"Al, adikmu datang. Kau takkan membiarkan mereka menguasai panggung lagi, kan? Al, bangunlah!" Setelah dirasa sudah menyusuri hampir semua daerah di kamar Allesio. Yasa memutuskan untuk kembali mendekat ke ranjang besar milik Allesio itu dan membangunkan Allesio dengan sangat bar-bar. Laki-laki yang dikira keren oleh para wanita ini tidak akan bisa bangun kalau tidak dibangunkan seperti ini.
"Woi! Bangun!" Alessio langsung membuka matanya yang terlihat masih sangat mengantuk itu. Bahkan kedua matanya terlihat memerah.
"Bangun, dua sejoli kembar itu datang ke sini!" Kata Yasa yang membuat Allesio terdiam sesaat sebelum ia langsung bangkit dari ranjangnya.
"Untuk apa mereka datang?" Tanya Allesio dengan suara yang cukup tercekat dan serak. Suara yang terdengar keren dan mampu membuat wanita ketar-ketir.
Allesio sama sekali belum meminum apapun setelah bangun, tapi ia sepertinya memutuskan untuk menuju ke kamar mandi. Ia mau mandi sebelum bertemu dengan dua kembar itu.
Ia juga harus menyiapkan amunisi agar ia bisa tetap tenang saat dua kembar itu mengatakan semua hal buruk mengenai dirinya. Kalau benar sih, enak. Tapi, tidak ada satu hal yang benar dari semua perkataan dua kembar itu.
Okay, luka di tangannya juga sudah membaik dan ia ingin menceritakan satu hal. Saat ia mencari surat malam itu, kertasnya sudah hilang entah kemana. ia pun tidak perduli. sepertinya tidak penting.
"Entahlah, mungkin mereka ingin mengejekmu lagi seperti yang sudah-sudah. Kau tahu sendiri kalau keluarga besarnya tak ada yang menyukaimu," kata Yasa sambil merapikan seluruh kertas yang ada di atas meja Allesio.
Allesio langsung masuk ke dalam kamar mandi, Sementara Yasa malah sibuk memilah kertas-kertas yang ada di atas meja ini.
Allesio mungkin tidak bisa tidur tadi malam, sehingga ia malah memikirkan sesuatu mengenai produk baru yang akan perusahaan mereka buat.
Allesio memang hebat, di balik semua tekanan yang ia dapatkan dari orang-orang sekitarnya itu, Allesio juga menjadi ikon khusus pembangkit dari perusahaan yang menjadi ladang pertama uang keluarganya. Aneh, kan?
Yasa hanya ingin tertawa saat memikirkan hal itu. Tapi, pertemuan keluarga mereka benar-benar tidak bisa dihindari lagi. Allesio mungkin akan mendapatkan gunjingan dari orang-orang itu lagi. Allesio harus kuat karena Yasa pun tahu kalau Allesio adalah orang terkuat yang pernah ada. Iya, kan?
***
"Paman, Allesio itu suka semena-mena dan suka memarahi bawahannya dengan tidak sopan. Paman tahu sendiri kalau sifat itu bukanlah sifat yang baik bagi seseorang pemimpin," kata Hazeel dengan penuh semangat sambil memakan sarapannya yang sudah disediakan oleh asisten rumah tangga di rumah ini.
Papa Allesio hanya diam saja, ia tidak terlalu perduli akan kata-kata dari dua kembar yang suka pembohong ini.
Sebenarnya, dulu papa Allesio sudah pernah tertipu dengan perkataan duo pembohong ini kepadanya pada saat mereka masih kecil.
Jadi, hal ini terjadi baru-baru setelah papa Allesio memperkenalkan Allesio secara resmi kepada keluarga besarnya. karena Allesio sama sekali tidak bisa berenang, papa Allesio pun memutuskan pengikutsertakan anaknya dalam les renang yang diikuti juga oleh dua kembar ini.
Karena papa Allesio tidak bisa mengantar putranya ke rumah Ello yang merupakan salah satu saudara dari papa Allesio, papa Allesio pun meminta kepada mereka untuk mengubah tempat lesnya menjadi di rumah mereka.
Awalnya, duo kembar itu menolak akan hal itu. Duo kembar itu sudah terhasut dan membenci Allesio yang tidak mereka anggap sebagai saudara mereka. Jadi, ia benci ketika dipaksa menjadi teman laki-laki itu dan datang ke rumah itu.
