nona Aleera sama sekali tidak mau bertemu dengan siapapun termasuk dengan bapak!" Seru wanita itu yang membuat pikiran Allesio jadi kacau.

"Tapi wanita itu ada di dalam, kan?" ujar Allesio merasa sedikit khawatir. Asisten Aleera pun menganggukkan kepalanya.

Sial! Padahal wanita itulah yang membawanya ke sini. Tiba-tiba ia merasa sedikit menyesal karena sudah berniat untuk mengantar wanita itu dengan mobilnya.

"Woi!" Suara seseorang yang Allesio kenal.

Allesio melirik ke orang yang berada di sampingnya saat wanita yang tadi berada di depannya ini berjalan masuk ke dalam butik.

Yasa sudah ada di sana dengan jas yang sudah terlihat tidak rapi. Laki-laki ini pasti baru pulang dari acara makan malam bersama keluarganya. Tiba-tiba perut Allesio berbunyi begitu saja. Astaga, ia sama sekali belum memakan apapun sejak tadi, kan?

Perutnya hanya diisi oleh minuman yang ia tumpahkan di kantornya itu.

"Kenapa kau ada di sini?" Tanya Allesio kepada Yasa. Yasa malah berjalan menjauh dari Allesio. Allesio pun spontan mengikuti laki-laki itu.

"Kita akan pulang dan aku yang akan mengendarai mobilmu ini," kata Yasa yang disetujui oleh Allesio. Lagian, ia juga sedang tidak dalam mood yang baik saat ini untuk mengendarai mobil ini. ia mabuk! kalian ingat, kan?

Walaupun sepertinya saat ini masih terasa lebih baik daripada tadi.

Tunggu! Yasa tahu dari mana kalau Allesio ada di sini?

"Dia menghubungiku. Katanya, kau sedang mabuk dan sekarang ada di parkiran butiknya. Al, kau ingat baik-baik perkataanku yang akan Aku lontarkan kepadamu sekarang. Jangan mengemis seperti itu jika kau tahu wanita itu sebenarnya tidak menyukaimu. Ia malah makin risih dengan kehadiranmu," kata Yasa yang membuat Allesio berniat untuk menutup kupingnya dengan musik. Ia berniat untuk menghidupkan musik di mobilnya, tapi ia malah menjatuhkan secarik kertas yang telah terletak di sana sejak tadi.

Sebelum mengambil kertas itu, Allesio sempat melirik ke arah Yasa. Yasa sepertinya masih fokus mengendarai mobil ini. Allesio pun pura-pura tidur di mobilnya ini. Mungkin, surat itu akan ia ambil besok pagi. Kalau instingnya tidak salah, mungkin wanita itulah yang meninggalkan kertas di sana.

***

Pagi ini kamar Allesio tidak berbau kopi ataupun asap rokok lagi. Sepertinya, laki-laki itu sudah sedikit mendengarkan apa yang Yasa katakan dengan suara keras kepada Allesio beberapa waktu yang lalu.

"Al, bangun! Adikmu datang berkunjung kemari," kata Yasa sambil membangunkan laki-laki itu. Sebenarnya, baru kali ini Yasa melihat Allesio bangun kesiangan seperti ini. Okay, sebenarnya kalau ia memiliki banyak pekerjaan dan harus begadang, tentu saja laki-laki ini akan bangun lebih siang. Tapi, seingat Yasa, Allesio sama sekali tidak memiliki pekerjaan urgent yang harus ia kerjakan tadi malam.

Kenapa Yasa tahu? Karena Yasa adalah asisten Allesio. Yasa lah yang mengatur semua pekerjaan yang laki-laki itu kerjakan.

"Al!" Seruan dari Yasa benar-benar seperti angin lalu di telinga Allesio. Tiba-tiba Yasa memikirkan sesuatu. Kalau Allesio sedang tidur seperti ini, ada baiknya ia mencoba untuk mengeledah kamar orang ini.

Yasa benar-benar melakukannya. Ia memeriksa lagi kulkas yang ada di kamar Allesio. Masih ada beberapa botol bir dan rokok yang entah kenapa laki-laki itu masukkan ke sana. Sepertinya, rokok itu adalah rokok elektrik atau entahlah. Yasa juga tidak terlalu paham.

Yasa peminum, tapi ia tidak menyentuh nikotin seperti itu.

"Al!" Sambil menyerukan nama pemilik kamar ini, Yasa masih bersikeras untuk memeriksa beberapa hal yang ada di sini. Mungkin saja ia malah menemukan sesuatu yang mengejutkan saking stresnya seorang Allesio.

Tidak! Yasa yakin temannya ini adalah orang baik yang masih berpikir kritis. Merokok saja masih kadang-kadang bisa tercium oleh Yasa. Minum pun juga begitu, kan?

Sial! Membangunkan laki-laki ini benar-benar sesulit itu. Lalu, bagaimana sekarang?

***

Bersambung