Berbeda dengan kedua sahabatnya Fargo dan Edgar, Ren justru belum mendapat bimbingan apapun untuk berlatih ia hanya diminta untuk pergi menemui Grant di gerbang hutan Lavanda.
"Apa aku harus pergi kesana sendirian?? " tanya Ren pada Magna yang tengah sibuk memasukkan beberapa ramuan dan gulungan daun kering kedalam keranjang anyaman akar yang hendak dibawa oleh Ren.
"Ya, kamu akan mendapat pelatihan yang tak biasa disini jadi jangan berharap kau akan memulainya dengan banyak penjelasan kau harus menemukan jawaban untuk semua rasa ingin tahumu sendiri, aku mengerti ada beberapa hal yang tengah mengusik pikiranmu saat ini bukan? Grant akan memberimu jawaban jika kau datang menemuinya seorang diri," Terang Magna yang hanya di respon dengan anggukan oleh Ren.
Setelah semuanya siap Ren segera menggendong keranjang yang sudah diisi dengan beberapa benda oleh Magna sebelumnya,"kau bisa memakan beberapa Brein yang ku bawakan padamu kau hanya memiliki 1 botol air yang tak boleh untuk dihabiskan hingga kau kembali kemari, dan ini, pakai ini untuk senjatamu jika kau bertemu roh penyiksa atau monster sihir selama dalam perjalananmu," Ujar Magna lagi sembari menyerahkan sebilah benda seperti bambu dengan ukuran sepanjang lengan Ren, benda itu mungkin sangat kecil bagi manusia normal namun bagi Ren yang sudah menjadi berukuran peri benda itu terlihat memiliki ukuran yang pas untuknya.
"Benda apa ini? Apakah ini seruling? " tanya Ren karena bentuk benda itu memang hampir menyerupai seruling bambu.
"Benda ini adalah Fukiya, cara kerjanya hampir sama seperti panah, kau hanya perlu meniupnya keras kearah sasaran untuk menembakkan jarum beracun di dalamnya, " Terang Magna lagi.
"Baiklah aku mengerti, " Ujar Ren sembari menerima Fukiya nya dengan hati-hati.
"Pergilah, perjalananmu akan memakan waktu hingga 2 hari jika kau berjalan dengan cepat, dan segera bunyikan lonceng mandevilla agar Grant mengetahui kedatanganmu, " Pesan Magna saat Ren mulai melangkah pergi.
Perasaan pemuda itu sebenarnya masih terasa tak wajar, untuk mengakui Mirabilis adalah nyata saja masih sulit menerima dan saat ini ia malah diminta untuk pergi seorang diri menyusuri wilayah yang bahkan tak ia ketahui sama sekali, Ren hanya mematuhi saran Magna untuk terus berjalan mengikuti tunas lavender, karena semakin dekat dengan hutan lavanda pohon tunas lavender kian sedikit dan akan didominasi dengan pohon lavender tua, jadi jika Ren tiba di tempat yang tak terdapat tunas lavender maka artinya dia sudah tiba di perbatasan.
Pemuda itu tak bisa melawan takdirnya meski jiwanya ingin memberontak, teringat penjelasan Bonum bahwa mereka hanya bisa kembali ke dunia manusia jika mereka bisa mengembalikan kedamaian antara Mirabilis dan lembah kelabu dengan mengambil kembali batu pulchra dari Motus ada portal penghubung antara Mirabilis dan dunia manusia bisa dibuka kembali.
Ren berlari mengendap saat melihat gerombolan lebah berukuran raksasa yang melintas di atasnya, pemuda itu memperhatikan dengan waspada, meski firasatnya mengatakan bahwa lebah-lebah itu mungkin takkan menyerangnya namun Ren tetap memilih untuk berlindung di bawah rerumputan berdaun lebar yang tumbuh hampir di sepanjang wilayah Lavanda.
"Seperti apa ya latihan Edgar dan Fargo? Apa mereka juga diharuskan bepergian seorang diri di wilayah yang sangat asing seperti aku, " Batin Ren yang sudah kembali melangkah, namun langkah pemuda itu tertahan saat seekor katak hijau menghadang jalannya, mata Ren membulat sempurna menatap gemetar ke arah hewan berkulit kasar itu, kaki Ren terasa berat untuk berlari, entahlah hewan itu tampak mengerikan jika ukurannya tak wajar seperti saat ini.
Mata bulat besar katak tersebut yang semula tak mengarah pada Ren kini menatap tepat pada pemuda itu, pandangan keduanya beradu dengan ngeri tak ubahnya pemangsa yang menatap mangsanya, Ren mulai menahan nafas, hingga saat benda lunak berair dengan warna merah muda menyala terjulur dari mulut si katak Ren masih tak sanggup menggerakan tubuhnya.
'Sssyyuuuttttt' dari arah berbeda sebuah sulur mengikat tubuh Ren dengan kuat dan menarik pemuda itu menjauh dari serangan lidah si katak hijau.
'Brukkkkkkkkk' tubuh Ren terpelanting ke tanah akibat hentakan sulur yang menariknya kuat.
