Dini masuk ke dalam mobil dengan sedikut bantuan Bara yang melindungi kepalanya agar tidak terbentur atap pintu. Sikap manis pria itu bahkan sempat menarik perhatian beberapa orang yang berada di sana dan membuat perempuan itu tersipu.
Hingga kemudian mobil itu meluncur pergi pun, wajah Dini masih sedikit merona. Tentu saja hal ini membuat Bara mengulum senyum, sembari mengusap pucuk kepala perempuan yang sedang hamil itu dengan lembut.
"Kenapa?" tanya Bara lirih.
"Nggak apa-apa, Om."
"Kita sarapan bubur, ya! Sudah lama kita tidak makan di tenda bubur ayam yang di pinggir jalan itu."
"Boleh, Om. Nanti sekalian kita cek ke toko, boleh?"
"Lokasi kebakaran itu masih dipasangi garis polisi, Din. Kita tidak bisa masuk ke sana. Kalau ketahuan sama polisi, justru malah akan jadi masalah."
"Tapi, Om--"
"Dini sayang ...?"
Perempuan itu tidak lagi merajuk dan akhirnya hanya diam menuruti kata-kata pria yang sudah menjadi suami sirinya itu.
"Kita sarapan dulu, karena perutku lapar."