Fargo akan memulai latihannya bersama Griseo hari ini,pemuda itu sudah mencium aroma lezat yang mengusik hidungnya sejak ia membuka matanya pagi itu.
"Aku tak menduga akan memiliki takdir sekonyol ini, " Gumam pemuda itu sembari memandang keluar melalui kaca gelembung yang pernah membuatnya terperangah saat pertama kali melihatnya, beberapa hari berada di Nymphodora Fargo mulai terbiasa dengan hal-hal ajaib yang ada di sana.
Pikirannya melayang jauh pada kehidupan normalnya di dunia manusia,ia merasa benar-benar ingin kembali ke rumah, ia tak bisa membayangkan bagaimana ibunya akan menangis karena putra semata wayangnya menghilang.
"Madah, apa kau belum bangun? Grisseo sudah menunggu mu di meja makan, " Ucap suara seorang gadis sembari membuka pintu kamar Fargo, pemuda itu sontak berbalik ke arah sumber suara.
"Berhentilah memanggilku begitu!! namaku Fargo, aku tak suka dengan nama Madah," Ujar Fargo sembari mendekat kearah Amisa yang sudah berdiri diambang pintu.
"Baiklah maafkan aku Fargo, sebaiknya kau segera sarapan karena Grisseo sudah menunggumu, " Ucap Amisa dengan sedikit menunduk karena ocehan Fargo sebelumnya.
"O.. Ohh.. Ya.. Aku akan segera kesana, maaf aku tak bermaksud memarahimu, " Rasa bersalah seketika menyergap pemuda itu, Fargo memang sedikit temperamen, ia terkadang sulit mengendalikan emosinya, dan hal itu selalau berhasil membuat para gadis menjauh darinya di tambah lagi cara bicaranya yang terkesan arogan menjadi alasan mengapa pemuda setampan dan sepopuler Fargo hanya memiliki 2 orang teman baik saja yaitu Ren dan Edgar.
Fargo melangkah meninggalkan kamarnya, namun langkahnya segera terhenti saat ia menyadari Amisa masih mematung di tempatnya.
"Apa kau tak ikut sarapan bersama kami??" Tanya Fargo sembari menekan kegugupannya.
"Aku akan menyusul nanti setelah membereskan kamarmu, " Ucap Amisa lirih.
"Ku.. Kurasa ti… tidak perlu, ahhh… maksudku aku akan membereskannya sendiri nanti, " Fargo mengutuk dirinya sendiri yang mendadak menjadi sangat gugup di hadapan gadis peri itu.
"Tidak masalah kau pergi sarapan saja, " Sahut Amisa lagi, kali ini Fargo memberanikan diri untuk membujuk gadis peri itu karena Fargo merasa sudah sangat merepotkan Amisa dengan kehadirannya di Locus Jamur miliknya itu.
"Baiklah aku akan pergi sarapan setelah aku membereskan kamarku, " Ujar Fargo yang bergegas memutar langkahnya dan segera masuk ke kamarnya lagi, " Katakan pada Grisseo aku akan segera sarapan, " Imbuh Fargo sembari menutup pintu kamar itu.
Amisa tersenyum kecil melihat tingkah pemuda itu, karenaFargo menolak bantuannya akhirnya Amisa memutuskan untuk kembali ke ruang makan untuk menemui sang kakak yang sudah berada di sana, " Apa Madah masih tidur, " Tanya Grisseo saat melihat Amisa kembali seorang diri.
"Tidak, dia hanya sedang membereskan kamarnya, dia akan segera bergabung dengan kita setelah selesai dengan pekerjaannya,dan lagi jangan lagi panggil dia dengan nama itu Griss, kurasa dia tak senang dipanggil dengan nama Madah" Terang Amisa yang sudah duduk di sebuah kursi makan yang terbuat dari anyaman akar dan dilapisi kelopak kelopak lily.
Tak lama kemudian terdengar langkah Fargo saat menuruni tangga yang terbuat dari jalinan sulur dan menghubungkan ruangan teratas dan ruangan utama locus jamur itu.
"Maaf aku terlambat, " Ucap Fargo sembari menggeser salah satu kursi yang akan ia duduki.
"Sandwich?? " Fargo menatap penuh tanya ke arah hidangan di depan matanya,bentuk makanan nya sekilas sangat mirip dengan sandwich akan tetapi pemuda itu yakin itu bukan sandwich, sementara Grisseo saling menatap mendengar ucapan Fargo.
"Ini adalah Pilent, terbuat Haver yang sudah di kukus kemudian di olesi dengan madu dan di beri irisan buah mel juga daun Vanilla dari Vallos land, " Terang Amisa menjelaskan nama makanan itu.
Fargo sontak menelan salivanya ia mendadak teringat tentang kejadian yang menimpa dirinya beberapa waktu lalu di ladang buang mel dimana ia melihat buah mel bisa bicara dan nyaris membunuhnya.
"Ak… Aku makan ini saja, " Ujar Fargo sembari menarik mangkuk berisi hidangan seperti bubur berwarna merah muda keunguan sedikit gelap dengan tekstur menyerupai sereal, Amisa kembali tersenyum, "itu pilihan yang bagus, makanlah,rasanya sangat manis kau pasti akan menyukainya, makanan itu bernama Brein akan lebih nikmat jika kau memakannya dengan Pilent, " Ujar Amisa memberi saran, namun Fargo menggeleng cepat pemuda itu benar-benar tak ingin memakan buah mel lagi meski ia akui buah mel memiliki rasa yang lezat.