"Ohh!!! Apa kau baik-baik saja? " tanya seorang gadis peri dengan wajah cemas, sementara Ren hanya meringis menahan nyeri di punggungnya karena menghantam permukaan tanah dengan keras.
"Maaf aku masih belum mahir melakukannya, kemarilah aku akan mengobati lukamu, " Sambung gadis peri itu namun Ren mencoba menolak bantuan gadis peri itu dengan berusaha bangkit seorang diri.
"Kau tak perlu minta maaf, akulah yang seharusnya berterima kasih padamu karena kau sudah menolongku, " Ucap Ren yang masih tampak kesakitan.
'Croakk… croakkk' suara katak terdengar nyaring mendekati mereka.
"Pegang tanganku !! Kita akan mencari tempat yang aman, " Ucap Gadis peri itu pada Ren yang segera disetujui oleh Ren.
"Aku sudah dengar tentangmu kau salah satu dari 3 ksatria yang diramalkan bukan?? " Tanya gadis peri yang saat ini tengah membawa Ren terbang.
"Um!! " Sahut Ren sembari mengangguk.
Gadis peri itu menurunkan Ren pada sebuah pondok yang tertutupi oleh daun semangka.
"Namaku Flo, kita akan berlindung di sini hingga Gigan benar-benar pergi, "
"Terimakasih atas bantuanmu Flo, namaku Ren, apa Gigan adalah nama dari katak itu?? " Tanya Ren ingin tahu.
"Ya,di Lavanda ada cukup banyak Gigan seperti makhluk besar yang baru saja kau temui, kami di Mirabilis menyebut ras hewan amfibi yang mengerikan itu dengan nama Gigan, mereka terkadang juga menyerang para peri, tanah Lavanda yang terkesan dingin dan lembab membuat ras Gigan merasa nyaman di hutan kami, " Terang Flo panjang lebar.
"Jadi mereka juga menyerang para peri??" Tanya Ren terkejut.
"Ya, karena sayap kami terkadang membuat para Gigan menganggap kami serangga, biasanya kami akan terbang rendah di depan mata besar mereka agar mereka mengetahui bahwa kami bukan mangsa mereka namun aku tak melakukannya tadi karena Gigan yang kau temui sudah mulai menyerangmu, " Sambung Flo lagi.
Ren mengangguk paham mendengar penjelasan Flo.
"Ngomong-ngomong apa kau pergi seorang diri?? " Tanya Flo memastikan.
"Ya, Magna memberiku perintah untuk menemui Grant di gerbang hutan Lavanda, " Terang Ren.
"Kurasa ini bagian dari latihan mu, kau datang ke Lavanda untuk berlatih bukan? "
"Ya, "
"Kalau begitu seharusnya Magna membekalimu senjata untuk melindungi diri dalam perjalanan ini kan?? "
"Ya, dia memberiku Fukiya, " Ujar Ren sembari menunjukan Fukiya nya yang menggantung di punggungnya, beruntunglah benda itu tak hancur tatkala tubuh Ren menghantam tanah saat Flo menariknya dengan sulur tadi.
"Fukiya?!! Ini senjata hebat milik Magna, " Ujar Flo dengan mata berbinar menatap Fukiya di tangan Ren.
"Senjata hebat?? "
"Ya, hanya peri dengan level sihir tertinggi yang memiliki senjata ini kau tahu jarum beracun di dalamnya merupakan duri menyengat yang di dapat dari bulu daun gympie-gympie tusukan dari jarumnya bisa menyebabkan kelumpuhan pada target uniknya 3 buah jarum mengerikan pasti terselip diantara jarum beracun lainnya, yaitu jarum gympie yang sudah dicelupkan pada darah hydra, satu tusukan jarumnya bahkan bisa membunuh centaur, " Terang Flo membuat Ren tampak berpikir keras.
"Apa maksudnya dengan 3 diantaranya? memang berapa jumlah jarum yang terdapat pada Fukiya ini?? " tanya Ren dengan rasa ingin tahu yang semakin bertambah.
"Menurut buku yang kubaca tentang Fukiya, dalam sebilah Fukiya terdapat sebuah magazen yang menampung 9 jarum beracun, dan 3 jarum mematikan selalu diletakkan pada urutan ketiga setelah 2 jarum yang melumpuhkan, jadi setelah kau melepaskan 2 jarum maka jarum ketiga adalah jarum yang di lumuri darah hydra, kau harus hati-hati menggunakannya, peri seperti Magna hanya menggunakan Fukiya jika ia harus melawan monster yang sangat brutal seperti anubis atau thormen saja, tujuannya agar ia tak melukai monster lemah yang memang tak berbahaya dan menghemat jarum beracunnya untuk lawan yang tak sepadan dengannya, " Penjelasan Flo mulai dimengerti oleh Ren, karena pemuda itu tampak mengangguk dengan serius.
"Terima kasih kau sudah menjelaskannya untukku, jujur saja Magna tak memberitahu apapun tentang benda ini jadi jika aku tak bertemu denganmu mungkin aku bisa membuang-buang jarum beracun di dalamnya sekedar untuk melindungi diri, " Ujar Ren merasa terbantu oleh penjelasan Flo.