"Mereka sudah memulai latihannya,menuju ke gerhana ketiga bukanlah waktu yang lama,jadi siapkan pasukan kita!!" Titah sosok bertubuh tinggi besar.
"Apa ini tak terlalu terburu-buru,kurasa kemampuan mereka tetap jauh berada di bawah kaum kita,"
"Lalu apa kau juga berpikir Nero dan Magna akan tinggal diam jika saatnya sudah tiba??"
"Baiklah aku mengerti,"
"Pilihlah prajurit terkuat untuk melawan Daksha dia akan segera menjadi murid dari panglima perang Mirabilis jadi jangan pernah remehkan bocah manusia itu,sihir murni di dalam tubuhnya bisa menguat berkali-kali lipat setelah masa latihannya berakhir,"
"Baiklah tuan Motus,"
"Sepertinya kau semakin patuh padaku akhir-akhir ini?apa ini kau lakukan demi kekasihmu?' Tanya Motus pada ajudannya.
"Tidak tuan,lalu siapa yang akan anda tunjuk untuk menghadapi Aksa?"
"Dia milikku,visusnya akan sangat berguna bagiku jadi aku sendiri yang akan menghadapinya,aku sagat yakin anak itu yang terkuat diantara kedua temannya, terlebih lagi Magna akan menjadikan Aksa senjata terkuat Mirabilis,jangan remehkan si tua itu karena dialah pemegang rahasia besar kekuatan Mirabilis,bahkan dia lebih tahu segalanya daripada kekasihmu," senyum Motus menyungging licik.
"Dan untuk Madah karena dia yang terlemah diantara ketiganya maka dia akan kujadikan santapan Anubis,aku menyerahkan pemuda angkuh itu untuk menjadi lawan mu,"
"Baiklah tuan,aku akan segera melaksanakan perintah mu, "
Di perbatasan Vallos Land dan Nymphodora Fargo dan Fin terlihat mengendap-endap diantara jajaran pohon Mandevila dengan bunga yang lebat.
"Kenapa kita harus mengendap-endap?" tanya Fargo yang sejak tadi belum mndapat penjelassan apapun dari Fin,pemuda itu hanya mengikuti saja apa yang Fin lakukan.
"Sssttt..pelankan suaramu,kita akan membangunkan para penjaganya jika kau berisik," ujar Fin sembari menempelkan jarinya pada bibirnya sendiri memberi isyarat pada Fargo agar berbicara lebih pelan.
"Kau lihat bunganya mirip lonceng bukan,jika kita tidak hati-hati saat mencabut akarnya bunga-bunga itu akan berdentang dan membangunkan si penjaga," terang Fin setengah berbisik.
"Siapa si penjaga??"
"Coloni lebah Apis Cerana,"
"Lebah?" Fargo menelan salivanya,ia benar-benar membenci serangga jenis itu,
"Jadi apa strategi kita?"
"Begini,karena kita membutuhkan akar muda jadi akar itu pasti belum menancap dalam pada tanah,kita harus memotongnya perlahan dan hati-hati karena jika terjadi sedikit saja goncangan pada pohonnya,bunga Mandevila akan berbunyi,dan satu hal penting yang harus kau perhatikan,adalah akar pohon Mandevila hidup,"
"Hah?apa semua benda disini hidup?kumohon jangan berikan tugas ini padaku," pinta Fargo sembari bersandar pada pohon Mandevila yang berukuran raksasa.
"Baiklah kau yang berjaga," ujar Fin sembari melangkah meninggalkan Fargo.
Fargo mengawasi Fin dari kejauhan pemuda itu mengedarkan pandangan ke sekeliling,ia benar-benar takjub pada apapun yang ia temui di Nymphodora,bukan hanya karena mereka ajaib tapi karena semua berukuran raksasa,tentu kondisi itu terjadi karena Fargo sudah menggunakan ukuran peri selama tinggal di Nymphodora.
Ditengah ketakjubannya Fargo di kejutkan oleh teriakan Fin, "Fargo angkat tanganmu!!" pekik Fin yang memang sudah terbang sembari menggendong keranjangnya,mata biru Fargo membelalak saat ia melihat maklhluk besar terbang rendah di belakang Fin dengan suara dengungan yang memekakkan telinga,membuat Fargo sontak menutup kedua telinganya.
"Tsk," decih Fin panik sembari mencengkeram kuat bahu Fargo dan membawa pemuda itu terbang menjauh namun belum berhasil aksi penyelamatan diri mereka, tiba-tiba kaki Fargo terikat sebuah akar yang entah darimana datangnya,nafasnya terhenti seketika saat lebah raksasa sudah cukup dekat dengannya,sementara Fin tampak berusaha keras menarik fargo sekuat tenaga,situasi itu mengundang kepanikan cukup kuat dalam diri Fargo,dan tanpa aba-aba kalimat keramatnya terucap.
