Pragma menatap miris tempat makanannya. Berkali-kali ia menarik napas panjang dan mengembuskannya, pria itu berdiri di depan jendela kaca yang menampilkan gedung pencakar langit. Sinar matahari mulai redup.
Terhitung sudah tiga puluh menit ia berdiri di sana sambil melipat tangannya di depan dada. Dia belum mau pulang dalam kondisi hati yang ingin terus memaki.
TOK! TOK! TOK!
Bunyi ketukan pintu membuat ia harus beranjak untuk mengambil remot kontrol di mejanya. Dia terlalu malas untuk sekadar membuka pintu, Pragma memang sengaja mengunci pintu agar tidak ada seseorang yang menganggunya.
TIT
Pintu langsung terbuka lebar saat Pragma memencet tombol hijau, seseorang langsung masuk ke dalam.
Pragma kembali pada posisi semulanya, membelakangi orang yang baru masuk itu.
"Makanan untuk Anda Tuan. Saya pikir Anda sangat lapar, mengenai insiden tadi saya sudah tahu," sahut Rudolp datang membawa makanan untuk Pragma.