Chereads / Cintai Aku Walau Sejenak / Chapter 9 - Mendekat gara-gara uang taksi

Chapter 9 - Mendekat gara-gara uang taksi

"Iya dong bener, udah ah sekarang cepat antar saja. Tinggal jalan doang kok repot," ketua Gary yang merasa dirinya sudah tidak lagi berharga.

Pengemudi taksi pun menarik nafasnya memburu sembari mencibir Gary dalam diamnya. Perjalanan itu semakin cepat hingga tidak terasa tiba di tempat tujuan. Melihat adanya mobil Kya yang terparkir di sana, membuat Gary meminta kepada pengemudi taksi itu untuk menunggu sementara.

Mencoba mengetuk pintu, hingga Kya ke luar dan merasa heran di saat melihat kedatangan Gary. Kya pun kebingungan sebab Gary datang seorang diri.

"Loh? Bukannya tadi kamu pergi bareng sama Sera ya? Terus sekarang dia ada di mana? Kok cuma sendirian? Tumben enggak ada gandengan," tanya Kya dengan berusaha sedikit memberikan ejekan untuk Gary.

Mendengar hal itu dengan berusaha keras untuk tidak terpancing emosi, Gary pun menghembuskan nafasnya dengan perlahan hingga batinnya berkata. "Tahan, Gary, tahan. Bukan waktunya berperang. Sekarang fokus biar lepas dari pengemudi rese itu."

"Udahlah nanti aja ngomongnya. Sekarang ayo ikut aku dan bantu aku buat bayar mobil taksi itu, ayo cepat ... sekarang ini perintah," paksa Gary sampai menarik-narik tangannya Kya.

Namun, Kya merasa semakin bingung di saat melihat tingkahnya Gary yang terlihat lucu. Tidak biasanya pria itu terlihat seperti anak-anak yang sedang meminta jajanan kepada ibunya. Akan tetapi, Kya tidak mau dipaksa dengan begitu saja.

"Tunggu sebentar, emangnya kita ada hubungan apa sampai kamu main perintah aku segala? Majikan sama tuannya juga bukan? Udahlah malas aku berurusan sama pria sombong, dingin, dan ketus kaya kamu." Dengan wajah galak Kya pun menolak, ia berusaha untuk masuk ke dalam rumahnya.

Mendengar penolakan dibarengi dengan teriakan dari pengemudi taksi. Benar-benar membuat Gary kesal hingga dia sampai menepuk jidatnya sendiri, batinnya pun berkata. "Ya ampun! Benar-benar enggak lagi harga diri gue."

"Tuh kamu dengar sendiri kan, tukang taksinya panggil terus. Ayo dong bantu, Kya. Nanti deh aku jelasin pokoknya, dan aku bakalan ganti tiga kali lipat atau lima deh ya terserah kamulah. Daripada nanti aku di sini diteriakin maling cuma gara-gara bohong sama orang. Ayo dong ..." Gary sampai memohon hingga menyatukan kedua tangannya di depan wajah Kya saat memberikan permohonan.

Begitu menyenangkan melihat pria yang sebelumnya Kya anggap berhati dingin, tapi sekarang dengan sangat puas pria itu sampai memohon padanya hanya perkara taksi. Kya pun tidak menjawab dan segera melangkah menuju ke mobil taksi yang sedang terparkir sembarangan.

"Berapa, Pak?" tanya Kya.

"Cuma dua ratus ribu saja, Dek."

"Ini ya, Pak."

"Makasih ya, lain kali ajarin itu pacarnya kalau mau pergi-pergi suruh bawa uang jangan nyusahin orang. Katanya sih anak pengusaha kadang takut cuma bohongan. Dek, harus hati-hati ya," ucap pengemudi taksi itu dengan ramah. Kya hanya bisa menjawab dengan anggukan dibarengi senyuman.

"Apa? Pacar? Um, hanya bisa jadi impian," gumam Kya lalu melangkah kembali kearah Gary yang sedang berdiri mematung seorang diri.

Selepas Kya membantu, Kya tidak mengucapkan terima kasih atau sepatah katapun. Hal itu membuat Kya sangat heran, padahal dia sudah berhati mulai dengan mau berbuat baik tanpa meminta uang itu harus dikembalikan. Meskipun Kya tahu, uang sedikit tidaklah begitu berarti bagi Gary, namun dia hanya merasa heran ketika melihat Gary cuma diam.