Meski sedikit ragu namun Fargo tetap berusha memasukkan sesendok Brein kedalam mulutnya, "hmm, " Gumamnya saat Brein yang lembek menyentuh lidahnya,rasa manis mulai menyebar di rongga mulutnya pemuda itu mengunyah sesuatu yang juga terasa kering namun renyah dalam Brein tersebut, " Apakah ini kismis?? " Tanya Fargo saat ia berhasil menelan suapan pertama dengan sensasi yang aneh, mendadak ia ingin tersenyum, "itu buah Vitrus kering, kami juga mendapatkan itu dari Vallos land, "ini lezat, tapi rasanya tertinggal di lidahku, " Ucap Fargo yang kemudian mengambil gelas berisi air jernih, Fargo sudah mengetahui bahwa air yang dia minum saat ini adalah air embun,pemuda itu sudah sering meminumnya sejak ia datang rasanya tak jauh berbeda dengan air mineral di dunia manusia.
"Apa hari ini tak ada pie?? " Tanya Fargo yang tak melihat pie keunguan yang sering ia lihat tersaji di meja makan benerapa hari belakangan.
"Kebetulan kami sedang kehabisan pie dan kami belum sempat mengambilnya di vallos land, pie-pie yang biasa kau makan setiap pagi adalah buatan para centaurettes yang kami dapatkan dengan menukar buah mel dan bungan jade vine " Terang Amisa.
Fargo hanya mengangguk paham, " Hari ini latihanmu akan dimulai, kau akan belajar membuat ramuan sihir bersama Fin dan kemudian berlatih mantra sihir bersama Midea, aku harus pergi ke padang Lavanda karena aku diminta untuk bertemu Gran disana, " Sekali lagi Fargo hanya mengangguk.
Suara lonceng di depan pintu locus jamur berbunyi menandakan ada seseorang yang datang, Amisa segera beranjak dari kursinya dan membuka pintu utama.
"Hai,maaf mengganggu tapi aku datang atas perintah Grisseo, " Ucap Fin yang sudah bersiri di hadapan Amisa, pemudaperi itu tampak teraenyum ramah kearah Amisa.
"Tentu masuklah, kami sedang sarapan, kau datang menjemput Fargo bukan?? " Tanya Amisa memastikan.
"Ya pemuda itu hari ini berlatih denganku,"
"Hai Fin, kau sudah datang, kemarilah bergabunglah dengan kami untuk sarapan," Ucap Grisseo saat melihat Fin di belakang Amisa.
"Tidak perlu aku sudah sarapan, ngomong-ngomong, hari ini ramuan apa yang harus kuajarkan padanya Griss?? " Tanya Fin, sementara Fargo segera bersiap untuk pergi berlatih bersama Fin.
"Ajarkan dia membuat Ramuan Fons terlebih dulu, karena hanya ada beberapa macam ramuan saja yang harus bisa ia buat, " Terang Grisseo.
"Baiklah, apa kau sudah siap?? " Tanya Fin pada Fargo yang segera mengangguk.
"Kita akan ke Locus jamur milik temanku Hira disana pusat membuat ramuan sihir, " Ujar Fin pada Fargo yang segera mengikutinya.
"Bisakah kita kesana berjalan kaki??aku tak bisa terbang?? " Ucap Fargo.
"Tenanglah aku yang akan membawamu terbang tempatnya ada di ujung nymphodora akan sangat lelah jika berjalan kaki, " Ujar Fin yang sudah memegang tangan Fargo dan membawa pemuda itu melayang, "wow..!! Aku tak menduga jamurnya sebanyak itu, " Ucap Fargo yang di dengar oleh Fin.
"Tentu saja karna pemukiman nymphodora adalah yang paling padat penduduk, " Timpal Fin.
"Apa semua Locus jamur itu berpenghuni?? " Tanya Fargo lagi.
"Tentu karna Locus tak berpenghuni akan segera membusuk dan mati, kami menggunakan jamur hidup sebagai tempat tinggal dengan sihir kami untuk membuatnya tak mudak membusuk dan mati, " Sambung Fin lagi.
"Aku mengerti, ngomong-ngomong tentang ramuan sihir yang akan kita buat apakah memiliki komposisi yang aneh?? " Tanya Fargo, pemudaitu ingat beberapa film bergenre sihir yang pernah ia saksiskan di televiai rumahnya dahulu bagaimana sebuah ramuan sihir biasanya terbuat dari bahan-bahan aneh yang sulit di dapatkan.
"Komposisi aneh?? Kurasa tidak, kita hanya akan membuat ramuan fons dan ramuan tersebut adalah yang termudah dari semua ramuan sihir yang ada, ramuan fons terdiri dari 3 bahan saja yaitu bulu leher lebah biru, setetes air dari telaga sanctuary dan biji buah mel, " Mendengar penjelasan Fin membuat Fargo semakin tak sanggup membayangkan akan seperti apa latihannya kali ini, terlebih saat mendengar kata lebah biru, apakah itu artinya ia harus menghadapi makhluk bersengat itu hanya demi mendapatkan bulu lehernya.