Dunia adalah sebuah tempat yang berbahaya untuk ditempati, bukan karena orang-orang yang jahat, tapi karena orang-orang yang pura-pura tidak tahu ketika sebuah kejahatan sedang mengancam di sekitar mereka.
Menjadi kriminal bukan sesuatu pilihan yang dapat di banggakan, sejatinya seorang penjahat harus hidup dan tinggal dalam bayang-bayang kehidupan.
Namun sepertinya keberuntungan sedang berada di pihak Benjamin, sesuai dengan apa yang direncanakan, Benjamin berusaha mencari cara untuk mendapatkan informasi dari seseorang yang saat ini tengah berada tepat di hadapannya.
"Aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini bagaimanapun caranya, lagi pula dia hanyalah seorang pria tua biasa,"
Benjamin sedang memikirkan sebuah rencana bagaimana cara ia mendapatkan informasi dari pria tua tersebut, sesekali juga Benjamin mengintip dari bawah meja untuk memastikan pria tua tersebut.
"Sialan, aku merasa bosan disini, ngomong-ngomong mengapa orang itu tak kunjung datang,
Jika terus seperti ini, lebih baik aku pergi saja dari tempat ini, sepertinya bukan dia orang yang dimaksud" keluh pria tersebut.
"Hmm ... Ini gawat, sepertinya asa seseorang yang akan menemuinya, aku harus segera melumpuhkan pria itu sebelum orang yang pria ini tunggu datang,
jika itu terjadi maka akan sangat mustahil untuk mendapatkan kesempatan seperti ini," batin Benjamin
Akhirnya Benjamin kembali berpikir keras mencari cara baru untuk melumpuhkan pria tersebut.
Ketika mata Benjamin tertuju ke arah tuas listrik yang berada di samping kepalanya, disitulah dia mendapatkan sebuah ide.
"Sebaiknya aku harus melakukan sekarang," batin Benjamin.
Dengan perasaan gelisah, Benjamin memberanikan untuk berdiri perlahan-lahan. Dengan cepat Benjamin menarik tuas tersebut dan lalu kemudian semua lampu mati seketika.
"Apa-apaan ini? Siapa itu yang mematikan listrii? Tidak... Aku rasa disini tidak ada siapapun, tempat ini memang sudah gila," teriak pria tua tersebut.
Dengan sedikit pencahayaan dari lampu jalanan diluar, pria tersebut mulai mencari saklar utama untuk menyalakan listrik.
"Dimana pusat listrik tempat ini? Aku tidak bisa melihat sekitar karena terlalu gelap,"
Dengan cepat, Benjamin segera berjalan mengendap-endap sambil berjongkok.
Langkah demi langkah Benjamin lakukan dengan sangat hati-hati supaya tidak mengeluarkan suara.
"Hmm ... Tempat ini memang suram, aku tidak bisa menemukannya bahkan tidak bisa melihat apapun disini,
lebih baik aku pergi saja, tapi dimana pintu berada," ucap pria tua tersebut sambil berjalan tertatih-tatih.
Setelah cukup lama berjalan dengan meraba sekitar tempat, akhirnya pria tua itu menemukan pintu keluar.
"Ah ini dia pintunya, selamat tinggal tempat suram,"
Ketika pria tersebut hendak membuka pintu, dengan segera benjamin memukul bagian belakang kepala pria itu,
tak lama dia jatuh pingsan. Setelah itu, Benjamin kembali menutup pintu rapat-rapat.
"Yes ... Akhirnya rencanaku berjalan dengan sempurna, denga begini aku hanya perlu membawanya ke tempat lebih aman untuk di interogasi,"
Benjamin segera menyalakan kembali tuas listrik dan seketika semua lampu yang ada disanapun menyala, setelah itu ia kembali menghampiri pria tua yang tengah pingsan.
"Hmm ... Dimana kira-kira tempat yang cocok untuk aku melakukan rencana interogasi?" Benjamin mulai mengedarkan padangan disekitar.
Tak lama kemudian Benjamin melihat ke arah sebuah ruangan cukup gelap yang berada tidak jauh dari tempat dia berdiri.
"Kurasa disana tempatnya, aku hanya perlu memastikan tempat itu aman untuk digunakan,"
Benjamin segera menyeret pria tersebut menuju ruangan yang tadi.
"Astaga! pria tua ini cukup berat, aku sudah tidak tahan lagi menyeret pria tua ini," ucap Benjamin sambil berhenti sejenak.
Benjamin kembali menyeret pria tersebut sampai ke meja pramutama bar, sedikit demi sedikit Benjamin hampir tiba di ruangan yang ia tuju.
"Tinggal ... beberapa langkah ... lagi," ucap Benjamin sambil terus menyeret pria itu.
Sayangnya Benjamin sudah tidak tahan karena berat badan dari pria tua ini cukup berat, akhirnya Benjamin memutuskan untuk berhenti sejenak tepat di balik meja pramutama bar.
Namun hal yang tak terduga terjadi, tiba-tiba pintu depan kembali terbuka dan kemudian salah satu teman dari pria tuapun kembali.