"Papa seharusnya bisa membayar orang-orang dari pihak les renang itu untuk tetap mengajar di sini. Kan Kita duluan yang mau les berenang, bukan anak itu!" Amarah Hazeel kepada papanya saat papanya baru saja mengantarkan duo kembar ini ke rumah Allesio.
Sementara Saqeel hanya mengikuti apa yang dikatakan Hazeel. Mereka berdua bahkan menetap sinis ke arah Allesio yang masih terlihat ketakutan itu.
Saat itu, Allesio tidak sekuat ini. Allesio akan bersembunyi di belakang Papanya atau menyembunyikan dirinya di tempat lain jika ada seseorang yang menatap di sinis seperti itu kepadanya. Masalahnya, hampir semua keluarga Papanya membenci dirinya dan menatap sinis ke arahnya.
Apa semenjijikan itu seorang Allesio Aten?
"Tak apa. Lagian, Kalian kan jadi bisa bermain dengan Allesio. Kasihan dia, dia sama sekali tidak memiliki teman di manapun." Papa dari duo kembar itu memberikan sebuah senyuman hangat ke arah Allesio. Tapi, mata laki-laki yang masih terlihat muda itu malah menatap Allesio dengan sinis.
Mengerikan, semua orang yang berada di keluarga ini benar-benar sangat mengerikan. Kenapa papanya yang baik bisa tumbuh di sekitar orang jahat seperti ini, sih!
Saat itu mereka sudah beberapa hari belajar berenang bersama dan tentu saja Allesio dapat berenang lebih cepat daripada duo kembar itu. Padahal duo kembar itu sudah memulai les renang ini lima hari lebih cepat daripada Allesio.
Allesio sudah bisa melakukan banyak gaya di kolam berenang ini. Bahkan, Allesio lebih suka berenang ketimbang melakukan kegiatan lain. Papanya pun sering memarahinya saat ia memilih untuk berenang di saat hari di luar sedang hujan.
Hari itu adalah salah satu hari yang benar-benar terasa berat menurut seorang Allesio kecil.
Saat itu, mereka hanya berenang seperti biasanya. Alessio tetap menghiraukan dua kembar yang sejak tadi menatapnya sinis. Lagian, ia merasa tidak berdaya untuk melawan mereka. Siapa dia sampai ingin melawan orang kaya seperti mereka?
Karena Allesio sudah merasa kelelahan berenang, dia pun memutuskan untuk naik ke atas dan duduk di kursi yang sudah tersedia di sana.
Hazeel pun ikut naik, Saqeel pun ikut naik, tapi saat mereka naik secara serentak, Hazeel tidak sengaja mendorong Saqeel jatuh ke dalam kolam berenang itu lagi.
Allesio kecil yang masih asik memakan makanan kecil yang sudah disediakan oleh asisten rumah tangga dari rumahnya itu tiba-tiba malah mendengar suara dari dalam kolam. Ada suara seseorang yang meminta tolong dan suara cipratan air yang tidak beraturan.
Jantung Allesio langsung berdegup kencang saat melihat Saqeel yang melambaikan tangannya seperti orang yang sedang meminta tolong. Allesio benar-benar ingin menolongnya, tapi Allesio ragu dengan cara berenangnya.
Allesio melirik ke kanan dan kirinya. Pelatih mereka pun tidak ada di sini. Allesio ingin berteriak minta tolong, tapi suaranya sama sekali tidak keluar. Ia benar-benar merasa ketakutan.
Ia harus mengeluarkan suaranya agar seseorang datang ke sini dan menolong Saqeel. Tapi, Allesio ingat kalau laki-laki itu sudah berlaku jahat kepadanya. Ia takkan mau menolong orang jahat.
Tidak! Allesio bukan mereka. Alessio akan membantu Saqeel, tapi ia tidak tahu harus melakukan apa lagi. Sementara itu, Hazeel sudah terduduk di lantai dengan wajah memerah dan air mata yang berlinang. Ia benar-benar takut terjadi sesuatu kepada kembarannya ini. Mereka berdua pun belum hebat dalam hal berenang, Saqeel maupun Hazeel.
Mereka harus apa sekarang?