Chereads / Cintai Aku Walau Sejenak / Chapter 10 - Mulai lebih ramah

Chapter 10 - Mulai lebih ramah

Membuat kya terdiam, ia begitu tidak yakin saat mendengar semua ucapan manis yang sedang Gary katakan. Entah kenapa hatinya begitu ragu untuk bisa percaya. Walaupun begitu, Kya tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa dia begitu ingin memiliki seseorang yang bisa peduli dengannya. Jujur saja, tinggal sendirian memang menyenangkan karena selalu berada di dalam ketenangan, tapi selebihnya hanyalah kesepian. Luka dalam yang mungkin akan kembali menghilangkan kepercayaannya sekarang, tapi bagaimanapun ia tidak ingin membohongi dirinya sendiri. Hatinya yang sudah ia coba untuk sembuh, mungkin akan bisa sembuh sementara. Tapi, semua itu tidak akan menutupi semua rasa kesepian yang akan datang di masa depan.

"Sekarang juga tidak akan ada yang peduli, tapi mungkin saja kali ini Gary sudah berubah. Bukankah aku sudah berjanji akan mencoba mendapatkan cinta yang selama ini aku impikan? Lalu kenapa aku harus mundur?" batinnya Kya.

"Um, baiklah aku akan mencoba memikirkan hal itu, tapi bisakah jika aku memberikan jawaban itu nanti?" Kya dengan sengaja membuat Gary supaya bisa merasakan bagaimana artinya menunggu sebuah jawaban, di mana akan ada kesabaran yang diperlihatkan.

Dengan sangat terpaksa, Gary pun mengiyakan permintaan dari Kya dengan sebuah anggukan kecil. "Ya sudah baiklah kalau begitu aku setuju, tapi aku memberikan kamu waktu satu kali dua puluh empat jam. Aku harap kamu tidak mengecewakan aku, Kya."

"Sesuai dengan kesepakatan dan tindakan," sahut Kya dengan cepat dan mantap.

Gary mengerti bahwa tindakan yang sedang dimaksud tentunya harus Gary usahakan dengan sangat baik. Berusaha membuat Kya yakin dengan pilihan yang akan diambilnya. Walaupun Gary tahu itu akan membuat dirinya merasa terbebani, tapi tetap saja tidak ingin jika harus berurusan dengan ayahnya hanya karena persoalan seorang wanita. Perjalanan terus melaju dengan kecepatan yang tinggi, keduanya pun terdiam dibarengi dengan nyanyian lagu yang sedang bergema. Sedang begitu fokus dengan jalan di depan tiba-tiba suara dering ponsel membuat Gary melirik kearah Kya.

Menatap kearah layar ponsel, dan terlihat jika Sera mencoba menghubunginya. Dengan sengaja Gary meminta kepada Kya agar mengambil ponselnya dan mendiamkan suara dering yang terus terdengar, bahkan meminta supaya ponsel itu ikut dimatikan. Meskipun merasa heran, tapi Kya tetap melakukan hal itu.

"Bukannya tadi pacar kamu ya yang telepon, kok enggak diangkat? Lagi marahan ya?" tanya Kya yang merasa penasaran.

"Aku sedang malas menjawab teleponnya karena dia terlalu egois, dan aku tidak suka dengan wanita yang egois. Tadi memang sempat kami berduaan di satu mobil, tapi dia langsung marah, dan tidak mau ikut menjemput adikku. Lagipula, Kya, kamu jangan khawatir karena aku tidak akan menikahi dia, melainkan aku akan menikahi mu. Jadi, percayalah aku tidak akan melupakan hal itu," ucap Gary dengan jelas.

"Oh .... Aku tahu karena kamu sedang malas dengan Sera maka dari itu kamu memintaku ikut menggantikan dia di sini, begitu? Terus nanti kalau udah enggak malas lagi baru kamu lari ke dia lari, iya kan? Memang ya semua pria itu sama aja, mau enaknya doang," ketus Kya dengan cepat.

Sontak dengan cepat Gary menghentikan mobilnya mendadak ketika mendengar perkataan itu. Jelas-jelas ia melihat perubahan dari Kya yang sekarang sudah begitu berani menjawab semua sahutan nya dengan ejekan yang tidak kalah buruk. Tentunya membuat Gary tidak ingin tuduhan itu mengenai dirinya sendiri.

