Dini terdiam untuk beberapa saat, lalu menghela napas dan tersenyum pada Salma yang kali ini seperti orang yang enggan untuk berdebat dengannya. Kedekatan mereka memang tidak terduga, melebihi ekspetasi di awal pertemuan yang tergolong biasa-biasa saja.
"Setidaknya, sampai surat cerai berada di tangan," jawabnya.
"Lalu? Bagaimana dengan hubunganmu dengan orang itu? Apakah kau tetap akan menerobos norma dan etika pertemanan kalian?"
"Entahlah. Aku belum memikirkannya," sahut Dini.
"Wah ... belum memikirkan, tapi sudah kalian jalani? Sepertinya ada yang salah dengan kepala kalian berdua."
Dini tertawa kecil saat mendengar ucapan Salma. Wanita beranak dua itu memang selalu mampu mencairkan suasana hatinya yang akhir-akhir ini memang lebih sering membeku. Kepribadian Salma yang ceplas-ceplos, tapi mampu menjadi terlampau bijak dalam memberikannya solusi di saat yang sangat ia butuhkan.
"Bagaimana dengan anak malang itu?" tanya Salma.
"Riki?"
