Setelah rencana pertama Benjamin berjalan dengan lancar, Rancana selanjutnya yang akan Benjamin lakukan yaitu mengintrogasi pria tua tersebut untuk mengorek sebuah informasi darinya.
Beberapa kali Benjamin bertanya kepada pria tua tersebut, namun Carl menolak dan tidak merespon pertanyaan Benjamin. Bahkan dalam keadaan terikat, Carl masih terus-menerus mengancam Benjamin supaya melepaskan ikatannya.
"Mau sampai kapan kau akan terus menolak menjawab pertanyaanku?" tanya Benjamin.
"Aku tidak akan menjawab pertanyaan apapun darimu, sekalipun aku mati," ucap Carl.
"Baiklah kalau begitu akan kugunakan cara keras, jika memang itu yang Anda inginkan,"
Benjamin segera menjambak rambut Carl dan mengakatnya kepalanya ke atas "Saya akan bertanya sekali lagi ... Katakan semua informasi yang Anda ketahui, apa yang sedang kau rencanakan bersama teman-temanmu,"
Carl hanya tersenyum sinis "Huh? ... Sudah kubilang aku tidak akan mengatakan apapun kepadamu," Benjamin yang mendengar hal itu segera memukul wajah Carl sebanyak tiga pukulan.
"Tidak terasa sakit, pukulanmu itu sangat lemah," ucap Carl yang terlihat babak belur di bagian matanya.
"Cepat katakan! Aku akan terus melakukan hal ini hingga Anda mau buka mulut dan mengatakan kepadaku rencana yang sudah kau siapkan," ucap Benjamin yang hendak melayangkan pukulan kembali.
"Pukul saja aku, ancamanmu tidak membuatku takut sama sekali," ucap Carl yang terlihat mengejek.
Benjamin yang gerampun segera melayangkan pukulannya kearah wajah dan tepat mengenai hidungnya sebanyak empat kali, terlihat darah mulai menetes dari kedua lubang hidungnya.
"Aww ... Ternyata pukulanmu cukup menyakitkan, tapi sayangnya itu tidak ada apa-apanya bagiku," ucap Carl yang terlihat kembali mengejek dengan senyumnya yang sinis .
Benjaminpun akhirnya memutuskan untuk melepaskan rambutnya, sudah berbagai cara Benjamin lakukan untuk mengorek infromasi darinya,
namun sepertinya hal itu tidak membuat Carl takut sedikitpun dan masih tetap menutup mulutnya.
"Bagaimana? Apa kau sudah menyerah? Walaupun usiaku ini sudah tua, tapi aku masih memiliki pertahanan yang kuat," ucap Carl yang terlihat tegar walaupun sudah babak belur di bagian wajahnya.
Benjamin hanya terdiam sambil menatap tajam ke arah Carl dengan senyuman sinisnya itu.
"Baiklah, pak tua. Aku mengakui bahwa kemapuanmu menjaga rahasia sangat kuat,"
"Kalau begitu lepaskan aku, aku tidak akan melakukan apapun tetapi aku akan membalas apa yang kau lakukan ini di kemudian hari,"
Benjamin yang mendengar hal itu langsung tertawa terbahak-bahak.
"Percaya diri sekali Anda, pak tua. Anda kira saya akan melepaskan Anda begitu saja?" tanya Benjamin.
"Apa lagi yang akan kau rencanakan? Apa kau masih belum menyerah dengan apa yang terjadi?"
"Mungkin sekarang Anda masih bisa berkata seperti itu, namun semuanya akan Anda sesali nanti" ucap Benjamin sambil menyalakan sebatang rokok yang ia raih dari dalam sakunya.
"Terserah apa katamu, anak muda. Kita liat rencana apa yang kali ini akan kau lakukan," ucap Carl yang kembali mengejek.
"Hmm ... Tertawalah sepuas mungkin, pak tua. Kali ini aku akan menggunakan metode tekanan mental untuk menguji seberapa lama Anda akan bertahan,"
"Tekanan Mental? Pekerjaan macam apa itu?" tanya Carl yang cukup kebingungan.
Tekanan fisik adalah teknik interogasi yang dikenakan kepada tahanan perang untuk membocorkan informasi dengan cara mengikat tangan dan kakinya.
kemudian kepalanya ditutup dengan sesuatu dan di tempatkan di dalam ruangan yang sangat gelap sampai mentalnya hancur.
"Kau akan melihatnya nanti,"
Terlihat raut wajah Carl yang sedikit berubah pucat karena sesuatu yang mengerikan akan dia hadapi, terlihat juga beberapa kali Carl menelan ludah yang menandakan bahwa ia sangat ketakutan.
"A-a-aku tidak pernah mendengar hal itu, terserah ... Lakukan saja apa yang ingin kau lakukan,
dengan begitu aku akan mati tanpa dengan tenang tanpa memberi informasi apapun,"
"Apa Anda yakin?" tanya Benjamin yang sedikit menggeretak dengan senyumannya yang sinis.
"Apa wajahku terlihat sangat meragukan bagimu?"
"Baiklah jika itu yang Anda minta, saya harap Anda tidak menyesal,"
Benjamin segera meraih sebuah baju yang tidak jauh dari tempat ia berdiri dan membersihkan debu-debu yang menempel pada pakaian tersebut.
"A-apa yang akan kau lakukan dengan pakaian itu?" tanya Carl.
Benjamin yang tengah membersihkan bajupun berhenti sejenak dan melirik ke arah Carl dengan tatapan tajam "Kenapa? Apa sekarang kau takut?"