"Um, kamu enggak mau bilang apa-apa gitu?" tanya Kya dengan sengaja.

"Emangnya harus bilang apa? Harus bersujud gitu karena kamu sudah mau bantuin aku? Uang cuma sedikitpun." Terlihat Gary sangat angkuh.

"Masih untung ya aku bantuin!" ketus Kya sembari ia berjalan ke dalam rumahnya, tapi tiba-tiba Gary ikut masuk ke dalam.

"Sekarang ngapain masih di sini? Sana pulang. Udah selesaikan masalah uang taksinya. Terus kenapa sampai masuk ke dalam rumahku segala?" tanya Kya dengan memberikan tatapan tajam.

"Sekarang ayo ikut denganku ke bandara. Kita akan menjemput Larissa. Aku tidak membawa mobilku dan juga dompetku ketinggalan karena tadi aku terburu-buru. Ini bukan cuma permintaan dariku, tapi juga dari Daddy. Kamu sebaiknya segera ikut karena aku ini adalah calon suamimu."

"Apa? Calon suami? Tapi, aku tidak ingin menikah denganmu, Gary? Kamu juga sudah memiliki Sera, dan awalnya memang aku sedikit setuju, tapi sekarang sudah tidak lagi." Kya membalikkan posisi berdirinya agar Gary tidak melihat kesedihan yang jelas-jelas terlihat di wajah sendunya.

Dengan cepat Gary memegang erat bahunya Kya, dan membalik tubuh wanita itu, ia pun berkata. "Kita bisa bahas masalah itu nanti ketika di dalam perjalanan. Sekarang ayo ikut denganku. Larissa sudah menunggu sejak tadi, dan aku yakin kamu juga tidak inginkan menolak permintaan dari Daddy ku? Bagaimanapun dia juga ayah kedua bagimu setelah kepergian ayahmu."

"Kenapa lagi-lagi aku harus berurusan dengan Gary? Jika seperti ini aku tidak bisa melupakannya. Tapi, bagaimana cara agar bisa membuat dia mencintaiku?" batinnya Kya.

Menarik nafasnya memburu, dan menjawab. "Baiklah untuk kali ini aku mau."

"Ya sudah ayo kita pergi, dan biarkan aku yang menyetir mobilnya."

Perjalanan pun tiba, mereka berdua sama-sama terdiam. Tapi, Gary teringat dengan perkataannya yang ingin menjadikan Kya sebagai istrinya. Meskipun merasa ragu menyampaikan niatnya pun, tapi demi bisa membuat daddy-nya bahagia. Ia harus melakukannya.

"Um, Kya, dengan niat baikku yang tadi aku katakan. Jujur saja kalau memang Daddy yang meminta agar aku bisa menikahi mu, dan membawa kamu kembali ke rumah. Lagipula nanti akan ada Larissa, tentunya kamu tidak akan kesepian lagi jika harus sendirian di rumah ataupun kalau kamu mau bekerja, juga tidak masalah. Kita juga bisa bekerja sama. Agar kedua perusahaan kita bisa bergabung supaya bisa semakin maju. Aku juga akan mengajarkan kamu caranya berbisnis, jadi jangan khawatirkan apapun," ucap Gary dengan tiba-tiba.

Membuat Kya menatap dengan tatapan yang lama, lalu ia bertanya. "Apa sekarang kamu sedang serius?"

"Tentu saja, Kya. Aku sedang serius, lagipula kenapa aku harus berbohong padamu? Bukankah kamu juga sudah tahu kalau Daddy begitu menyukai kehadiranmu di keluarga kami? Jadi, jangan lagi cepat marah hanya karena persoalan kecil. Semua ini akan menjadi terbiasa, dan tentunya kamu sudah menjadi amanah kepada keluarga kami," sahut Gary.

Dengan sengaja Gary berusaha agar bisa membuat Kya yakin dengannya. Meskipun ia harus memaksakan diri agar bisa membuat wanita itu percaya dan dekat dengannya. Namun, saat itu ada sesuatu yang sedang ia pikirkan hingga membuat batinnya berkata. "Dengan begini aku bisa membuat Daddy bangga denganku karena bisa membawa Kya kembali ke rumah kami."