Dengan segera Benjamin bersembunyi dibawah meja pramutama bar tepat di samping pria tua yang tadi ia seret.
"Hey Carl aku membawakanmu minum ... Carl? Apa kau ada disini?" teriak pria tersebut.
Kedatangan dari rekan pria tua itu membuat suasana di dalam menjadi tegang hingga membuat Benjamin tidak bisa berbuat apa-apa.
"Hmm ... Kurasa dia sudah pergi, lebih baik aku pergi saja dari tempat ini,"
Pintu depan kembali tertutup, terlihat pria itu pergi meninggalkan tempat ini dan untuk memastikan keadaan sekitar aman, Benjamin kembali mengintip dari balik meja.
"Hmm ... Kurasa dia sudah pergi, sepertinya sekarang aman dan semoga saja dia tidak kembali," gumam Benjamin.
Benjamin kembali menyeret pria tua tersebut menuju ruangan yang tadi ia lihat, setelah beberapa saat mereka berdua tiba di ruangan tersebut. Benjamin segera mencari saklar lampu untuk menerangi ruangan tersebut.
"Astaga ... Disini gelap, aku tidak melihat saklar lampu di sekitar sini," Benjamin yang terlihat meraba-raba tembok di ruangan tersebut.
Tak lama kemudian Benjamin menemukan saklar lampu di ruangan tersebut, dengan cepat Benjamin menyalakan saklar dan ruanganpun kembali terang.
"Akhirnya menyala juga ... Sekarang aku hanya perlu mengikat pria ini, jika tidak akan sulit nantinya jika sampai dia terbangun, tapi dimana aku bisa mendapatkan tali di tempat ini,"
Benjamin kembali mengedarkan padangan di sekitar tersebut untuk mencari tali, namun tidak terlihat tali atau semacamnya sama sekali, kemudian Benjamin menginjak sebuah tumpukan baju.
"Lebih baik aku gunakan saja baju-baju ini sebagai tali,"
Benjamin segera mengambil beberapa baju dan ia mulai merobek-robek baju tersebut, kemudian ia membuat sebuah tali lalu mengikatkannya kepada pria tersebut di tiang yang berada diruangan itu.
"Sepertinya sekarang sudah aman, dengan begini ia tidak akan bisa kemana-mana dan tidak bisa berbuat apa-apa, aku hanya perlu menunggunya bangun,"
Benjamin segera membersihkan pakaiannya yang kotor akibat debu yang berada di sekitar tempat tersebut, ia segera merapihkannya pakaiannya itu kembali seperti semula.
"Hmm ... Bagaimana jika ia tidak mau menjawab pertanyaanku? Ah ... Aku hanya perlu menggunakan sedikit kekerasan, lagi pula dia hanya pria tua yang tak berdaya,"
Lima belas menit berlalu, terlihat pria tersebut kembali sadar dari pingsannya, Benjamin segera bersiap dan duduk tepat di depan pria tersebut.
"Ssttt ... Argh ... Dimana ini? Astaga! Siapa kau?" tanya pria tua tersebut yang terkejut melihat Benjamin berada tepat di depannya "Aku dimana? Dan kenapa aku terikat seperti ini?"
"Kau tidak perlu banyak tanya, pak tua. Aku hanya ingin mengobrol denganmu sebentar saja," Benjamin sedikit tersenyum sinis.
"Lepaskan aku ... Cepat!"
"Tidak semudah itu, kau harus menjawab pertanyaanku terlebih dulu, Carl,"
"Bagaimana kau tahu namaku? Aku tidak pernah memberitahu nama itu kepada siapapun sebelumnya," tanya pria tua tersebut.
"Kau tidak perlu banyak tanya atau kau akan menderita di tempat ini,"
"Apa yang kau mau?"
"Bukankah aku sudah mengatakannya kepadamu tadi? Aku tidak akan mengucapkan untuk kedua kalinya,"
"Aku tidak akan menjawab satupun pertanyaan apapun darimu,"
"Apa kau yakin?" Benjamin mengangkat alisnya sambil menjabak rambut dari pria tua tersebut "Jika itu mau mu, kita lihat saja apa yang akan terjadi padamu,"
Benjamin segera berdiri dari tempat ia duduk, perlahan ia berjalan sambil mengelilingi pria tua tersebut.
"Siapa kau sebenernya? Dan ada apa kau kesini?" tanya pria tua.
"Aku? Hmm ... Anggap saja aku ini seseorang yang akan membunuhmu, seperti yang kau lakukan bersama teman-temanmu,"
"Teman-temanku? Jadi benar, kau memang berada di tempat ini dari tadi,"
"Jika memang benar, lalu apa yang akan kau lakukan?" tanya Benjamin yang menatap ke arah pria itu.
"Dengar, Nak. Aku tidak punya waktu berurusan dengamu, sekarang lepaskan aku atau kau akan menerima akbiatnya," ucap pria tersebut yang terlihat mengancam.
"Aku benar-benar takut sekali, pak tua. Aku sudah tidak sabar melihatnya," ucap Benjamin sedikit mencemoohkan perkataan pria tua itu.