"Tidak sama sekali,"
"Baiklah kalau begitu," ucap Benjamin yang kembali melanjutkan bersih-bersih.
Setelah selesai membersihkan baju, Benjamin segera menghampiri Carl sambil membawa pakaian tersebut.
"Apa-apaan ini? Jauhkan benda itu dariku? Aku alergi dengan benda yang penuh dengan debu,"
"Hmm ... Bagaimana kalau kau memberikanku informasi, lalu aku tidak akan melakukan rencana ini," ucap Benjamin yang kembali bernegosiasi.
"Itu tidak akan pernah terjadi,"
"Baiklah ... Kalau begitu diamlah sejenak, ini tidak akan sakit,"
"Jauhkan benda ini dariku, jauhkan!" teriak Carl.
Benjamin segera memasangkan baju itu untuk menutup kepala Carl.
Terlihat Carl yang terus meronta-ronta, menolak untuk memakai benda tersebut namun Benjamin terus memaksa menutup kepalanya dengan baju tersebut.
"Lepaskan aku ... uhuk ... tolong lepaskan aku, aku tidak bisa bernafas jika memakai benda yang berdebu ini,"
"Ini masih belum seberapa Carl, karena permainan ini baru saja akan dimulai,"
"Cepat lepaskan benda ini dariku ... Uhuk ... Arghh ... Haaa huuuu ... Le-uhuk... Cepat lepaskan Benda ini!" teriak Carl yang sudah tidak tahan dengan pakaian yang menutupi kepalanya itu.
"Akan kulepaskan benda ini, jika kau mau memberitahuku sebuah informasi,"
"Sampai ... Uhuk .. haaa ... Sampai kapanpun aku tidak akan mengatakan apa-apa,"
"Baiklah, kalau begitu, aku juga tidak akan melepaskan baju itu darimu,"
"Sialan, kau. Jika aku berhasil kabur, akan ku balas perbuatanmu ini, kau dengar?"
"Terserah apa katamu, aku akan pergi sebentar dan aku matikan lampunya juga menutup pintu ruangan ini,"
"Tolong jangan kau matikan lampunya, aku sangat takut sekali dengan kegelap ..."
"Ups... sudah kumatikan," Benjamin yang segera menonaktifkan tombol lampu dan seketika membuat ruangan gelap.
Benjamin yang tidak pedulipun segera pergi meninggalkan Carl sendirian dan menutup pintu ruangan itu rapat sampai tidak ada cahaya yang masuk ke dalam ruangan itupun sama sekali. Terdengar suara teriakan Carl yang penuh dengan kepustusasaan di dalam ruangan itu.
"Tolong lepaskan aku ... aku mohon, aku takut disini sendirian," teriak Carl yang terdengar samar-samar.
"Hmm ... Aku sebenarnya kasian mendengar pria tua itu terus-menerus berteriak, tapi dia tidak memberiku pilihan, huh ... sungguh pria tua yang malang,"
Benjamin terduduk sejenak di kursi yang berada tepat di depan ruangan itu sambil menikmati sebatang rokok yang hampir habis.
Sudah satu setengah jam berlalu, terdengar suara Carl yang masih berteriak di dalam dengan suara yang semakin parau dan melemah.
"Hmm bagaimana keadaan pak tua itu sekarang ... Sepertinya dia sudah kelelahan, lebih baik aku periksa keadaannya dulu,"
Benjamin segera berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri ruangan tersebut, ia segera membuka pintu tersebut perlahan-lahan.
"Siapa itu? Tolong lepaskan siapapun itu," ucap Carl yang terlihat putus asa.
"Bagaimana, apakah kau masih belum menyerah juga?"
"Kau! ... Sialan kau, cepat lepaskan benda ini dariku, aku mohon,"
"Bagaimana dengan negosiasi kita tadi, apa kau bersedia memberiku infromasi?"
"Memangnya informasi apa yang ingin kau ketahui dariku?" tanya Carl.
"Apa yang sedang kau rencanakan bersama teman-temanmu tadi? Jika kau mau menjawab, maka akan aku melepaskanmu,"
"Argh ... Baiklah, aku akan mengatakan semua informasi yang aku ketahui, tapi sebelum itu lepaskan aku terlebih dulu,"
Benjamin segera menghampiri Carl dan segera membuka penutup kepalanya.
"Hah ... hah, akhirnya aku bisa bernafas lega,"
"Jadi bagaimana? Apa kau mau mengatakannnya?" tanya Benjamin.
"Baik! Aku akan mengikuti perintahmu dengan syarat kau melepaskanku dari ikatan ini,"
"Tidak masalah, aku akan melepaskan ikatanmu ... Tapi aku harap tidak ada kebohongan,"
"Tentu saja, aku akan mengatakan semua yang aku ketahui dan tidak ada kebohongan,"
"Apa kau bisa mempertanggung jawabkan perkataan mu itu?" tanya Benjamin.
"Tentu ..."
Akhirnya Benjamin melepaskan ikatan yang menahan Carl di tiang bangunan. Setelah semua ikatannya terlepas, Benjamin dengan segera mengeluarkan borgol dan segera memasangkan di lengan Carl.
"Apa-apaan ini? Bukankah kau berjanji melepaskan ku?"
"Bukan apa-apa, aku hanya mengantisipasi saja,"
Benjamin segera membangunkan tubuh Carl dan dengan tangan terborgol, Benjamin segera menggiring Carl ke luar ruangan untuk mempertanggung jawabkan perkataannya.