"Ayolah, Kya. Aku tidak seperti pria-pria yang sudah kamu kenal, lagipula aku sangat setia dan baik sekali. Tentunya aku adalah pria terbaik yang pernah ada. Lagipula kenapa aku harus mencari pengganti jika wanita yang sekarang duduk di sampingku sudah begitu sempurna?" Gombalan maut yang dengan sengaja Gary perlihatkan.

Terdiam di saat dipuji, tapi tidak membuat Kya terbang hanya karena mendengar pujian yang belum tentu seperti apa yang hati Gary pikirkan. Kya pun melirik dengan tatapan sinis sembari bertanya. "Oh ya? Jika memang aku ini adalah wanita sempurna yang kamu bilang, lalu kenapa di hari pertama kalinya kita bertemu kamu sangat dingin? Bahkan kulkas dua pintu saja bisa kalah."

"Hei bodoh! Kamu pikir aku ini seperti kulkas? Tapi, boleh juga itu sungguh menarik. Um, kulkas dua pintu ya, lain kali aku mau kulkas tiga pintu. Tapi, ngomong-ngomong jangankan seperti kulkas, api yang panas saja bisa padam karena melihat pesonaku ini. Kya, aku rasa pikiranmu perlu di bius," sahut Gary sampai tidak sadar ia tersenyum hanya karena lelucon bodoh yang wanita itu katakan.

"Percaya diri sekali kamu. Memangnya kamu pemadam kebakaran yang bisa mengatasi api yang panas? Tapi, aku ini adalah salju yang mengalahkan dinginnya kamu padaku," lanjut Kya sampai dia menahan tawanya hanya karena menyadari bahwa perbicangan mereka sampai lanjut ke musim belahan dunia.

"Ya ampun, kamu itu api unggun jika mencairkan es batu sepertiku, bodoh. Tapi ngomong-ngomong lumayan seru juga," sahut Gary dan mengatakan dengan sangat pelan ucapan terakhir hingga membuat Kya tidak begitu terdengar.

"Api unggun? Tapi, apa lanjutannya lagi? Tadi, suara mobil yang lain terlalu besar sampai aku tidak begitu mendengar ucapan mu, Gary?" kya benar-benar tidak sedang berbohong.

"Um, tidak ada, lupakanlah. Oh ya kita hampir sampai. Apa sepulang dari sini kamu ingin makan malam lagi?"

"Tumben sekali, tapi bolehlah aku juga sedang lapar," sahut Kya tanpa ingin berpura-pura.

"Ini bukan karena tumben, bodoh! Tapi, aku hanya sengaja ingin mengajakmu makan malam karena aku menghargai pertolongan kamu hari ini, dan sebagai pertolonganmu, maafkan atas sikapku yang selama ini selalu saja membuatmu jengkel. Jadi, sekarang kita menjadi teman dan makan malam pertama sebagai perayaan kita menjadi teman. Aku rasa itu bukanlah hal yang aneh, bukan? Tapi, kita pulang dulu setelah menjemput Larissa nanti. Aku tidak tega dia kelelahan, jadi kita tidak bisa mengajaknya makan bersama sambil aku mengambil dompetku dulu. Tidak masalah kan?" tanya Gary sambil memperlambat kecepatan mobilnya.

"Sebentar, jadi artinya kita akan makan malam berdua saja, begitu?" tanya Kya yang masih tidak menyangka dengan ajakan itu.

Dengan cepat Gary menjawab dengan anggukan kecil sembari tersenyum manis, hingga ia kali pertamanya Kya melihat senyuman manis yang Gary berikan untuknya. Senyum tanpa ada kepalsuan dan kejujuran yang begitu terlihat jelas di kedua matanya Gary.

"Ya tentu saja berdua. Memangnya kamu mau aku undang satu kampung?"

"Ya enggak begitu juga. Tapi, hari ini kamu baik sekali sampai mau mengajakku makan malam. Apakah seperti ini yang dinamakan dengan kencan pertama?" tanya Kya dengan begitu polosnya.