Sepeninggalan Riki, ia segera meraih ponsel dari dalam saku setelah melemparkan remasan kaleng ke tempat sampah yang berada di dekatnya. Ia terus mendengarkan nada yang sama sejak beberapa saat yang lalu, ketika ia menghubungi nomor yang sama dari ruang kerja. Tetap tidak ada jawaban.
"Shitt!" umpatnya dengan kesal.
Riki tidak menghiraukan sikap sang ayah yang kemudian berlalu pergi. Ia hanya meliriknya sekilas dan terus berjalan menaiki tangga untuk menuju ke kamar. Ia yakin kalau pria itu telah terbakar api cemburu dan tentu saja akan menemui Dini pada saat itu juga.
"Show time!" gumamnya, seraya melenggang masuk ke dalam kamar dan menutupnya dengan rapat.
Tepat setelahnya, Mbak Pur keluar dari kamar Sonya. Ia baru saja membantu sang majikan minum obat dan menyelimutinya di atas tempat tidur. Wanita berambut ikal cenderung keriting itu pun segera menuruni tangga dengan hati-hati.