"Obvolvere!!" seperti hipnotis,lebah yang semula mengejar mereka tampak kebingungan dan memutar arah pergi menjauh, begitu juga akar yang mengikat kaki Fargo seketika terlepas dengan mudah,inilah kesempatan Fin membawa pergi Fargo dari kebun Mandevila.
"Apa itu tdi kenapa makhluk itu mengejarmu??" tanya Fargo setelah mereka memilih untuk beristirahat di salah satu pondok tulip yang mereka temui di perbatasan.
"Aku melakukan kesalahan saat memotong akar dan membuat bunganya berdentang," terang Fin.
"Berdentang?benarkah kenapa aku tak mendengarnya?" ujar Fargo yang memang tak mendengar apapun.
"Tentu karena suaranya hanya bisa di dengar oleh mereka yang berada tepat di bawah pohonnya,suaranya seperti memiliki frekuensi yang berbeda,dan hanya bisa di dengar oleh mereka yang berada pada titik vertikal dengan pohon Mandevila," jelas Fin membuat Fargo mengangguk paham.
Fin mengeluarkan 2 buah Mel tua yang sudah ia petik,"aku akan mengajarimu cara mengambil biji Mel.
Fin kemudian melumuri Mel dengan madu berwarna keunguan,
"Apa itu madu??" tanya Fargo ketika melihat cairan kental keunguan yang Fin keluarkan dari gulungan daun,
"Ya,madu Vitrus,kita akan mengoleskan madu pada permukaan kulit buah Mel sebagai tanda penukaran degan biji Mel," sambung Fin lagi.
"Penukaran??" Fargo masih tak mengerti.
"Ya,kita tak bisa mendapatkan bijinya dengan cuma-cuma,"
'Sluuurrrpppp' terdengar suara menyerap dari buah Mel dan seketika kulit buah Mel yang semula di lumuri madu menjadi kering,membuat Fargo terperangah takjub.
"Apertacio," ucap Fin,kemudian buah Mel terbelah, sebuah biji berkilauan dengan warna biru mengkilap seperti kristal mengapung keudara,Fin segera mengambil biji tersebut,tiba-tiba buah Mel berubah menjadi kering,hal yang sama dilakukan pada satu buah Mel yang tersisa.
"Mudah bukan??" tanya Fin pada Fargo yang masih terpaku.
"Ini biji buah Mel??"
"Ya,"
"Tapi yang kulihat saat itu tidak seperti ini," ungkap Fargo mengingat kali pertama ia memakan buah mel dan melihat biji buah Mel bukan berwarna biru menyala seperti yang terdapat di dalam buah Mel tua.
"Biji buah Mel berubah warna saat buahnya menua,bahkkan kandungan sihirnya turut meningkat,jika buah Mel muda bisa menciptakan sihir ilusi maka kekuatan ilusi buah Mel tua jauh lebih kuat,sementara bijinya memiliki efek pereda nyeri yang sangat efektif bahkan untuk luka parah sekalipun,itulah mengapa ramuan sihir peri lebih memilih biji buah Mel sebagai bahan campuran daripada buah Mel itu sendiri," penjelasan Fin tentang buah Mel kembali membuat Fargo merasa takjub.
"Tugas terakhir kita kali ini adalah mengambil Pie ke Vallos land tapi sebelum itu kita harus memetik setangkai bunga Jade vine sebagai alat pertukaran dengan Pie," ujar Fin yang membuat Fargo mendengus lemah.
"Apa kita juga akan menemui lebah raksasa lagi,atau bahaya yang lain?" tanya Fargo mecoba memastikan.
"Kali ini tidak,hanya saja...."kalimat Fin menggantung membuat Fargo menatapnya cemas.
"Hanya apa??"
"Bunganya sagat berat,jadi kita tak mungkin membawanya terbang,mau tidak mau kita akan berjalan melewari perbatasan sambil menggotong bunga itu," jawab Fin.
Fargo memutar matanya malas, "Kau benar,ini memang tidak berbahaya tapi akan menguras tenaga," timpal Fargo yang membuat Fin tergelak.
Fin kembali membawa Fargo terbang menuju padang bunga Jade Vine,dari kejauhan mata Fargo sudah berbinar menatap hamparan kebiruan yang mempesona, "Kita akan memetik bunga paling ujung agar kita tak berjalan terlalu jauh, wilayah Vallos land berada setelah padang Jade Vine ini," Fin kembali memberikan penjelasan yang hanya direspon dengan anggukan oleh Fargo.